Another Chance

27 2 1
                                    


"Saiki aku wes sadar, terlalu goblok mencintaimu."

Gue tersenyum sumir mendengar sepenggal lirik yang diputar tetangga sebelah, lagu itu seperti menyindir kisah cinta gue saat ini.

Tuttt
Tuttt

Gue memperhatikan ponsel yang terus menyala, menampilkan satu panggilan masuk dari seseorang.

Dan gue terlalu malas untuk menjawabnya.

Gue mengambil ponsel setelah panggilan berakhir, menekan tombol off dan menyimpan benda pipih itu diatas nakas.

Menghela nafas kasar, gue berusaha memejamkan mata dengan musik yang terus berputar.

"Maafin gue, Lee."

"Minta maaf?"

"Terus gue harus apa?"

"Kalo gue maafin, lu bakalan ngulang lagi dan lagi. Basi tau ga!!"

"Cinta gue cuma buat elu."

"Gue, dan perempuan berkaki dua lainnya."

"Jangan seperti ini, Lee."

"Sekarang gue harus gimana menurut lu, coba sekali aja lu ada diposisi gue Draco."

Gue menyumpal kepala dengan bantal, mengenyahkan percakapan yang terus terngiang tempo hari.

"Terlalu goblok mencintaimu."

Dan lirik lagu itu kembali terdengar.

Sial, gue emang bego.

.

"Dek!!"

"Dek!!"

Gue membuka mata perlahan, merasakan seseorang menepuk pundak gue lembut.

"Dek!!"

Gue membalikkan badan, dan bang Blaise tersenyum menampilkan giginya yang putih.

"Makan, abang udah masak. Lu jangan tidur terus." ucapnya seraya berdiri, dan keluar dari kamar gue.

Gue mengucek mata, berharap kalo ini mimpi dan kedatangan bang Blaise cuma fatamorgana.

Pukk!!!

"Aduh!!" gue meringis, memegang jidat yang kena spidol.

"Gue nyata bego, ngapain pake kucek-kucek mata segala. Emangnya gue jurig." dengus bang Bles.

"Sakit ih, abang." dan gue merajuk.

"Cepetan mandi, ga baik maghrib-maghrib tidur." dan belio pun menutup pintu kamar gue dengan tidak bersahabat.

"Huftt!!" gue menghela, segera bangun dan menuju kamar mandi.

.

"Ada apa lagi kali ini?"

"Gue ga mau ikut campur urusan kalian, selesein sendiri lah bego."

"Ckk, bodo amat."

Ditengah perjalanan menuju ruang makan, sayup-sayup gue denger bang Bles sedang ngobrol dengan seseorang.

Dan kemudian gue berhenti jalan, ketika gue melihat penampakan pria berambut pirang yang khas.

Dunia ini emang sempit ternyata.

Gue yang ga pernah ingin melihatnya,  malah dirinya muncul dirumah. Ga mungkin gue mengompori bang Bles supaya dia tidak mengijinkan oknum berambut pirang itu berkunjung.

Draco itu sobat sehidup semati bang Bles, jadi wajar ia akan sesuka hati datang dan pergi kerumah gue.

Dan seberusahanya gue buat menghindar, Draco akan selalu muncul dimanapun. Ia seperti punya jurus seribu bayangan, jadi ya sudahlah mungkin memang gue mesti memberi nya kesempatan kedua ketiga keempat dan seterusnya.

Draco & LeenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang