Pagi hari tepatnya pukul 10 kara sudah berada didepan kanvas besar yang sudah terisi mural yang ia buat kemarin seharian sesekali ditemani Raka ataupun sahabat nya raka.kara memandangi kanvas besar itu dengan duduk di kursi roda.tangannya masih diinfus tadi ia meminta bantuan kepada suster untuk membantunya untuk ke taman belakang rumah sakit.
Raka ada jadwal dengan beberapa pasien lainnya sedangkan sahabat-sahabat Raka ada beberapa jadwal operasi.raka dan sahabat-sahabat itu mempunyai bidang yang sama yaitu dokter hanya saja bagiannya berbeda-beda,ada yang dokter anak,dokter bedah,dan dokter umum biasa.
"Everything is going to be ok"suara laki-laki dewasa itu membuat kara menoleh dan ia melihat ayahnya yang sudah berdiri dibelakangnya dengan setelan jas kantor,ayahnya membaca tulisan yang ada di kanvas besar itu.
Kemudian kara hanya diam dan tidak peduli dengan sekitar termasuk ayahnya,rasa kecewa masih ada saat kemarin ayahnya kasar dengan dirinya.
"Ayah minta maaf"tiga kata namun berarti bagi kara,Tama berjongkok didepan anaknya yang terduduk dikursi roda.
Tama menatap wajah anaknya yang pucat, gadis kecil yang dulu saat kelahirannya sangat ia nanti-nantikan dan sekarang tumbuh menjadi anak remaja 17 tahun yang sudah bisa menjawab jika ia bertanya,sudah bisa membantah jika ia memaksa dan bisa marah jika ia berbuat kasar kepadanya.
Tangan Tama mengambil tangan kara yang tidak terhalang selang infusan, walaupun tangan itu berusaha untuk tidak disentuh,namun Tama tidak nyerah sampai akhirnya tangan itu mau digenggam dan dicium olehnya.
"Maaf ayah minta maaf buat semuanya"ujar Tama
"Ayah kemarin lepas kendali karena ayah capek habis kerja makanya ayah melampiaskan itu semua ke kamu,ayah gak bermaksud untuk kasar sama anak ayah.sewaktu ayah kasar sama kamu kemarin,tangan ayah langsung gemetaran,jantung ayah berdetak lebih kencang karena ayah langsung teringat dulu saat ayah kasar sama mamih"kara masih belum mengeluarkan suaranya,ia sengaja.kara ingin tau apa yang akan ayahnya keluarkan.
"Kamu anak ayah,ayah sayang sama kamu,dulu waktu kamu lahir ke dunia ayah sampai traktir temen-temen ayah tiket liburan saking senengnya ayah,lebay sih tapi itu dulu sangat menyenangkan"Tama mengelus punggung tangan kara.
"Kamu mau tau gak kenapa ayah bisa sesenang itu waktu kamu lahir?"tanya Tama namun tidak ada respon dari kara.
"Waktu mamih mengandung kamu 9 bulan,banyak sekali rintangan yang ayah dan mamih hadapi.pertama diusia 4 bulan mamihnya sempat jatuh dan pendarahan tapi untung nya kamu kuat,kedua diusia 7 bulan drop banget karena bawaan bayi sampai mamih seminggu cuma minum susu dan makan apel itu bikin mamih sakit tapi lagi-lagi kamu kuat banget sampe ayah bersyukur kamu masih mau bertahan,dan yang ketiga yang bikin ayah tambah bersyukur yaitu saat kelahiran kamu ,tapi mamih pendarahan hebat dan kekurangan darah gara-gara itu mamih harus menunda kamu untuk keluar sekitar 10 menit sampai bunda kesakitan dan ayah udah pingsan karena gak kuat liat keadaan mamih, tapi akhirnya kamu lahir dengan sehat mamih juga"Tama menjelaskan semuanya kepada kara,dan kara pun menatap wajah ayahnya yang sedang menciumi tangannya.
"Tapi kenapa ayah harus nikah lagi,ayah kan tau kara gak bisa ngeliat ada orang lain yang gantiin mamih"akhirnya kara bersuara.
"Mamih Evelin itu sahabat mamih kamu,waktu mamih hamil dio,mamih selalu bilang ke mamih Evelin untuk jaga ayah,kamu dan Dio disaat mamih gak ada, ternyata bener mamih pergi sehabis melahirkan Dio.ayah gak bisa apa-apa saat itu,ayah bingung dan akhirnya mamih Evelin mau membantu ayah,mulai dari merawat kamu,merawat Dio bahkan memberikan asi kepada dio.3 tahun ayah ngerasa kalau mamih Evelin cocok untuk kamu dan Dio makanya ayah menikah dengan mamih Evelin,tapi ayah salah ternyata anak perempuan ayah gak suka dengan ini"ujar Tama dengan tangannya mengelus kepala kara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor vs Bad girl
Teen Fictionseorang dokter tampan nan cool ini harus berhadapan dengan gadis SMA dengan sifat tengil,songong, cerewet, dan dengan sifat lainnya yang membuat nya frustasi.