Friends

36 3 0
                                    


"Lo percaya kaga kalo laki perempuan temenan itu bohong?"

"Maksudnya?"

"Ga mungkin diantara mereka ga ada yang nyimpen rasa."

"Rasa apa? Rasa pengen boker?"

"Serius anjing!!"

"Lah elo, ngapain bahas beginian coba?"

"Ya kali lo ga ada rasa sama gue?"

"Coba kasih alasan, kenapa gue mesti ada rasa sama elo?"

Leena menerawang, dan gue sangat menyukai raut mukanya yang seperti itu.

"Kaga ada kan!!" gue bersuara, setelah beberapa menit leena masih terdiam.

"Gue cantik."

Leena memulai dan gue mengangguk, perempuan itu memang cantik, definisi cantik yang sesungguhnya.

"Gue bohay."

"Heh! Mana ada!!" potong gue. Karna gue ga setuju jika dia menganggap dirinya bohay.

"Lo ga liat body gue berisi gini."

"Kaga gue buta."

"Anjing!!"

Leena ngegeplak kepala gue, seperti itu jika ia sedang kesal.

"Jangan aneh-aneh. Lo kaga punya alasan kenapa gue harus punya rasa sama lo." final gue akhirnya.

Tapi sejujurnya gue bohong, rasa ini sudah ada setahun yang lalu.

Gue temenan sama leena itu sudah lama sekali, dari sekolah menengah pertama hingga sekarang setelah kita mendapatkan gelar masing-masing.

Awalnya memang baik-baik saja, gue pacaran dan dia pun punya pacar. Gue melihatnya biasa saja, sebagai teman perempuan paling baik yang gue punya.

Hingga suatu hari, semesta memberikan jalan untuk gue menyadari satu hal jika gue mencintai perempuan itu.

Pertemanan pria dan perempuan memang bullshit, dan gue harap kalian semua ga jadi bego seperti gue.

"Lo kenapa? Kesambet?"

Suara leena mengembalikan jiwa gue yang melayang, suara indah yang selalu gue ingat ketika malam tiba.

"Balik yuk." seru gue menarik tangan leena.

"Lah, tetiba?!" perempuan itu melihat gue dengan wajah bingung.

"Udah malem bego, gue ga mau di sambat abang lo lagi."

Blaise Zabini memang sobat gue, tapi untuk urusan adeknya si item itu kadang lupa siapa gue.

Leena berdiri tidak melepaskan tangannya yang gue pegang. Gue melirik wajahnya yang biasa aja, berbeda dengan gue yang udah pengen muntah. Tapi gue kan draco malfoy, gue akting se cool mungkin. Biar leena ga menyadari kalo gue tremor.

.

"Kok bawa motor?" itu adalah kalimat pertama yang terdengar saat gue jemput dia dirumahnya.

Bukan, leena bukan tipikal cewek matre. Hanya saja dia heran karna gue yang biasanya anti panas matahari, hari ini menjemput dirinya pake motor.

"Mobil gue di bengkel." ucap gue, padahal gue bohong.

Ini adalah kali pertama sejak kita berteman, gue jalan sama dia pake motor. Gue pengen kayak pemuda-pemudi lain, bonceng perempuan di bawah terik matahari.

Mungkin kulit gue yang putih ini bakalan kebakar entar, tapi gue ga perduli. Gue cuma pengen ngerasain, leena memegang pinggang gue pas gue bonceng. Sesimple itu.

Draco & LeenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang