17

728 36 0
                                    


"Hati-hati ya sayang, kalau udah sampai rumah langsung telfon aku jangan lupa" Alaina manggut-manggut menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Rayhan.

Kemarin Alaina berkumpul dengan keluarga besar Rayhan yang mengadakan tasyakuran setelah pernikahan Nisa, setelah itu Alaina diajak pergi ke beberapa toko untuk membeli oleh-oleh khas Jogja. Malamnya Alaina mengobrol santai dengan Rani, Rayhan dan Swasono.

Pagi-pagi sekali Alaina akhirnya bersiap-siap untuk berangkat ke Surabaya. Setelah selesai sarapan Alaina berpamitan dan dikasih sedikit wejangan oleh orang tua Rayhan lalu Alaina segera di antar Rayhan ke stasiun. Rani sebenarnya mau ikut mengantarkan Alaina tapi dilarang oleh Rayhan karena wanita itu sedikit kurang enak badan karena dari dua hari belakangan selalu saja sibuk dan tidak meminum vitaminnya.

"Iya Mas, kamu jaga kesehatan ya, jangan terlalu workholic tidur yang teratur jangan begadang mulu. Jangan suka minum kopi pas malam hari, mending tidur. Matanya dan hatinya dijaga buat aku loh Mas, jangan ganjen awas aja" ucap Alaina sambil mencubit perut Rayhan dengan gemas.

"Iya Ibu negara siap, kamu juga awas aja ya gak boleh ganjen sama cowok lain" sahut Rayhan sambil mengecup kening Alaina singkat.

Setelah itu Alaina berpamitan dan segera masuk ke dalam kereta karena kereta sebentar lagi akan segera berangkat.

***

"Mbak, kesini kok gak bilang-bilang dulu, kan ibu jadi kaget tiba-tiba ada tamu kirain siapa" Tiana, ibu Alaina langsung memeluk anak pertamanya itu sambil mengomel karena merasa penting memberitahu dulu.

"Ya kan biar suprise Bu, ni Alaina bawa banyak oleh-oleh dari calon besan-nya Ibu" Tiana langsung melotot mendengar penuturan anak sulungnya itu.

"Apa kamu bilang besan? Siapa calon besannya ibu? Kamu udah punya pacar? Kok gak pernah cerita si ke Ibu" Alaina tersenyum manis lalu mengecup pipi sang Ibu.

"Nanti aja, Bapak kemana Bu belum pulang kerja? Si Kucrut juga kemana kok sepi banget ini rumah"

"Iya Bapak mu kan pulang habis magrib, adek kamu masih main tadi sama temannya setelah sekolah. Ayo sekarang cerita dulu ke Ibu Mbak, siapa pacar kamu" ucap Tiana sambil menatap penuh selidik ke arah Alaina.

"Orang Jogja Bu, dia udah kerja di salah satu instalasi pemerintah tapi juga punya beberapa usaha kecil-kecilan gitu. Anaknya baik banget, mau kesini sebenarnya tapi gak bisa soalnya lagi ada kerjaan di Medan. Katanya kalau kesini sekalian minta aku jadi istrinya Bu, kan aku belum siap juga." Jawab Alaina.

"Aduh Mbak, udah mapan itu mah, agamanya gimana Mbak? Bagus gak? Kalau bisa jadi imam yang baik buat kamu ya ibu setuju aja Mbak, lagian menikah juga ibadah. Gak baik menunda-nunda niat baik kayak gitu" ucap Tiana yang sontak membuat Alaina kaget bukan kepalang. Dia kira Tiana akan marah-marah karena dirinya malah berpacaran dan tidak fokus akan kuliahnya. Tapi ini respon ibunya justru berbading terbalik, merestui hubungannya dengan Rayhan padahal Rayhan lelaki itu belum menampakkan batang hidungnya tapi sudah langsung di restui hebat sekali memang pesona lelaki itu.

"Tumben banget deh Bu? Aku kira bakal marah-marah kayak biasanya kalau aku dekat sama cowok"

"Pas Mbak cerita Ibu udah merasa srek aja si Mbak, nanti coba bawa sini ya biar tambah yakin. Ibu mau tanya-tanya secara langsung, Bapak mu juga pasti kepo tuh sama calon mantu pasti" Alaina hanya manggut-manggut.

"Ya bu, nanti Mbak sampaikan deh" ucap Alaina. Lalu tiba-tiba suara dering ponsel milik Alaina berbunyi nyaring. Alaina tersenyum lalu mengangkatnya.

"Assalamualaikum sayang, beneran udah sampai Surabaya kan? Udah di rumah?" Ucap suara di sebrang sana.

"Udah Mas, ini di rumah lagi berduaan sama Ibu, Bapak kerja, Adek main terus aku cerita sedikit tentang kamu sama Ibu. Tau gak reaksi ibu Gimana?" Ucap Alaina tersenyum di balik ponselnya. Tiana wanita itu sudah pergi ke dapur untuk memasak makan malam. Sedangkan Alaina masih berada di ruang tamu mengangkat telpon dari Rayhan.

"Gimana Na? Beneran kamu cerita? Cerita apa aja? Kamu gak jelek-jelekin aku kan, aduh malu sama Ibu kamu, belum ijin sama beliau untuk macarin anaknya yang paling cantik ini" Alaina terkekeh mendengarnya.

"Ya cerita aja Mas, gak aku jelekin kok tenang aja. Aku juga specless pas Ibu restuin kita. Aku kira bakal kena omel karena aku kuliah tapi udah pacaran sama kamu, ternyata enggak Ibu malah ngedukung supaya kalau ada niat baik gak usah di tunda-tunda aneh banget tau! Padahal biasanya Ibu bakal marah-marah kalau aku deket sama cowok karena takut fokus aku terganggu" Rayhan kini tertawa di sebrang sana sambil mengucapkan rasa syukur.

Rayhan bilang dia selalu berdoa agar hati orang tua Alaina di luluhkan untuknya dan merestui hubungan mereka berdua dan ya Alhamdulillah, berhasil. Lalu mereka melanjutkan mengobrol sampai Tiana, memanggilnya untuk membantu memotong beberapa sayur.

***

"Gimana Mbak kuliahnya? Lancar kan?" Tanya Soeparji ayah Alaina yang sudah pulang bekerja.

"Alhamdulillah Pak, lancar aja kayak biasanya malah makin lancar doain ya supaya cepat lulusnya" sahut Alaina. Kini mereka berempat berkumpul di ruang makan untuk makan malam.

"Mau cepat lulus ngebet nikah ya Mbak" goda sang Ibu yang membuat Parji mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Mana calonnya Mbak? Udah punya calon emang?" Tanya Parji memastikan.

"Udah Pak, ganteng tuh pacarnya Mbak Alaina, mapan lagi" sahut sang adek yang membuat Alaina melotot mendengarnya.

"Benar Mbak? Kok gak cerita sama Bapak? Mana kok gak dibawa pulang, anak mana? Kamu kalau cari cowok jangan ganteng doang Mbak, tapi juga yang sholeh biar bisa jadi imam yang baik buat kamu" Alaina manggut-manggut. "Iya Pak, nanti Mbak bawa kesini kalau dianya gak sibuk kerja. Ingsyaallah agamanya bagus kok Pak, Mbak juga selalu ingat wejangan dari Bapak untuk cari cowok yang paham agama"

"Mau kesini padahal Pak anaknya, tapi gak jadi soalnya ada kerjaan mendadak di Medan katanya" Alaina langsung melotot ke arah ibunya. Alaina ini udah ketar-ketir malah di kasih tau lagi.

"Bapak gak lihat orang dari mapannya Mbak, kita ini orang sederhana jadi ya gak usah neko-neko Mbak, pokoknya lelaki itu kalau sayang sama Mbak sama agamanya bagus pasti Bapak setujui kok, tapi ya harus Bapak wawancarai dulu intinya" lagi-lagi Alaina hanya manggut-manggut mengiyakan mencoba tenang akan situasi ini. Lalu mereka semua makan malam dengan hening.

Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang