16

793 43 1
                                    


Alaina mendengus menatap lelaki yang berada di sebelah Rayhan. Alaina dengan jelas melihat bahwa lelaki itu menatap remeh ke arah Rayhan.

"Mas Rafli? Wah sudah lama tidak bertemu, kenalin calon istri saya Alaina, Alaina kenalin ini Mas Rafli temannya Mbak Nisa" lelaki itu Rafli terkejut mendengar penuturan Rayhan.

"Wah calon istri?" Tanyanya dengan nada kaget.

"Ya Om, saya calonnya Mas Rayhan. Kalau begitu saya permisi dulu ya mau bantu-bantu. Sayang aku ke Bunda dulu ya" ucap Alaina lalu mengecup pipi Rayhan dengan kilat.

Berlama-lama mengobrol bersama lelaki seperti Rafli akan menguras emosi Alaina, jadi Alaina memutuskan untuk pergi dari sana sebelum dirinya benar-benar mencekik leher lelaki sombong itu.

Alaina geleng-geleng kepala, jaman sekarang banyak sekali orang yang tidak ber-attitude dan selalu merasa dirinya paling diatas. Apa si yang di sombongkan? Nanti juga kembali lagi ke tanah yang di bawakan cuma amal perbuatan bukan wajah yang good looking miris sekali memang jaman sekarang.

Lelaki di luar sana hanya mengandalkan ketampanannya untuk memikat para wanita tapi attitude nol besar. Banyak omong tapi kosong, cuma ngang ngong ngang ngong, gak bisa diandalkan. Punya banyak cewek berasa si paling keren, padahal menjijikan.

Maka dari itu dari dulu Alaina selalu menyeleksi lelaki yang dekat dengannya dan selama ini menurut Alaina yang paling pas cuma Rayhan.

Rayhan lelaki itu memiliki wawasan yang luas, ber-attitude, tidak suka tebar pesona, dan juga tidak suka memamerkan apa yang dimilikinya. Benar-benar lelaki idaman menurut Alaina.

***

"Mbak seneng banget hari ini berjalan lancar, makasih ya Alaina udah bantuin Mbak" Alaina tersenyum memeluk wanita itu.

"Mbak kayak sama siapa aja si, udah tugas aku Mbak buat rencana ini lancar, aku seneng juga hari ini bisa bantu Mbak" ucap Alaina

Nisa terkekeh menepuk lengan Alaina pelan. "Cepat nyusulin Mbak dong Na, biar nanti kita sama sama punya bayi-bayi lucu gitu terus main bareng pasti seru"

"Ide bagus Mbak! Aku juga gak sabar!" Tiba-tiba Rayhan menyahut sambil mengedipkan matanya ke arah Alaina. 

"Tuh, Rayhan udah siap Na, di kode terus kamu" ucap Nisa.

"Aduh doain aja ya Mbak, biar cepat selesai kuliahnya nanti masalah nikah  gampang kalau udah lulus" ucapnya berhati-hati takut menyakiti hati Rayhan yang ngebet nikah dari kemarin.

Nisa tersenyum menggangguk, lalu pamit ke kamar setelah Habib suaminya selesai berbicang-bicang bersama para tamu di luar.

Kini hanya tersisa Rayhan dan Alaina di ruang tamu, Swasono masih di luar untuk begadang lagi bersama tetangga tetangganya sedangkan Rani wanita setengah abad itu sudah ijin memasuki kamar sejak selesai acara tadi. Sedangkan para kerabat sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Kamu beneran setelah lulus kuliah mau nikah sama aku Na?" Rayhan menatap lekat Alaina yang berada di pelukannya.

Alaina mendongak menatap Rayhan lalu tersenyum. "Gak tau, doain aja semua cita-cita ku cepat terwujud Mas" lalu Alaina kembali memasukkan kepalanya ke dada Rayhan menghirup aroma lelaki itu dalam-dalam.

"Pasti aku doain, kamu yang semangat sayang" ucap Rayhan sambil mengelus rambut Alaina pelan.

Lalu mereka memutuskan untuk tidur karena sudah menjelang tengah malam. Rayhan memilih tidur di kamar tamu yang sudah kosong dan Alaina tidur di kamar Rayhan. Sebenarnya Alaina menolak untuk tidur di kamar Rayhan dan memilih tidur di kamar tamu tapi Rayhan menolak keras dan menyuruh Alaina tidur di kamar Rayhan akhirnya Alaina memilih pasrah dan tidur di kamar Rayhan.

***

"Kamu jadi pulang sekarang Na?" tanya Rayhan saat melihat Alaina berada di dapur membantu sang bunda memasak.

"Gak Mas, besok pagi jam 7 aku pulang kan, lagi libur juga mau balik kampung dulu ke Surabaya" sahut Alaina. 

"Loh sayang, mau ke Surabaya? Kalau begitu Bunda bakal cari oleh-oleh yang lebih banyak kalau buat orang tua kamu juga" ucap Rani yang tidak tau bahwa Alaina akan pulang ke Surabaya. Rani kira Alaina bakal balik ke Bandung seperti biasanya.

"Gak usah repot-repot Bun, Alaina gak mau ngerepotin Bunda. Alaina disini aja udah ngerepotin Bunda"

Rani menggeleng cepat. "Sayang, Bunda gak merasa di repotin malah Bunda seneng tau kamu nginep disini. Apalagi kalau kamu udah sah jadi mantu Bunda, berkali-kali lipat senangnya hati Bunda" ucap Rani sambil tersenyum tulus.

Rayhan tersenyum melihat keduanya. "Aku sebenarnya mau ikut Na, biar kenalan sama calon mertua tapi besok siang aku juga ada kerjaan di Medan sedih banget gak bisa ikut kamu"

"Gak apa Mas, lain kali aja kerjaan kamu lebih penting" ucap Alaina mengelus lengan Rayhan pelan. Lalu meletakkan kopi buatannya di meja makan.

"Kopi buatan kamu memang paling enak sayang, aku pasti bakal kangen sama rasa kopi ini" ucap Rayhan sambil menyesap kopi buatan Alaina dengan nikmat. 

"Kopi buat Bapak mana Nduk" tiba-tiba Swasono datang setelah menemui beberapa tetangga di depan rumah.

"Iya Pak, sudah Alaina buatkan, bentar ya Alaina ambilkan" Swasono mengganguk dan tersenyum. Lalu Alaina membawakan satu cangkir kopi hitam kesukaan Swasono.

"Benar kata Rayhan, Kopi buatan kamu memang paling enak Nduk Bapak juga pasti kangen, meskipun kopi buatan Rani enak kopi kamu juga gak kalah enak. Nanti sering sering main kesini ya Nduk" Alaina manggut-manggut mengiyakan. Sedangkan Rani hanya terkekeh mendengar penuturan suaminya.





Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang