DBG 30

837 62 4
                                    

Suasana hari Minggu pagi yang cukup nikmat untuk menghabiskan waktu bersantai dirumah, namun tidak bagi Raka. Laki-laki dengan setelan celana jeans hitam dan kaos hitam itu kini sudah berada di dalam mobilnya yang terparkir didepan rumah kara, kekasihnya.

Raka datang kerumah kara karena ada alasannya, laki-laki itu gelisah dan khawatir pasalnya kara tidak bisa dihubungi, pesannya yang semalam hanya dibaca saja.

Dengan keberaniannya, Raka turun dari mobilnya dan mulai masuk ke dalam rumah kara.

Tok tok tok

Tok tok tok

Tok tok tok

Akhirnya pintu rumah itu terbuka dengan menampilkan seseorang yang memang Raka ingin temui.

Kara dengan pakaian santainya berdiri dihadapan Raka.

"Sayang aku kangen" tanpa ba-bi-bu lagi Raka langsung memeluk kara, pelukan yang erat dan nyaman ditambah kara sangat wangi, Raka akui dia sangat menyukai wangi parfum pacarnya ini.

"Ka lepas!" Kara melepaskan pelukan itu.

"Aku kangen, maaf kemarin hp aku mati jadi gak bisa balas chat kamu. Maaf juga udah bikin kamu nunggu, aku khawatir sama kamu Ra, chat dari aku cuma kamu baca setelahnya kamu gak aktif" tutur Raka dengan suara lembutnya dan tatapan yang tertuju pada wajah cantik kara.

"Kamu kemana kemarin sore sampai malem?" Tanya kara dengan tatapan yang tidak pernah Raka lihat sebelumnya, tatapan itu seperti menuntut Raka untuk menjawab nya dan ada emosi yang terpendam.

"Aku dirumah sakit sampe sore, terus aku pulang kejebak macet dan sampai rumah jam setengah tujuh malam sayang, hp ku mati waktu dijalan mau pulang" Raka sebisa mungkin menjelaskan nya dengan tenang agar kara juga tidak semakin emosi.

"Ya seharusnya kamu masih bisa dong bales chat aku pas sore, gak susah ko ka, cukup bales seadanya aja terus bilang ke aku kalo hp kamu bakalan mati dan gak bisa chat lama-lama sama aku. Ini kamu yang gak sempet karena terlalu sibuk kerja atau memang gak sempet karena asik berdua sama tari?!" Nada bicara kara mulai menaik apalagi saat perempuan itu mengucapkan nama tari.

"Aku cuma anterin dia pulang aja kara! Gak lebih! lagian dia duluan yang minta tumpangan karena mobil dia lagi dibengkel. Kamu jangan melebih-lebihkan omongan kamu cuma karena pikiran kamu yang jelek sama aku dan tari" jelas Raka, ia sedikit tidak suka dengan perkataan kara karena terlalu mudah menyimpulkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan nya.

"Jaman sekarang ada yang namanya ojek online, bukannya malah minta dianterin sama pacar orang!" Ketus kara.

"Lagian kamu juga kan yang minta ke aku buat selalu kasih kabar apapun itu. Oke aku ikutin kemauan kamu, tapi apa nyatanya? Bales aja enggak. Aku cuma nungguin kamu bales chat aku ka! Itukan yang kamu mau! Asik banget ya berduaan sama tari sampe gak bisa buka hp!"

"HP AKU MATI RA!" Lepas sudah emosi yang mati-matian ia tahan, sampai ia membentak kara.

Kara menatap marah ke Raka, cowok itu membentak nya.

"Dengerin aku dulu bisa gak? Jangan kayak anak kecil Ra!" Balas Raka.

"Kamu yang anak kecil!! aku cuma ikutin apa yang kamu mau, aku kabarin kamu terus setiap saat, lihat lagi chat dari aku, apa aku secuek itu? Enggak kan ka?" Kara menghela nafasnya, kakinya mundur 2 langkah dari Raka.

"Perlu aku jelasin kayak gimana lagi biar kamu percaya kalo aku sama tari cuma rekan kerja. Aku juga jarang-jarang kayak gitu sama rekan kerja perempuan." Raka berusaha lebih sabar dan tenang.

"Apa dianterin pacar orang juga harus dimaklumi juga? Apa gak takut kalo terus dimaklumi dan nanti malah jadi kebiasaan? Sesuatu yang dilakukan berulang kali akan jadi kebiasaan atau bahkan jadi hal favorit buat dirinya." Final kara lalu ia masuk dan menutup pintu rumahnya, meninggalkan Raka yang nampaknya masih belum puas untuk berbicara 4 mata dengannya.

Pertahanan kara akhirnya runtuh, ia menangis dibalik pintu besar rumahnya. Kara adalah tipe yang susah untuk bicara langsung jika sedang bertengkar dan dalam balutan emosi, karena kara tau ia hanya akan menangis nantinya.

"Aku cuma takut kamu nyaman sama perempuan lain" gumam kara.

"Oke gapapa kalo kamu masih belum bisa maafin aku Ra, mungkin besok kita bisa lanjut lagi bicara 4 mata. Istirahat ya Ra, aku bakalan sibuk banget hari ini jadi maaf kalo aku jarang chat kamu, tapi sebisa mungkin aku akan kabarin kamu. Jangan kecapean ya, diminum obatnya, jangan makan mie instan, aku kerja dulu ya sayang. Aku sayang kamu Ra." Ujar Raka, ia tau kalo pacarnya itu belum benar-benar pergi ke kamarnya karena Raka mendengar isakan tangis dibalik pintu.

Mobil Raka meninggalkan rumah kara. Ternyata yang ia kira akan selesai hari ini itu salah. Kara bahkan masih sangat marah padanya.

Hari Minggu yang Raka impikan untuk beristirahat atau menghabiskan waktu bersama kara ternyata tidak seindah itu. Ia harus bekerja untuk menggantikan beberapa dokter yang ke luar kota untuk memberikan penyuluhan kesehatan gratis.

***

"Kara makan dulu ya nak" Evelin datang ke kamarnya kara, ia melihat putrinya itu sedang duduk dikursi meja belajar nya.

Kara hanya menatap malas ke arah nampan yang berisi lauk pauk dan beberapa potongan buah.

"Maaf ya tadi mamih gak sengaja denger pembicaraan kamu sama Raka" Evelin duduk dipinggir ranjang kara.

Kara menatap ke arah mamihnya.

"Nak didalam hubungan itu memang selalu ada pertengkaran, dan mereka harus menyelesaikan nya dengan sikap dewasa. Kalo sama-sama menghindar gimana mau selesai nya, dan mamih yakin ko kalo Raka itu gak main belakang apalagi sama rekan kerjanya. Dia itu sayang dan cinta banget sama kamu. Mana berani dia sakitin pacar nya yang cantik ini. Percaya sama mamih deh kalo Raka gak akan selingkuh dari kamu." Evelin mengelus rambut kara yang menjuntai walaupun terkadang beberapa helai rambut itu rontok di tangannya, Evelin dengan sigap langsung menyimpan helaian rambut itu di saku bajunya.

"Jangan sok paling ngerti, kara kayak gini karena kara dari dulu gak pernah dapet kasih sayang yang cukup dari orang tua kara. Makanya disaat kara udah dapet seseorang yang sayang dan cinta sama kara lalu orang itu deket dengan orang lain kara marah, kara gak suka! Orang lain yang cukup akan kasih sayang gak akan ngerti rasanya dicampakkin sama orang terdekatnya." Kara pergi setelah berucap kepada Evelin.

Evelin menangis mendengar penuturan dari kara. Selama ini kara ternyata takut akan kehilangan orang yang sudah menyayangi nya dengan tulus.

"Kara gak akan kehilangan lagi nak..."

***

Halooooo guys🤗🤗

DBG UPDATE NIH🤍🤍

SEMOGA SUKA YAAA SAMA PART INI

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA 🤗🤍

Doctor vs Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang