An Apologize

28 2 0
                                    

"You know sometimes in life things aren't meant to be."

Leena selalu berpikir jika hubungan dua sejoli si kaya dan si miskin akan berakhir happy ending, seperti kisah cinta yang selalu ia baca dalam novel picisan, atau serial drama yang sering ia tonton. Leena pikir strata sosial itu tidak ada, tidak ada perbedaan si kaya dan si miskin ketika mereka saling mencintai.

Tapi ternyata Leena salah, ia salah memikirkan pernyataan konyol tersebut. Ia salah mendefinisikan apa yang terjadi di cerita novel atau drama dengan yang terjadi di kehidupan nyata. Terlebih ia sendiri yang mengalami.

Ia dan pria bernama lengkap Draco Malfoy dan hubungan asmara mereka akhirnya kandas karna tembok yang menghalangi keduanya terlalu tinggi, mungkin jika tinggi Leena bisa melompatinya tapi bukan hanya tinggi, tembok itu begitu tebal dan meskipun Leena membawa alat untuk meruntuhkan tembok, itu tidak akan cukup karna ia tidak punya alat lain.

Sehebat apapun ia berusaha, Draco Malfoy tetap tak akan tersentuh, mungkin Draco bisa menyentuhnya, tapi bagaimana dengan keluarganya?

Apalagi sedari awal keluarganya tidak melihatnya sama sekali, Leena seperti butiran debu dilautan luas. Harusnya Leena menyerah karna endingnya pasti akan seperti ini, tapi ia perempuan keras kepala.

Karna ia dan Draco Malfoy saling mencintai, ia mempunyai harapan jika pria berambut pirang itu bisa meyakinkan keluarganya jika anak tunggalnya tidak salah pilih.

Tapi sekali lagi harapannya hanya angan semata. Strata sosial tetap berlaku.

Leena tidak punya sesuatu untuk membuktikan jika ia layak bersanding dengan seorang Draco Malfoy, anak tunggal keluarga terkaya dinegeri ini. Pewaris utama Malfoy Corp. Leena hanya perempuan biasa, ia bekerja di sebuah restoran kecil milik orangtuanya.

Perbedaannya bagai langit dan bumi.

Flashback_

"Apa yang kamu pikirkan?" Draco bersuara, ia mengusap lembut rambut perempuan yang ada dipelukannya.

"Kita." Leena menjeda kalimatnya, ia menghela nafas pelan. "Apa hubungan kita akan baik-baik saja, Draco?" ia bertanya mendongakkan kepala melihat pahatan sempurna wajah kekasihnya.

"Selama kita terus bersama aku yakin semuanya baik-baik saja." jawab Draco, meskipun nada suaranya terdengar sedikit berbeda.

Leena mengangguk, kemudian memejamkan mata merasakan sentuhan lembut tangan pria yang sangat ia cintai.

Leena tahu, Draco pun meragukan apa mereka akan baik-baik saja mengingat perbedaan di antara mereka semakin terpampang nyata.

Flashback End_

Leena memejamkan mata, potongan momen bersama Draco tiba-tiba terlintas dipikirannya. Ia menggeleng mencoba menetralkan perasaannya. Tak baik jika ia terus mengingat semua kejadian yang tidak akan mungkin terulang.

"Hei cepat, pesanan kita banyak." Kepala ibunya menyembul dibalik pintu dapur.

"Sebentar, Bu."

Leena kembali menyelesaikan kegiatannya yang tertunda. Setelah itu ia menyiapkan semua pesanan dan membawanya keluar.

.

"Kenapa Draco, kenapa kamu tidak bisa mempertahankan hubungan kita?"

"Tekanan keluarga ku sangat berat, Lee. Aku tidak bisa berbuat apa-apa."

"Jadi semua sampai disini?"

"Mungkin itu yang terbaik. Aku tidak ingin mereka menyakitimu."

Leena terbangun dengan peluh keringat di wajahnya. Nafasnya naik turun, kemudian ia mengambil gelas air di atas nakas dan meminum sampai habis.

Ia terdiam menetralkan nafasnya. Selalu saja seperti itu, entah itu mimpi buruk atau bukan karna potongan percakapan itu selalu muncul ketika ia tertidur.

Setelah beberapa bulan hubungannya dengan Draco Malfoy berakhir, Leena tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia selalu terbangun ditengah malam, entah bermimpi buruk atau sekelebat momen bersama Draco kembali datang.

Ia tidak menyangka hubungan yang selalu ia banggakan berakhir tak bersisa. Draco memilih keluarganya, pria itu memilih jalan yang mudah dan berdalih jika itu terbaik untuk mereka berdua.

Dan Leena tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya mampu menerima keputusan kekasihnya. Meskipun kini dirinyalah yang tersakiti.

Ia menyingkap selimut, bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju jendela kamar. Leena berdiri disana memandang langit malam, pikirannya menerawang. Ia kembali menyalahkan diri sendiri karna terlalu berharap jika ia akan bahagia bersama Draco.

Ia lupa jika perbedaan status sosial mereka lah yang mengalahkan cinta yang mereka punya. Harusnya setelah beberapa bulan hubungannya berakhir, ia bisa menata kembali hidupnya.

Tapi ternyata Leena belum bisa, di siang hari ia terlihat seperti seorang yang tidak punya beban. Ia akan tersenyum pada semua orang, tetapi ketika malam apalagi tengah malam seperti ini, Leena akan menjadi pesakitan, seperti semua beban berada dipundaknya. Dan ia tidak pernah sembuh.

Kring
Kring!!

Atensi perempuan itu teralihkan mendengar ponselnya berbunyi, dengan helaan nafas panjang ia berjalan mengambil ponsel di atas meja rias dan menjawab panggilan.

"Hallo."

"Insomnia lagi?"

Leena melihat ponselnya memastikan siapa yang menelepon, harusnya sebelum menjawab panggilan ia melihat siapa sang penelepon dan ia menyesal.

Setelah sekian lama ia mendengar kembali suara itu. Dan ia terdiam beberapa detik, mendengar deru nafas diseberang sana.

Leena terdiam, ia tidak tahu kenapa bibirnya mendadak kelu.

"Bisa ke depan rumah sebentar?"

Perempuan itu tidak menjawab, ia hanya berjalan kembali ke dekat jendela membuka tirai dan ia melihat siluet pria itu berdiri memandangnya.

"Aku tidak akan kemana-mana."

Harusnya Leena menutup telepon dan ia bisa kembali tidur. Tapi yang ia lakukan adalah mengambil hoodie hitam memakainya asal dan sedikit berlari ke depan rumah, membuka pintu kemudian ia membeku.

Draco masih berdiri ditempat, pria itu pun memakai hoodie hitam yang sama. Apakah ini sebuah kebetulan?

Leena masih membeku seperti tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia hanya memandang pria yang masih berdiri beberapa meter didepannya.

Semilir angin menerpa wajahnya dan ia mengerjap. Kemudian ia melihat Draco merentangankan kedua tangannya dan pria itu tersenyum.

Harusnya jika Leena menggunakan logika ia tidak perlu menemui Draco karna hubungan mereka sudah berakhir. Harusnya jika Leena merasakan semua sakit hatinya ia tidak perlu keluar rumah sesegera mungkin.

Tapi Leena adalah Leena, ia hanya seorang perempuan yang masih mencintai pria yang saat ini masih merentangkan tangannya seolah meminta untuk segera ia peluk.

Dan kemudian Leena berlari, berlari ke pelukan Draco. Merasakan detak jantung pria berambut pirang itu, mencium aroma tubuh yang dulu jadi candu.

"Aku merindukanmu." Draco berseru memeluk erat pinggang perempuan yang selalu ia cinta.

Untuk sebentar saja Leena ingin egois,  ia hanya ingin merasakan dekapan hangat pria yang terus mengucapkan kata-kata romantis yang dulu selalu ia dengar. Leena tidak ingin memakai akal pikirannya.

























Tbc_

Draco & LeenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang