Panggilan

255 52 6
                                    

Normal POV

.
.
.
.
.

Beberapa hari berlalu. (Name) masih belum terbiasa dengan hidup barunya. Masuk ke tempat kotor dengan penuh adegan tak senonoh, kadang disentuh dan di ajak melakukan hal kotor, untung nya (Name) menolak dengan alasan 'sedang tidak mood'

Tidak mungkin tiba tiba dia akan menggusur bangunan tersebut secara dirinya sendiri yang membuat bangunan tersebut. Juga mungkin saja para anggota Bonten yang lain akan langsung menyadari perubahan (Name)

Untuk sekarang, dirinya tak berani untuk mengambil langkah paling berbahaya, karena jika berkhianat maka dirinya akan dibunuh. (Name) tahu dirinya akan mati, tapi dirinya tidak ingin mati terbunuh, setidaknya bukan di tangan orang yang selalu dirinya lindungi

Tak jarang (Name) akan langsung ke kamar mandi saat melihat mayat yang berkeliaran sana sini, juga tubuh yang terpotong potong.

Dirinya harus bersusah payah untuk membuat wajah nya mendatar lalu izin untuk ke toilet. Rasanya perut nya dikocok dengan dahsyat saat bau anyir darah berkeliaran kemana mana

Berusaha untuk bisa tetap makan dengan normal, walau disaat selesai makan semua isi perut nya langsung dirinya muntah kan karena mual

Sering sekali dirinya menemukan testpack berkeliaran dimana mana saat sedang membereskan kamar nya juga. Semua nya positif. Pikiran negatif memenuhi pikiran nya. Dirinya hamil, namun langsung membunuh bayi tak bersalah di dalam perut nya

Menangis pun dirinya harus tahan untuk tak keluarkan suara, agar tak ada yang mendengar. Menangis melihat dirinya sekarang. Hina, kotor, sampah, dan banyak kata kata lain yang pantas untuk (Name) Terima

Hari ini, (Name) benar benar lelah. Kelelahan karena pergi sana sini hanya untuk melihat perjudian, hal tak senonoh,  juga pembunuhan dan mayat yang membuat dirinya muntah terus menerus

Lemas, itu yang (Name) rasakan. Makanan tadi siang yang di belikan oleh para Haitani memang dirinya makan di hadapan mereka, tapi saat dirinya ke toilet, perut nya di kocok hebat lalu memuntahkan semua isi perutnya.

(Name) tak punya tenaga saat ini. Dirinya melempar asal tas nya lalu melepas sepatu hak yang selalu menyiksanya dan melempar tubuhnya ke sofa

Empuk, itu yang (Name) rasakan. Dirinya tutup matanya dengan tangannya, tak membiarkan cahaya masuk matanya, walau memang ruangan itu gelap, padahal masih siang hari

(Name) tak pernah tidur di rumah lacur buatan nya sendiri. Tentu saja dia tidak pernah. Apalagi saat mengetahui kamar nya bahkan tak memiliki kunci, sehingga banyak lelaki asing yang akan masuk dan memerkosa nya

Apartemen yang dirinya sewa untuk beberapa hari ini, nyaman namun tak aman. Hati nya selalu sesak saat tak sengaja memutar kembali memori tentang apa yang terjadi

Air mata mulai mengalir, tak ada isakan yang menemani, hanya mengalir begitu saja.

"Aku lelah.." - (Name)

Sunyi. Sampai suaranya terpantul kecil. Kesunyian yang menyiksa dirinya sendiri, namun disaat yang lain menenangkan dirinya

"Setiap hari.. Aku berusaha untuk memperbaiki semua ini sampai di detik itu.. Pada akhirnya, ternyata seperti ini lagi.." - (Name)

Suara bergetar nya mungkin saja bisa membuat hati seseorang luluh. Suara lembut yang bisa membuat orang merasa bahwa korban ini sangat tersakiti

Berulang kali menarik nafas dalam. Menghembuskan nya dengan kasar. Berharap dirinya tenang. Tentu saja tidak semudah itu

Berusaha untuk menenangkan diri, (Name) mencoba melihat roomchat nya. Banyak nomor yang bahkan (Name) tak kenal. Dirinya scrool roomchat nya lalu menemukan satu nomor yang dirinya kenal

Is It Our Future? (Tokyo Revenger X Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang