Normal POV
.
.
.
.
.Disini lah (Name) sekarang, duduk di depan ayah nya. Disamping kanan kiri nya ada Edmund dan Tara. (Name) menundukan kepalanya sambil menahan tangis. Bukan tangis saja yang dirinya tahan, amarah yang sudah memuncak pun siap untuk dirinya ledakan, namun (Name) tetap memilih diam
Duduk di lantai gedung paling atas. Ayah nya tentu pemilik perusahaan ini. Dirinya bahkan tidak tahu ayah nya sudah berkembang seperti ini.
(Name) masih bermain dengan jari jari nya. Lalu beberapa menit kemudian, ayah nya membuka pembicaraan
"Dulu.. Aku dan bunda kalian mendiskusikan akan membuat kantor sendiri.. Lihat.. Sekarang terwujud tanpa bunda kalian.." - Ayah
(Name) menggigit bibir bawah nya agar tak bergetar. Dirinya mendingan agar air mata tak jatuh.
"Ku dengar.. Kau masuk geng ya? Nilai nilai mu kurang bagus karena itu kan? Kau harus lebih berusaha lagi, beginilah sekarang, tanpa usaha kau jadi anak nakal seperti ini" - Ayah
"Ayah, kau berlebihan" - Edmund
"Kau seharusnya bisa seperti Luciel, dirinya penurut, pintar, kenapa dirinya harus mati.." - Ayah
"Berhenti membanding bandingkan ayah.." - Tara
"Kau juga, kenapa kau harus terluka sampai cacat seperti ini?" - Ayah
Dan disaat itu pula (Name) memukul meja di depan nya dengan kuat, membuat semua bungkam
"'Tanpa berusaha'? Aku berusaha semaksimal mungkin pada hidupku yang sekarang, aku menangis dan mendapat berbagai cobaan
Kenapa kau menganggap apa yang kulakukan bukan sebuah usaha?? Kenapa kau memandang rendah semua yang kulakukan?? Kenapa?? KENAPA??" - (Name)
Air mata (Name) mulai mengalir. Tubuh nya bergetar hebat sekarang. (Name) masih belum terbiasa dengan tubuhnya yang melemah ini. Kadang hanya berteriak sedikit membuat tubuhnya bergetar hebat.
"Kalian pergi begitu saja, bahkan disaat aku juga seorang korban, apakah ayah begitu takut? Ayah begitu takut karena kehilangan orang yang ayah sayang? Kami juga kehilangan ayah.. Ayah tidak boleh egois.." - (Name)
"Aku hanya pergi meninggalkan mu agar kamu bisa menjadi lebih baik dan lebih baik lagi (Name)" - Ayah
"Memang apa yang ayah tau tentang ku?! Apa– APA AYAH TAHU BETAPA TERSIKSA NYA AKU??" - (Name)
Dada ku sakit saat mengatakan hal hal tersebut. Ku pukul dada ku agar meredam rasa sakit tersebut. Aku ingin menyelesaikan ini semua di detik ini..
"APA– APA AYAH TAHU PENDERITAAN KU??" - (Name)
Sang Ayah berdiri dari tempat duduknya dengan tatapan yang kurang bisa di artikan
"Bukan hanya kau... YANG PERNAH MERASAKAN MENDERITA! SEMUA ORANG JUGA SAMA!" - Ayah
(Name) menarik nafas dengan sesak. Isakan tangis nya menjadi jadi. Bisa sangat terdengar betapa sakit nya dirinya melalui suara serak nya tersebut
"Sekali saja.. Tidak bisakah ayah bertanya apakah aku baik baik saja? Aku benar benar sudah berusaha.. Aku berusaha untuk menang, agar bisa hidup bersama ayah dan adik adik ku.. APAKAH AYAH TAHU HAL BODOH APA YANG KULAKUKAN DEMI MENCAPAI ITU??" - (Name)
Sang ayah sekarang bisa melihat di dalam mata anak nya, dirinya sangat menderita, kesepian, bahkan tersiksa. Nafas Sang ayah langsung tercekat saat menyadari kesalahan nya.
"Tapi tetap saja aku gagal.." - (Name)
(Name) kembali duduk sambil menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan nya. Tara dengan meraba sekeliling nya lalu menyentuh kakak nya, duduk di samping kakak nya lalu memeluk nya dengan erat
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Our Future? (Tokyo Revenger X Reader)
Fantasía"Gua mau nonton TokRev tapi gua males banget jancok" "Yaudah gua kirim elu kesana mau ga?" "maksud lo- EH- LU SIAPA ANJENK??" "Nama gua jin dan disini gua pengen elu selesaiin list anime lu yang menumpuk itu" "Ha? siapa lu ngurus ngurus gua?" "setel...