Dear Draco

40 3 0
                                    

Aku kira ga bakalan ngeluarin airmata lagi setelah mengenalnya, aku kira aku akan selalu kuat seperti yang biasa aku lakukan. Tapi ternyata aku salah.

Aku salah pada perasaanku sendiri, aku salah menilai seberapa kuatnya aku selama ini.

Memang benar ternyata kebahagiaan dan kesedihan itu berada pada satu garis tipis. Ketika bahagia datang kesedihan akan ada setelahnya. Dan terus seperti itu, sampai pada akhirnya muncul satu pertanyaan sudahkah kalian bersyukur saat ini?

Namanya juga hidup ga melulu tentang bahagia, ga melulu sedih pasti ada manis, pahit, asam, asin ramai rasanya.

Tergantung cara kita memaknai semua yang terjadi.

Dan ternyata aku sendiri telah salah menilai apa yg terjadi.

Draco Malfoy, cowo blesteran tangerang london ini adalah orang yang mengisi hari-hari ku beberapa bulan terakhir. Bersamanya dunia seakan berwarna, entah aku yang lebay karna terlalu bahagia atau memang seperti itu adanya.

Tapi ternyata Tuhan maha adil, ga ada manusia yg sempurna. Begitupun draco, kadang aku berfikir Draco Malfoy itu aslinya dua orang.

Draco bisa jadi orang yang amat sangat manis, penuh kasih sayang, penuh kejutan. Tapi dilain waktu dia bisa jadi sangat menyebalkan, penuh emosi, gampang marah, moodian.

Dia bisa membuatku menjadi satu-satunya cewe paling bahagia didunia, tapi sedetik kemudian ia bisa mematahkan hatiku secepat kilat.

Aku berusaha sabar, menghela nafas adalah hal yang biasa aku lakukan jika draco dalam mode senggol bacok.
Tapi taukah kamu draco, satu kata bentakan darimu bisa membuat nyeri terasa dihatiku?

Setelahnya draco akan bersikap biasa saja, seperti ga terjadi apa-apa, seperti ga pernah mematahkan hatiku. Apa aku yang terlalu sensitif atau melankolis?

Aku mencoba mengerti, mungkin itu salah satu sifat buruknya.

Seperti ini resikonya jika kalian mencintai seseorang.

"Gue tadi bilang bawa jaket, lihat kan sekarang hujan." katanya ketika panggilannya aku jawab.

"Maaf."

"Ngeyel amat jadi cewe!!"

Pippp!!!

Dan panggilan pun terputus.

Aku hanya mampu menghela nafas, meletakkan kembali ponsel kedalam tas. Memandang langit yang masih setia menjatuhkan hujan beserta teman-temannya.

Salahku memang, harusnya ketika tadi pagi draco menjemput, ku turuti saja ucapannya agar membawa jaket. Agar dia ga membentakku.

Aku menghela nafas lagi, melihat sekeliling ternyata sudah sepi. Masih ada salah dua orang dengan kegiatannya masing-masing.

Aku bekerja sebagai kasir disebuah minimarket ternama, dan jadwal kerjaku sudah selesai beberapa jam yang lalu. Karna hujan jadi aku berteduh disebuah bengkel dekat tempat kerja.

Sedangkan Draco, dengan apa aku menyebutnya. Maksudku Draco itu seorang CEO, awalnya aku kira ia hanya karyawan biasa sama sepertiku tapi ternyata perkiraanku salah. Draco Malfoy anak tunggal kaya raya, pewaris Malfoy Corp.

Perbedaan kita bagaikan langit dan bumi. Tapi sekali lagi draco membuktikan bahwa ia bisa jadi orang biasa, dan memang benar selama ini ia ga pernah membawa mobil mewahnya ketika menjemputku. Meskipun tampilannya ga bisa biasa saja.

"Mau sampe kapan berdiri disana?"

Suara familiar menyapa telingaku, aku berbalik dan mendapatkan oknum itu tersenyum dengan sebuah jaket dibahunya.

Draco & LeenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang