Pregnant

46 3 0
                                    


"Ini gimana coba kelangsungan hubungan gue sama Jaehyun." Seru gue frustasi.

"Tinggal putus aja, ngapain ribet." jawab pria didepan gue yang malah sibuk mainin ponsel.

"Gue udah mau merit, selang 3 bulan lagi gue udah sah jadi istrinya." gue makin frustasi.

Gimana engga, tadi pagi gue iseng pake tespack yang udah gue beli tiga hari lalu. Dan makjrengg hasilnya garis dua men.

Dan gue makin stress, karna janin yang ada dalam perut gue itu bukan anak Jaehyun, pacar gue.

Jahat banget ga sih gue?!

"Terus lo mau gue ngapain? Kalo soal tanggungjawab gue akan tanggung jawab."

Gue menoleh ke arah Draco, yang entah kapan udah ga maen ponsel lagi. Pria itu menatap gue tajam, sial gue makin pusing.

"Ga semudah itu, Draco."

"Emang lo punya solusi lain?"

"Ga tau, kepala gue pusing."

Gue terduduk lesu disamping Draco, menyenderkan kepala gue di bahunya.

"Gue minta maaf, Lee." ucap Draco pelan.

Gue masih memejamkan mata, menghirup aroma tubuh Draco yang ternyata wangi.

Ini memang bukan salah Draco sepenuhnya. Jika gue ga mabok parah, dan terus menggoda Draco, pria itu ga akan nindihin gue.

Gue emang bego.

Gimana kalo Jaehyun tau gue hamil, karna Jaehyun ga pernah mau tidur bareng gue. Dia terlalu manis, dan kadang gue selalu bertanya apa gue pantas jadi pendamping hidupnya.

Dan terjawab sudah dengan kejadian ini, gue emang ga pantes buat dia.

Apa gue pake cara ekstrem bilang "Je, gue hamil. Kita ga jadi merit."

Jaehyun mungkin akan nampar gue, memaki gue dengan kata-kata kasar.

Atau yang lebih ekstrem, aborsi.

Wah pasti Draco bakalan bunuh gue, kalo gue ngelakuin aborsi.

"Lo laper ga?"

Gue membuka mata denger suara Draco, "Gue ga laper." jawab gue dan kembali memejamkan mata.

Draco itu temen gue, lebih tepatnya temen abang gue. Dan karna bang blaise jarang dirumah, jadi ketika gue sedih, ketika gue down, Draco yang menemani gue.

Dia pria baik yang gue kenal, setelah Jaehyun tentu saja.

"Gue pengen es kelapa." setelah beberapa menit berlalu gue akhirnya bersuara.

"Mau goput atau beli dijalan?" seperti biasa Draco ga banyak komen.

Dia emang suamiable, tipe suami siaga dan boyfriend material tentu saja. Draco masih avaliable, dia bukannya ga laku mungkin pria itu terlalu malas nyari perempuan.

"Lo aja yang beli gue nunggu disini, gue males, pengen rebahan."

Draco mengusak rambut gue lembut, ia menyambar kunci motor yang tergeletak di meja. Kunci motor gue tentu saja, karna Draco ga pernah pake motor tiap kerumah gue.

"Kalo bisa gula nya merah ya." gue sedikit berteriak.

"Iya."

Gue tersenyum tipis, menyandarkan tubuh di sofa kembali memejamkan mata dengan isi kepala yang semakin berisik.

.

"Kamu sakit?" Jaehyun memandang gue khawatir, dengan pipi bolongnya yang mempesona.

Sial, kenapa wajah pucat ini ga bisa gue sembunyikan.

Draco & LeenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang