2.

1.6K 74 0
                                    

"Terimakasih semuanya untuk kontribusinya di rapat kali ini, terimakasih juga Alaina untuk proposal yang sangat memuaskan saya yakin dekan pasti menyetujui" semua bertepuk tangan dan Alaina hanya mengganguk sambil tersenyum.

"Ouh iya untuk Business Competition di Universitas Yogyakarta saya meminta Nisa, Silvi, dan Alaina berangkat untuk mewakili kampus kita bisa?" Alaina tersentak, apa tadi Yogyakarta? Yang benar saja tumben sekali Bara mengirimnya untuk mewakili kampus padahal dirinya masih junior gak seperti Nisa, dan Silvi yang merupakan seniornya.

Silvi, gadis berkacamata itu mengangkat tangan. "Bara, saya mau tanya kapan ya?"

"Satu Minggu lagi kalian akan berangkat, bagaimana? Alaina apakah kamu keberatan saya tunjuk kamu?" Alaina berdehem, sebenarnya ya keberatan banget dirinya tuh super sibuk banyak ambil kerja part time jadi untuk kepentingan lomba begini dia pasti harus ijin, ya kalau syukur menang dapat duit kalau kalah kan Alaina rugi jugaa.

"Saya tidak keberatan Kak, untuk Kak Nisa sama Kak Silvi mohon bimbingannya ya" Nisa dan Silvi mengangguk, Bara tersenyum. "Baik kalau begitu mulai sekarang kalian atur persiapannya ya, saya percayakan persiapan ini ke Nisa. Sesekali saya bakal melihat kesiapan kalian, semangat!" Ketiganya hanya mengganguk lalu Bara membubarkan rapat inti yang hanya dihadiri 10 orang.

***

"Satu Minggu lagi gue ke Jogja Bel" Bella langsung melotot. "Apa maksud lo? Ketemu sama si bajingan itu ke Jogja?"

Alaina menggeleng, pasti saja temennya yang satu ini sensi banget sama Rayhan mantan virtualnya. "Ya kali gue ke Jogja cuma nemuin dia? Kalau bisa gue juga dari dulu ke Jogja buat temuin dia, tapi emang gak bisa"

Bella mengelus dadanya bersyukur. "Terus kenapa mau ke Jogja? Liburan? Gue ikut!" Alaina melemparkan bantal kearah Bella, kesel.

"Mana ada liburan, gue ditunjuk Kak Bara buat mewakili kampus buat ajang Business competition. Aneh juga Kak Bara kenapa milih gue coba gue kan masih junior, sedangkan masih banyak senior yang lebih berpengalaman daripada gue"

"Bagus lah! Berarti Kak Bara emang percaya sama kemampuan lo Alaina, lagian ya lo emang hebat kok. Sama siapa aja kesana? Kak Bara ikut gak?" Alaina menggeleng. "Gak kayaknya, Kak Bara lagi sibuk banyak urusan dia, makanya semua tanggung jawab buat lomba kali ini langsung di serahkan ke Kak Nisa"

"Gue kira Kak Bara bakal ikut, kan kalian bisa pdkt lagi gitu" goda Bella yang membuat Alaina melemparkan bantalnya lagi. "Gue udah bilang, semenjak gue satu organisasi sama Kak Bara dia selalu profesional. Gak pernah ungkit masalah gue nolak dia. Lagian Kak Bara bisa dapetin orang yang jauh lebih baik dari gue Bella, orang kayak Kak Bara mah yang ngantri juga banyak cantik semua lagi"

Bella mendengus. "Ya mungkin nanti setelah lulus kuliah langsung diajak nikah lo" Alaina tidak menanggapi Bella, dirinya langsung masuk ke kamar lalu menguncinya. Bella langsung menggedor-gedor pintunya, gamau sendirian di ruang tamu yang sempit dan agak serem ini.

***

Alaina dengan ahli membuatkan beberapa kopi yang memang di pesan khusus, gadis itu dengan terampil membuat beberapa bentuk di permukaan kopi. Seorang yang menggunakan baju sama seperti Alaina mendekat lalu cowok itu menatap Alaina lekat.

"Ada apa Def, ya gue tau gue cantik gausah dilihatin kayak gitu juga dong ngeri gue" Deffa, cowok itu tertawa lalu mengelus puncak kepala Alaina.

"Ya gue mikir aja gitu, cewek secantik lo kalau mau menggaet para pebisnis si pasti bakal dapet dan lo gak perlu susah susah kerja kayak gini" Alaina tersenyum lalu menaruh kopi buatannya yang segera diambil oleh beberapa barista lain untuk segera diantar.

"Bisa aja lo Def, buktinya sampai sekarang gue gak bisa tuh dapetin para pebisnis yang lo maksud, gue gak secantik itu juga kali. Diluar sana masih banyak yang lebih dari gue, dan untuk kerja kayak gini gue justru seneng banget tau! Gue punya pengalaman seru disini sama kalian terutama gue bisa kenal sama lo hehe" Deffa cowok itu tersenyum lagi. Alaina tuh cantik banget, cantik luar dalam malah.

"Ya lo nya aja gamau sama para pebisnis itu, seringkali beberapa diantara mereka sering tanya nomer lo tapi lo tolak. Bahkan ada yang sampai tanya nomer lo ke pak Roni, eh pas udah tau malah lo blokir kasihan banget. Gue beruntung juga ya dapetin nomer lo, ya bener juga si kalau lo gak part time disini gue pasti gak punya temen bidadari kayak lo" Alaina langsung tertawa mendengarnya aneh-aneh aja emang tuh anak.

Untuk urusan pasangan emang Alaina belum kepikiran juga si, dia masih nyaman dengan statusnya yang jomblo. Menikmati masa remajanya dengan berbagai pengalaman. Dirinya ingin mencari jati diri, memulai semuanya. Orang tuanya tergolong orang biasa, jadi Alaina bertekat menjadi orang sukses. Beruntung sekali dirinya saat berkuliah mendapatkan keringanan yang membuatnya gak terlalu mikir biaya kuliah.

Uang yang dia dapatkan dia kirimkan ke orang tuanya untuk membantu sekolah adeknya, ya meskipun ayahnya sudah bilang bahwa uangnya buat dirinya sendiri saja. Alaina tetap Alaina yang keras kepala, dirinya tidak enak jika gak membatu ekonomi keluarga sama sekali sedangkan usianya sudah mampu untuk bekerja.

Ayah Alaina hanya bekerja disalah satu pabrik, sedangkan ibunya menjadi ibu rumah tangga. Kali ini Alaina berada jauh dari orang tuanya. Alaina ada di Bandung untuk menempuh pendidikannya sedangkan orangtuanya berada di Surabaya.

Kenapa Alaina berkuliah di Bandung padahal di Surabaya juga banyak universitas terbaik? Jawabannya karena memang Alaina diterimanya di Bandung, jadi untuk tidak menyiakan kesempatan Alaina bertekad untuk hidup mandiri di Bandung. Kebetulan sekali sahabatnya yang dia dukung untuk berkuliah itu juga diterima di universitas yang sama dengannya. Akhirnya keduanya menyewa kost untuk mereka tempati berdua, mereka berdua bekerja keras untuk hidup mandiri di kota orang.

Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang