Ruangan VVIP tempat kara menjalankan perawatan nya pasca melakukan kemoterapi pertama. Kondisinya sudah membaik tapi Raka menyarankan kara untuk dirawat dulu beberapa hari agar tubuh kara benar-benar pulih.
Diruangan itu sekarang ada banyu yang duduk dikursi samping ranjang kara. Laki-laki itu bolos sekolah hanya karena tidak mau jauh-jauh darinya.
"Sekarang hidup gw di selimuti rasa takut Ra"ucap banyu tanpa menatap wajah kara yang terlihat masih pucat.
Kara yang mendengar itu langsung memposisikan tubuhnya agar bisa duduk.
"Tiduran aja Ra"pinta banyu yang langsung berdiri membantu kara.
Kara menolak permintaan banyu,ia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang yang sudah di atur posisi lebih tinggi oleh banyu supaya kara bisa bersandar.
"Gw juga sama"ujar kara kepada banyu yang sudah kembali duduk di kursi.
Kara membuang nafasnya dengan tatapan yang sendu ke depan, rasanya semakin sakit jika harus tau ada orang lain yang merasakan rasa itu juga. Tidak seperti ini maunya kara, kara juga tidak mau seperti ini.
"Banyak hal yang kita takut dan benci tapi gak bisa dihindari" kara menunduk saat merasakan air matanya sudah turun.
"Kehilangan mamih, melihat papah memilih untuk menikah lagi, trus di diagnosa kanker darah...berat banget rasanya, terkadang suka tanya sama diri sendiri dan bertanya sama tuhan, 'ko bisa sih gw sekuat ini', 'tuhan punya rencana apa sih sama hidup gw sampai harus melewati ini semua'."ujar kara, perempuan itu masih bisa bercerita saat air matanya tidak mau berhenti.
"Di hidup gw sekarang, gw mau orang terdekat gw tuh untuk tidak terlalu prihatin sama gw yang sekarang, cukup diri gw aja sendiri. Gw bukannya gak butuh itu dari orang terdekat gw, cuma gw sudah terlalu banyak makan rasa kasihan dan simpati dari orang-orang, capek di anggap lemah, capek diatur gak boleh ini itu, capek saat ngeliat orang terdekat gw berusaha untuk bikin hidup gw gak sesakit ini padahal semua itu sia-sia" ujar kara dengan suara yang terbata-bata karena tangisnya masih belum berhenti.
"Semua harapan yang gw susun indah, semua cita-cita yang gw bayangin kalo dijalanin pasti hidup gw bahagia. Ternyata semuanya hancur, hancur bahkan sosok wanita yang menjadi tujuan gw selama ini dia juga pergi tinggalin gw" ujar kara dengan bibir bergetar.
"Ra" ujar banyu yang sudah bangkit dari kursi.
Kara menoleh ke arah banyu sambil tangannya menghapus jejak air mata yang membasahi pipinya.
"Gw mau peluk lo boleh?" Dengan ragu banyu meminta izin kepada kara untuk memeluknya. Kara terdiam sejenak mencerna pertanyaan dari banyu sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengizinkan banyu untuk memeluk tubuhnya.
Kesempatan itu tidak disia-siakan lagi oleh banyu, laki-laki itu langsung merengkuh tubuh kara dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kara.
Kara yang mendapat pelukan erat itu pun langsung membalas rengkuhan dari laki-laki yang sudah lama menjadi temannya itu.
Namun yang kara rasakan kini adalah ceruk lehernya basah, punggung banyu bergetar dan suara tangisan yang pedih terdengar di telinga nya. Banyu menangis.
"Kenapa nangis?"kara bertanya sembari tangannya tak henti mengelus punggung banyu.
"Gw ikhlas melepas Lo sama Raka"jawab banyu selanjutnya ia melepas pelukan itu.
Mata kara menatap ke arah wajah banyu seolah-olah meminta kejelasan dari kata-kata yang banyu ucapkan tadi.
"Gw salah, gw salah udah naruh perasaan lebih di dalam pertemanan kita, gw pengecut yang gak berani ungkapin itu sampai akhirnya gw kalah sama Abang gw sendiri. Dari itu semua gw udah mengakui kalau diri gw bener-bener pengecut dan gak pantes sama Lo. Gw gak mau persaingan ini malah bikin hidup Lo semakin terjebak di kesulitan Ra, gw gak mau nambahin itu dan sekarang gw mau ikhlasin Lo, Lo bisa jalanin hubungan yang bahagia sama Raka, gw harap itu bisa menjadi pelipur lara Lo. Gw yakin Raka bisa bikin Lo bahagia sampai kapanpun."ujar banyu dengan mantap. Semua sudah ia fikirkan dengan matang, ini semua demi kara. Banyu hanya ingin kara bahagia sekarang, bahagia dengan apa yang sudah ia punya, termasuk Raka.
Kara langsung memeluk kembali tubuh banyu, dan banyu pun tidak menyia-nyiakan pelukan itu.
"Makasih banyu, makasih udah mau mengerti. Lo bakalan jadi teman baik gw sampai kapanpun, jangan pernah jauh dari gw ya, Lo masih bisa ketemu gw, makan bareng gw, bikin mural bareng gw dan sampai kapanpun kita gak boleh saling menjauh. Gw sayang sama Lo sebagai teman"ucap kara.
Jujur saja walaupun banyu sudah ikhlas melepas kara namun kata-kata terakhir kara membuat hatinya sedikit sesak.
"Ekhem"suara bariton laki-laki yang muncul di pintu ruangan kara membuat banyu melepaskan pelukan itu.
"Gw balik dulu, besok gw kesini lagi"banyu langsung bergegas keluar, sebelumnya ia menatap ke arah Raka barulah ia melanjutkan untuk pergi.
Kara menatap ke arah Raka yang sekarang menuju meja samping ranjang nya,kara terus memperhatikan gerak-gerik Raka yang sedang membereskan obat-obatan kara yang berceceran di meja.
"Aku kapan bisa pulang?"tanya kara memecah keheningan.
Namun kara tidak langsung mendapatkan jawaban dari dokter laki-laki dihadapannya itu yang sekarang berstatus sebagai pacarnya.
"Aku bosan lama-lama disini"
"Besok Zara sama Lulu kesini, jadi kamu gak bosan"
Mata kara membulat mendengar kalau sahabat nya itu akan berkunjung kesini.
"Kamu kasih tau mereka-"
"Iya, aku udah jelasin semua ke mereka tentang kondisi kamu sekarang dan mereka bilang bakalan jenguk kamu besok"ujar Raka.
"Kenapa kamu kasih tau mereka?"tanya kara dengan suara menuntut kepada Raka.
"Sampai kapan?mau sampai kapan Ra kamu sembunyikan ini semua dari orang-orang terdekat kamu. Mereka berhak tau, lagian mereka gak permasalahkan apapun tentang kondisi kamu."ujar Raka dengan tubuhnya mendekat ke arah kara, kedua tangan Raka berada di samping tubuh kara dan matanya menatap tajam ke arah netra kara.
"Mereka sahabat kamu, gak ada salahnya sebagai sahabat saling tau kondisi masing-masing,mau itu susah atau senang. Kamu itu butuh support dari banyak orang yang kamu sayang, selain dari aku,banyu dan orang tua kamu. Mereka yang tau kondisi kamu itu bukan berarti bakalan anggap kamu lemah, enggak seperti itu Ra, justru mereka menganggap kamu adalah orang yang kuat, kamu bisa hadapi ini semua dan menutupi nya dengan senyuman kamu, dengan cara kamu untuk terlihat baik-baik saja didepan banyak orang padahal kamu menyimpan banyak sekali luka. Besok aku gak akan ganggu waktu kamu sama sahabat kamu, besok akan aku siapin makanan sehat untuk kamu yang pastinya sahabat kamu bisa makan juga, sekarang kamu istirahat aja yang cukup ya sayang."ujar Raka dengan sangat tulus bahkan tatapan tajam itu berganti dengan tatapan penuh kasih sayang.
"Maafin aku, maaf aku terlalu egois, maaf karena aku-"
Cupp
Raka mengecup bibir kara kemudian kedua tangannya memegang pipi kara.
"Jangan minta maaf, kamu gak ngelakuin kesalahan apapun, sekarang istirahat atau gak aku cium lagi"
"Dasar dokter mesum!"pukulan kecil Raka dapatkan di dadanya.
"Makanya istirahat,jangan pikirin apapun"Raka membantu kara untuk berbaring.
Kara menatap ke arah Raka yang sangat telaten merawatnya.
"Mau cium lagi boleh?"tanya Raka dan langsung dibalas anggukan kepala oleh kara.
Raka langsung mencium bibir kara, ciuman yang lembut dan penuh dengan kasih sayang. Ciuman berhenti, Raka menatap kara dan menyingkirkan rambut yang menghalangi mata kara.
"I love you sayang"
"I love you more dokter sayang"
Kemudian kara langsung mencium kembali Raka dengan kedua tangan nya ia kalungkan di leher Raka.
Raka pun dengan senang hati membalas ciuman itu dengan tangan kanannya menopang punggung kara.Kara melepas ciuman itu,lalu tangan nya merapikan rambut Raka yang berantakan.
"Aku sayang banget sama kamu"gumam kara.
"Aku pun begitu Ra, aku sayang banget sama kamu"balas Raka.
***
Haloooo DBG update lagiiiii 🤍🤍Semoga kalian suka sama part ini ya...
Happy reading guys 🤗
Update lagi kapan nih???
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor vs Bad girl
Teen Fictionseorang dokter tampan nan cool ini harus berhadapan dengan gadis SMA dengan sifat tengil,songong, cerewet, dan dengan sifat lainnya yang membuat nya frustasi.