Meet Again

23 1 0
                                    

Pernah tidak kalian tiba-tiba memikirkan seseorang yang sudah lama tidak bertemu?

Pernah tidak kalian berbicara dalam hati ketika sekelebat bayangan seseorang datang menghampiri?

Gue yakin kalian pernah mengalami itu. Sama seperti apa yang gue alami sekarang.

Entah ada angin apa tiba-tiba gue memikirkan dirinya. Seseorang yang sudah lama tidak gue jumpai dan menghilang seperti ditelan black hole.

Seseorang yang pernah menjadi cerita indah dalam hidup gue tiga tahun silam. Dan gue susah payah untuk move on.

Tapi dengan mudah bayangan dirinya muncul tanpa aba-aba.

Dan apa yang membuat gue merutuki diri gue saat ini, dengan tanpa di duga dia muncul di hadapan gue dengan senyum yang sama, pun dia masih sama tampannya seperti terakhir kita bersua.

Memang benar apa yang gue ucapkan ketika pertama kali bertemu dengannya, jika ketampanannya memakai formalin tak lekang oleh waktu.

Gue menghela nafas, benar-benar merutuki diri karna bisa-bisanya gue memikirkan dia. Dan semesta dengan mudahnya mempertemukan kami lagi.

Jadi gue mohon kalian tidak usah mengalami hal yang sama seperti gue. Entah ini kemalangan atau kebahagiaan, gue masih tidak bisa menebak isi hati gue sekarang.

"Apa kabar, Lee?" adalah kalimat picisan yang keluar dari bibir tipisnya.

Gue berusaha untuk tidak salting, tapi mungkin ia bisa melihat gerak-gerik yang gue lakukan.

Seorang Draco Malfoy mempunyai indera kepekaan lebih tinggi dari indera lainnya.

"Baik. Lo sendiri?"

"Seperti yang lo lihat sekarang." ia tersenyum miring, dan sumpah demi apapun gue benci melihat senyumnya.

"Sudah lama sekali ya?" gue mengalihkan pandangan enggan memandang wajahnya.

"Dan lo masih tetap mempesona seperti dulu."

Gue menelan ludah, harusnya gue tidak terkejut karna Draco pandai menggombal.

"Gue gak bercanda by the way." ia melanjutkan.

Gue menatap dirinya dengan alis berkerut, mungkin ia tahu isi hati dan kepala gue sekarang. Tiga tahun bukan waktu yang singkat untuk mengenal satu sama lain.

"Lo juga masih ganteng." ucap gue pelan.

"Tentu saja. Ketampanan gue adalah anugerah dari Tuhan."

Gue tersenyum, Draco masih selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan padanya.

"Lo lagi nunggu seseorang?" ia bertanya melihat kanan kiri.

"Tidak."

"Bagus kalau begitu."

Kemudian tanpa meminta izin ia menarik kursi dan duduk dihadapan gue, mengambil sebungkus rokok di saku celana dan menghisapnya.

"Sejak kapan lo nyebat?" tanya gue heran, karna dulu Draco tidak pernah menyentuh benda itu.

"Sejak kapan ya? Mungkin sejak lo gak ada di hidup gue lagi." jawabnya datar, masih menghisap rokok membuat asapnya menguar kemana-mana.

Gue terdiam, seketika merasa bersalah.

"Jangan dipikirkan, gue udah konsul sama dokter kalau tidak akan terjadi apa-apa sama paru-paru gue." ucapnya seakan mengerti apa yang ada dipikiran gue.

Draco tahu jika gue melarang dia merokok.

"Syukurlah."

Draco mengangguk kembali menghisap rokoknya.

Draco & LeenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang