11.

832 41 0
                                    


Satu bulan berlalu begitu cepat, kini Alaina menatap gedung-gedung pencakar langit di depannya sambil merenungi hidupnya beberapa bulan belakangan ini.

Bosan menatap ke arah gedung, Alaina menatap arloji di tangannya. Hari ini Alaina berada di Jakarta, Alaina mengikuti kompetisi mewakili kampusnya. Saat ini dirinya berada di salah satu restoran ternama di Jakarta untuk menunggu seseorang. Saat dirinya ingin menatap kearah kaca lagi terdapat suara yang mengitrupsinya terlebih dulu.

"Alaina maaf lama ya? Macet banget soalnya" Alaina menatap gadis berhijab itu dengan senyum merekah. Alaina langsung memeluk gadis itu sambil cipika cipiki.

"Gak kok Mbak Nisa, gak lama emang aku aja yang datang lebih awal sekalian refreshing dulu" Nisa-- kakaknya Rayhan tersenyum, merasa sangat dihargai. Lalu menatap penampilan Alaina dan mengedipkan matanya.

"Cantik banget ya kamu, seperti difoto malah lebih cantik asli gini. Mbak jadi bingung kamu beneran mau sama Rayhan? Eh masih teman ya" Alaina memerah mendengarnya. Masih teman si teman mesra maksutnya.

"Mbak bisa aja deh, btw mana aku lihat dong dekorasi yang mbak gunain nanti pas akad sama resepsi" Nisa langsung membuka handphonenya lalu menunjukkan beberapa dekorasi yang akan dibuat untuk acara pernikahannya nanti.

"Bagus banget Mbak! selera yang bagus aku suka banget kesannya mewah dan gak neko-neko nanti kalau aku nikah mau tanya dulu deh sama Mbak biar di pilihin yanh bagus hehe"

"Ya jelas lah, nanti kan kamu nikahnya sama adiknya Mbak jadi nanti biar Mbak semuanya yang urus" Alaina tersenyum canggung. "Aduh, aamiin dulu deh soalnya adiknya Mbak gak peka banget ya jadi cowok"

Nisa cekikikan mendengarnya. "Lihat tuh dibelakang kamu ada siapa Al" Alaina menoleh lalu tersentak kaget. Lelaki itu bagaimana bisa berada di Jakarta. Ini juga hari kerja bagaimana mungkin Rayhan bisa disini, apakah ini hanya halusinasinya Alaina?

"Ini bener aku Na, sorry Mbak terlambat tadi ada urusan. Btw Na, tadi kamu bilang aku gak peka? Gak peka gimana?" Alaina terdiam kikuk.

"Ya, emang kamu suka molor. Btw Al, ini Mbak udah siapin kain sesuai yang mbak janjikan juga sekalian undangannya. Seharusnya gak pakai undangan juga tapi untuk formalitas Mbak tetap akan kasih kamu undangan. Harus dateng ya, nanti Mbak marah kalau kamu gak dateng." Alaina gadis itu menggangukan kepalanya mengerti. "Mbak mau kemana kok buru-buru" sahut Alaina karena Nisa, gadis itu terlihat merapikan tasnya lalu ingin beranjak berdiri tergesa.

"Aduh Alaina Mbak di chat sama atasan buat segera datang ke kantornya. Mbak jadi gak enak banget, sorry ya lain kali kita harus ngobrol lebih lama lagi. Rayhan jaga Alaina jangan lupa. Assalamualaikum" setelah keduanya menjawab salam sambil cipika-cipiki akhirnya Nisa keluar restoran. Suasana sepi mulai menyerang.

"Na, aku mau ngomong serius sama kamu. Soal hubungan kita" Alaina menatap Rayhan lekat sambil menunggu perkataan selanjutnya lelaki itu.

"Maaf, aku gak bisa" Alaina langsung tersentak, jantungnya berpacu cepat. Jadi? Alaina kali ini di ghosting lagi gitu? Sama lelaki yang sama? Alaina rasanya sekarang ingin menangis.

"Emm sorry kayaknya aku yang terlalu berharap Ray, kita kan cuma temen. Kenapa minta maaf?" Rayhan tersenyum penuh arti.

"Maaf gak bisa terlalu lama memendam rasa suka ku padamu Na" Alaina tersentak lagi, matanya langsung membulat. Menatap Rayhan lekat.

"So my girlfriend ya Alaina?" Alaina tersenyum, rasanya perutnya penuh dengan kupu-kupu. Alaina jadi pengen jingkrak jingkrak deh.

"Kamu jahat banget tau gak si, mau gak ya?" Rayhan mengacak rambut Alaina gemas. "Mau dong, aku jauh-jauh dari Jogja ke Jakarta buat nunggu momen ini loh"

"Kenapa gak nunggu aku ke Jogja dulu? Aku nanti juga ke Jogja kan pas nikahnya Mbak Nisa. Kerja kamu gimana pas kamu tinggalin kerjaan demi kesini?" Rayhan jadi makin gemas, dan merasa tidak salah pilih sama sekali kali ini.

"Kebetulan aku ada urusan juga sama pak menteri keuangan, ke Jakarta deh terus aku di chat Mbak Nisa kalau kamu mau ketemu sama Mbak Nisa kebetulan banget kan? Aku gak ngeh pas kamu bilang mau lomba, aku kira cuma di Bandung taunya di Jakarta. Mana kamu gak beritahu kalau mau ketemu Mbak aku lagi." Alaina tersenyum. Kebetulan sekali ya memang.

"Yaudah iya aku mau" Rayhan mengernyitkan dahinya. "Mau apa Na? Diperjelas dong. Masa mau doang"

Alaina mengigit bibir bawahnya, gugup. "I want to be your girlfriend"

Rayhan langsung tersenyum sangat manis, lalu membawa Alaina kedalam pelukannya. Mencium dalam bau Alaina yang sangat dia rindukan beberapa bulan terakhir. 

"Jadi kita sekarang pacar ya?" 

Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang