"Mas Abi, gila ya lo gue kangen banget sama lo, mentang-mentang udah mapan ceweknya banyak lupa sama sepupunya sendiri" ucap Alaina sambil memeluk lelaki di depannya ini dengan erat.Abi, lelaki iku terkekeh pelan. "Sebenarnya yang sombong ini siapa si? Gue apa lo, lo kan gak pernah tuh ke Surabaya gimana gue mau nyamperin dah, ke Bandung kejauhan gue Na" Alaina mendengus melepas pelukan keduanya.
"Halah, kalau ada proyek di Bandung kan bisa mampir Mas, emang alesan aja. Btw dimana si kampret kok gak ada tuh batang hidungnya. Kerja? Kan weekend gini masa kerja tuh bocah"
"Gue kalau ke Bandung cuma sehari doang kali Na, langsung pulang. Gak bisa lama-lama gue mah. Si Ragil lagi di bengkel biasa tuh anak, kan kalau weekend gini bengkel lagi rame-ramenya" ucap Abi. Alaina manggut-manggut meneliti bangunan rumah sang kakak sepupu itu dengan seksama.
"Rumah lo keren banget Mas, rumah gue bikin kek gini juga ya. Kesannya nyaman banget, elegan gitu" Abi lelaki itu tersenyum.
"Ye emang dasar ya lo, kesini ada maunya tuh. Alasan kangen sama gue, padahal mah minta buatin desain rumah sesuai keinginan lo" Alaina terkekeh mendengarnya. "Ih gak Mas, emang kangen beneran kok, kebetulan sama ada butuhnya ya sekalian" ucap Alaina sambil menyengir.
"Ya udah serahin ke gue, nanti gue kabarin lo gimana enaknya. Btw gue lihat di sosmed pacar lo siapa si? Gue dm gak lo bales sombong banget emang" Alaina melotot. "Masa? Gak ada kok notif Mas Abi bales cerita"
"Ya gak tau, mungkin tenggelam si deh, siapa si dek, penasaran gue. Pasti bukan sembarang orang yang bisa dapetin hati adek gue yang satu ini" Alaina mengulas senyum manisnya.
"Bisa aja lo, ya emang dia istimewa si, tapi gue belum siap kasih tau Mas, nanti aja deh kalau dia kesini. Sekalian kenalan" Abi manggut-manggut mengiyakan lalu mereka melanjutkan membahas rumah yang akan Alaina bangun.
***
"Kamu keluar sama siapa Na? Kok gak bilang sama aku? Cowok siapa itu di status kamu?" Tanya Rayhan dengan wajah cemburunya.
Alaina tersenyum menatap layar ponselnya. "Coba tebak siapa itu? Ganteng gak? Ganteng dong" ucap Alaina sambil mengedipkan matanya. Membuat Rayhan semakin muram, ngambek.
"Masih ganteng aku Na, siapa si? Mantan kamu ya?" Alaina tertawa lagi, ekspresi Rayhan sangat menggemaskan. Andai Rayhan berada di depannya sudah dia cubit sangking gemasnya.
"Bukan Mas, itu sepupu aku yang arsitek. Yang kemarin aku kasih tau buat bantu desain rumah aku, ya dia itu" Rayhan langsung memajukan wajahnya kedepan layar mencoba melihat ekspresi Alaina lebih dekat.
"Mas apaan si, wajah kamu kelihatan serem tuh maju maju gitu" otomatis Rayhan langsung memundurkan wajahnya lalu mengerucutkan bibirnya.
"Aku cuma mau lihat ekpresi kamu, bercanda apa beneran" ucapnya mengerucutkan bibirnya lagi.
"Lucu banget si, pengen cium kamu" ucap Alaina sambil tertawa.
"Aku beneran sayang, gak bercanda, jangan bohong" kata Rayhan sambil bersedekap di dada.
"Masa aku kelihatan bohong si? Gak bohong aku Mas, beneran tadi Mas Abi tanya tanya kamu juga tuh, kepo dia. Mau ketemu juga katanya" jawab Alaina lalu gadis itu berjalan sambil membawa handphonenya duduk di meja rias memulai rutinitasnya memakai skincare malam.
Rayhan akhirnya manggut-manggut percaya, lalu mereka melanjutkan mengobrol hal-hal random, kebiasaann keduanya sebelum tidur.
***
"Pak, ini ternyata luas banget ya tanah yang dibeli buat peternakan kita, aku kira gak seluas ini loh, kan kemarin uangnya juga pas-pasan" ucap Alaina ketika diajak sang ayah ke tempat ternak.
"Iya Mbak, yang punya emang kebetulan lagi butuh uang cepet, jadi pas bapak nego langsung di kasih, ya Alhamdulillah" jawab Parji sambil memberikan makan lele.
"Alhamdulillah ya Pak, aku aja gak kepikiran gitu buat bisnis gini, ternyata bisnis ternak gini aja untungnya banyak dan gak harus nguras tenaga. Jadi Bapak juga gak perlu capek-capek"
"Iya Mbak, Alhamdulillah, Bapak juga seneng bisa punya usaha kayak gini biar gak gabut juga di rumah" Alaina terkekeh mendengarnya, merasa ikut bahagia melihat orang tuanya bahagia.
Impian Alaina dari dulu cuma satu, membuat keluarganya sejahtera, berkecukupan, dan Alhamdulillah impiannya terwujud.
Dahulu saat dirinya remaja, dirinya harus hidup dengan keluarga yang tidak harmonis, ekonomi keluarga memburuk yang mengharuskan Alaina berhemat. Ketika temannya membeli ini itu, Alaina harus bersabar dan tidak membeli, untuk membayar uang sekolah saja dirinya harus menyicil terlebih dahulu. Tapi Alaina selalu bersyukur atas apa yang dia terima, dan tidak pernah mengeluh. Selalu semangat menjalani hari dan optimis.
Sampai akhirnya impiannya satu persatu tercapai, Allah mendengarkan doanya. Restu dan ridho orang tua juga sangat penting untuk karirnya, maka dari itu Alaina selalu mengutamakan orang tuanya, meminta ijin ini itu. Meskipun orang tua Alaina termasuk orang tua yang mengekang tapi Alaina akui, itu semua demi kebaikan dirinya sendiri.
"Ya udah Mbak, udah panas gini, Mbak pulang aja nanti hitam loh. Biar Bapak yang ngurus ini tenang aja, Mbak bantu Ibu masak aja" ucap Parji mengelus puncak kepala Alaina.
"Mbak gak takut hitam Pak, tapi ya udah bantu Ibu masak aja sekalian tanya-tanya resep. Kalau gitu Mbak pulang dulu ya Pak" Alaina akhirnya pamit mencium tangan sang Bapak lalu segera pulang ke rumah.
***
"Mbak, tadi Ibu ketemu sama Ibunya si Yudi, dia tanyain kamu loh Mbak. Tanya kamu udah punya calon apa belum, kalau belum mau di ambil mantu sama Ibunya si Yudi itu" ucap Tiana saat melihat Alaina pulang.
"Apa si Bu, aneh-aneh aja, Alaina masih kecil" ucap Alaina duduk di kursi samping sang Ibu.
"Kecil apanya, udah gede kamu mah, terus ni Mbak para ibu-ibu lainnya tuh juga langsung tanya gitu pada kepo, mau juga kalau misal kamu jadi mantunya. Kamu di rebutin Mbak, katanya kamu tuh mantu idaman gitu. Ibu cuma geleng-geleng kepala mesem-mesem gitu bangga kamu di rebutin" kata Tiana tersenyum manis.
Alaina mendengus. "Mbak kan udah punya calon sendiri Bu, ingat ya, jadi jangan coba-coba jodoh-jodohin loh" kini giliran Tiana yang mendengus.
"Ya kamu si, Ibu kan mau lihat calon mantu tapi gak di bolehin. Ibu sekarang pengennya kamu cepat-cepat nikah aja deh Mbak, mau gendong cucu soalnya. Lihat beberapa teman Ibu yang udah punya cucu kok jadi pengen"
Alaina melotot tidak menyangka ibunya akan bilang seperti itu. Dimana Tiana yang mengekangnya untuk tidak berpacaran? Dimana Tiana yang akan marah-marah bila Alaina di dekati cowok?
"Ibu, jadi aneh banget asli, Mbak jadi bingung biasanya gak gini juga"
"Apa si Mbak, wajar dong, kamu kan udah dua puluh tahun Mbak. Masa ibu gak bolehin kamu pacaran? Boleh Mbak, yang penting bibit bebet bobotnya. Jangan yang aneh-aneh" jawab Tiana.
"Ya Bu, Mbak tau, ya udah ayo masak Mbak mau tanya beberapa resep ni. Mau belajar buat nanti kalau jadi istri gak bosen biar bisa ganta-ganti resep" ucap Alaina menarik ibunya ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
ChickLitPertemuan singkat di dunia virtual membuat Alaina Aqila Dhanajaya gak bisa move on, bertahun-tahun memendam rasa yang gak pernah padam Alaina terus menyibukkan dirinya agar bisa cepat move on dan hasilnya nihil. Saat sudah menata hatinya tiba-tiba A...