7

1.1K 57 0
                                    


Setelah mengobrol, Alaina memilih bercocok tanam dengan Rayhan. Seperti janjinya dulu Rayhan akan mengajari Alaina berkebun. Pada dasarnya Alaina tidak terlalu mengerti tentang tanaman, tidak seperti Adik dan ibunya yang sangat menyukai tanaman.

"Mas ini beneran boleh ditaruh sini? Bisa tumbuh kan Mas gitu?" tanyanya saat mengambil akar tanaman yang akan dia tanam disebuah pot kecil berisi pupuk.

Rayhan tersenyum lalu mengacak rambut Alaina dengan gemas. "Iya bisa kok, lihat tuh yang lain tumbuh subur. Apalagi kali ini yang nanem kan cewek cantik pasti langsung subur tuh tanamannya" ucapan Rayhan sukses membuat Alaina memerah seperti tomat, emang ya dasar lelaki ini bisa aja buat orang salting.

"Rayhan, Alaina, udah selesai bercocok tanam belum? Sini dulu ke ruang makan kita makan bareng" teriak Rani dari dapur yang langsung disahuti Rayhan. "Iya Bun, ini kita mau ke ruang makan" setelah membersihkan tangannya Alaina dan Rayhan segera masuk ke dalam, disana sudah ada ayah Rayhan dan bunda masih sibuk mengurus beberapa lauk di dapur.

Alaina berinisiatif membatu bundanya Rayhan, dirinya berjalan lalu menyapa Rani. "Bunda ada yang bisa Alaina bantu?" Rani wanita itu tersenyum hangat. "Sudah sayang kamu kan tamu, duduk aja sana sama Rayhan. Bunda udah mau selesai kok tinggal siapin aja ini sama mau bikin kopi"

"Gak apa Bunda, Alaina mau bantu. Kalau begitu Alaina aja yang buat kopi gimana? Boleh? Buat Om ya bunda?" Ucap Alaina sungkan, lalu Rani wanita itu lagi-lagi tersenyum hangat ke arah Alaina. "Tanya juga gih sama calon suami kamu, mau kopi juga apa engga" Alaina memerah lagi, benar-benar bundanya Rayhan ini membuat jantung Alaina tidak aman.

Alaina mengganguk lalu pergi ke arah Rayhan. "Mas mau kopi gak? Mau aku buatin?" Rayhan menoleh sambil tersenyum sumringah, jelas Rayhan tidak menolak. Alaina dulu pernah bilang akan membuatkan Rayhan kopi kali ini Rayhan akan benar-benar di buatkan kopi oleh tangan mungil itu.

"Jangan terlalu manis ya Na" Alaina mengacungkan jempolnya. Lalu gadis itu dengan sigap membuat kopi dengan ahli, pada dasarnya juga Alaina barista yang suka membuat kopi setiap harinya maka gadis itu bisa membuat kopi dengan rasa nikmat. Setelah membuatnya Alaina langsung menyerahkan kopi itu ke Swasono dan Rayhan.

"Kopi kali ini enak sekali Bun, ini tadi Bapak denger yang buat calon mantu Bapak ya? Kalau gini cepet-cepet nikah aja kalian biar Bapak bisa nyuruh Alaina buat kopi tanpa sungkan" ucap Swasono dengan cengiran yang langsung diberi pelotottan oleh Rayhan.

"Pak, gak usah gitu nanti Alaina gak mau lagi" ucapnya sambil menatap Alaina yang hanya tersenyum malu.

Setelah makan siang yang seru, Rayhan mengajak Alaina balik.

"Bun, Ray mau nganterin Alaina ya dia mau pulang ke Bandung nanti jam enam soalnya. Takut dia kecapekan" Alaina menatap Rayhan tanpa mengedip, padahal dirinya masih mau berlama-lama disini. Keluarga ini begitu seru, tapi ya emang bener si dia harus segera packing.

"Cepat banget ya, Bunda gak rela ni Alaina balik ke Bandung" ucap Rani sambil memeluk Alaina dengan sayang.

