"Kamu baik-baik ya disana nanti, semangat kuliahnya. Jangan lupa sama aku ya Na" ucap Rayhan sambil mengelus rambut Alaina dengan sayang.Setelah selesai dari rumah Rayhan, Alaina sempat mencari oleh-oleh khas Jogja ditemani Rayhan lalu Rayhan juga menemani Alaina packing dan sekarang mereka sudah berada di Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
"Iya Mas, gak bakal lupa lah. Kamu kalau misal mau ke Bandung kabarin dulu ya" Alaina menatap Rayhan intens, Alaina masih tidak percaya bahwa kedatangannya kali ini dipertemukan dengan seseorang yang Alaina mau lupakan.
"Doain ya, semoga aku bisa kesana" Alaina tersenyum dan mengangguk mengaminkan ucapan Rayhan. Setelah itu Alaina harus segera masuk kedalam pesawat. Rayhan meminta ijin untuk memeluk Alaina, dan gadis itu mengiyakan. Rayhan juga berpesan kepada Silvi dan Nisa untuk selalu menjaga Alaina.
***
"Keren banget lo! Bisa juara, seru banget ya pasti di Jogja? Lo beli apa aja Na, omg gue lo beliin juga kan" cerocos Bella saat Alaina sudah sampai tempat kost. Alaina hanya mendengus melihat kelakuan sahabatnya itu, dia hanya melewati Bella lalu duduk di sofa sambil memejamkan matanya.
"Kenapa lo? Seru kan, kok muka lo sedih sih" ucap Bella langsung duduk di dekat Alaina.
"Gue ketemu sama dia" ucap Alaina yang sukses membuat Bella melotot tidak percaya.
"KOK BISA? KETEMU GIMANA? TERUS?" Alaina langsung menutup telinga, suara Bella bener-bener seperti toa masjid.
"Gue gak tau juga Bel, panjang kalau di ceritain" Bella menatap sahabatnya lekat, Bella yakin ada sesuatu diantara Alaina dan Rayhan.
"Ceritain! Gue gak mau tau" Alaina pasrah, lalu menceritakan dari awal bertemu sampai akhirnya mereka berpisah di Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
Bella lagi-lagi dibuat melongo oleh cerita Alaina, ini benar-benar sudah gila. Bagaimana bisa Alaina menerima lelaki itu dengan sangat mudah?
"Kalau mau ngomel besok aja, gue capek mau tidur" Alaina langsung pergi meninggalkan Bella yang masih tidak percaya.
Bella ingin sekali memukul kepala cantik milik Alaina, agar cepat sadar. Alaina memang benar-benar Aneh. Bella mendengus lalu menyusul Alaina untuk segera tidur.
***
"Bar, lupain Alaina. Kemarin gue lihat dia ada cowok pas di Bandara, gue gak tau itu siapa Silvi kayaknya lebih tau soal itu. Tapi gue yakin alasan dia nolak lo, karena lelaki itu" Bara menatap Nisa lekat, Bara tau alasan Alaina menolak dirinya karena Alaina belum move on sama masa lalunya. Bara pernah bilang akan menunggu gadis itu. Tapi lihat, ucapan Nisa tadi menghancurkan hatinya pagi ini.
"Lo bohong Nis? Gimana bisa ada cowok?" Nisa gadis itu mengedihkan bahunya. "Tanya ke sepupu lo langsung" lalu Nisa pergi begitu saja meninggalkan Bara dengan pikirannya.
Bara langsung mencari Silvi, dia harus mendapatkan informasi yang akurat tentang ini. Setelah bertanya Silvi hanya menganggukkan kepalanya. Dunia Bara seketika hancur.
"Dia seorang lulusan STAN, yang sekarang bekerja di instansi pemerintah Yogyakarta. Gue gak tau jabatannya apa tapi gue tau dia bukan sembarang orang. Alaina bilang mereka cuma teman. Tapi gue gak percaya Bar, dari tatapan matanya jelas memancarkan keduanya saling mencintai. Alaina terlihat bahagia bersama lelaki itu, lelaki itu juga sangat bertanggung jawab. Dia sama seperti lo, tapi lo kalah start lelaki itu mengambil hati Alaina dari dia masih SMA" Bara memejamkan matanya, mencoba mencerna baik-baik ucapan sepupunya. Apakah benar dia harus menyerah, memulai melupakan gadis yang selama ini dia tunggu dengan alasan gadis itu sudah menemukan kebahagiaannya?
"Bar, gue tau ini berat buat lo, gue tau sesayang apa lo sama Alaina. Tapi Bar, Alaina terlihat begitu bahagia bersama lelaki itu. Lupain Alaina, cari kebahagiaan lo. Alaina pasti juga bahagia kalau lo udah menemukan orang baru." Bara mendengus, ucapan Silvi membuat Bara ingin marah tapi dia tidak bisa. Bara harus segera menghubungi Bella, gadis itu pasti tau sesuatu.
***
"Na, demi apapun gue gak percaya dan apa tadi pagi lo telfon sama cowok brengsek itu? Na, lo harus buka mata lo lebar-lebar dia gak baik buat lo, lupain dia. Anggap kemarin cuma mimpi." Alaina menatap tajam kearah Bella, gadis itu tidak merasakan apa yang Alaina rasakan.
"Gak usah ngomong yang lo gak tau Bel, gue tau lo sahabat gue. Tapi lo gak berhak buat bilang begitu. Rayhan gak seburuk yang lo bilang, gue kecewa sama lo" Alaina berlalu pergi, gadis itu sangat ingin mengamuk.
Setelah sampai rumah kemarin Alaina langsung tertidur, pagi harinya Rayhan mengirimkan sebuah pesan yang membuat Alaina senyam-senyum sendiri. Lalu lelaki itu menelpon Alaina untuk sekedar mengingatkan makan dan mandi, lucu sekali. Alaina merasa dunianya sekarang sedikit berwarna. Tapi Bella, sahabatnya itu tidak mengerti dirinya kali ini. Padahal yang Alaina percaya cuma Bella, Alaina benar-benar kecewa. Baru kali ini Alaina merasa Bella bukanlah Bella yang dia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
ChickLitPertemuan singkat di dunia virtual membuat Alaina Aqila Dhanajaya gak bisa move on, bertahun-tahun memendam rasa yang gak pernah padam Alaina terus menyibukkan dirinya agar bisa cepat move on dan hasilnya nihil. Saat sudah menata hatinya tiba-tiba A...