"Nanti Alaina kesini lagi kok Bun, doain ya" ucap Alaina membalas pelukan hangat Rani.

"Pasti! Semoga kalian cepat menikah ya bunda gak sabar pengen gendong cucu, Alaina yang rajin kuliahnya biar cepat lulus" Alaina tersenyum malu, pipinya lagi-lagi memerah. Lalu Alaina juga berpamitan ke Swasono-- ayah Rayhan yang juga menggoda Alaina dan katanya pengen cepet-cepet nikahin mereka berdua. Setelah acara goda-menggoda Alaina dan Rayhan akhirnya sudah berada di mobil dengan Rayhan yang menatap Alaina lekat.

"Maafin keluarga aku ya Na, mereka emang ngebet banget aku nikah jadi pas aku bawa kamu mereka bahagia banget" ucap Rayhan. Alaina menatap Rayhan, lelaki ini benar-benar membuat hidup Alaina rasanya terombang-ambing lagi.

"Eh iya santai aja Mas, malah aku seneng kok keluarga kamu baik banget seru lagi" Rayhan tersenyum lalu mengacak rambut Alaina dengan gemas.

"Aku bakal kangen sama kamu Na"

Alaina tersenyum. "Bisa aja, kalau kangen samperin ke Bandung dong" Rayhan mendengus, andai saja Bandung jaraknya seperti Jogja-Magelang Rayhan rela bolak-balik. Lah ini Bandung jauh banget, belum lagi pekerjaan Rayhan yang menumpuk bagai gunung.

"Iya deh kapan-kapan pasti aku kesana, nanti aku kabarin. Btw jangan cuekin aku ya kalau aku chat, kalau semisal aku telfon kamu boleh? Oh iya aku sampai lupa tanya pacar kamu gak marah kita hari ini keluar berdua terus kamu aku kenalin keluarga aku?" Alaina mendelik, bagaimana dia bisa memiliki pacar kalau jantungnya ini masih berdebar sangat kencang saat di dekat lelaki itu, dasar cowok gak peka!

"Kalau aku punya pacar juga gak mau lah kamu ajakin kayak gini, aku juga pastinya mikir lah Mas" ucap Alaina kesal lalu membuang mukanya, Alaina itu kesel kok Rayhan masih aja gak paham si. Alaina tuh maunya Rayhan bukan yang lain.

"Hehe iya juga ya, maaf Alaina. Orang kayak kamu kalau gak punya pacar mustahil si, eh ternyata gak punya. Aku yakin seratus persen, yang kamu tolak pasti banyak banget ya" Alaina mendengus, ya iyalah banyak demi siapa kalau bukan untuk lelaki itu? Cowok jaman sekarang kenapa si bikin orang naik darah aja.

"Aku sibuk Mas, organisasi, kerja juga jadi gak ada waktu. Mungkin kamu kali yang punya banyak cewek" ucapnya membuang muka ke arah jendela mobil melihat lalu lalang kendaraan.

"Kalau ngomong ngadep aku sini, marah ya? Maaf Alaina aku gak bermaksud aneh-aneh takutnya kan kamu emang beneran ada cowok. Kalau aku jelas gaada cewek Na, kamu yang pertama kali aku bawa ke rumah. Aku juga sibuk kerja gak ngurusin kayak gitu makanya tadi bunda ngomel suruh aku cepet nikah biar ada yang ngurusin" kali ini Alaina menatap mata Rayhan lekat, dan Alaina tidak menemukan kebohongan apapun. Dari tatapan Rayhan ke Alaina kemarin sampai sekarang Alaina tau lelaki itu masih mencintai dirinya begitupun sebaliknya, Alaina juga masih mencintai Rayhan.

Lalu keadaan di dalam mobil hening, Alaina tadi hanya menganggukan kepalanya lalu kembali menatap jendela, kenapa si Rayhan gak langsung aja to the point gitu kalau Rayhan masih suka Alaina, dan Alaina akan dengan senang hati menerima lelaki itu.

Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang