Love at First Sight

20 3 2
                                    

"Lo pernah ngerasain love at first sight, cinta pada pandangan pertama?"

Perempuan itu menggeleng dengan wajah penuh tanya.

"Mother bilang jika kau merasakan jantungmu berdebar saat melihatnya pertama kali, maka dipastikan kau jatuh cinta." gue terdiam memandang wajah ayunya, "And i am falling in love with you."

"Hah!! Gimana gimana?!!"

Ia melotot dengan bibir yang sedikit terbuka, mendengar ucapan gue.

"Lo ngerti bahasa inggris kan?" tegas gue, karna malas mengulang suatu percakapan.

"T-tapi kenapa gue?" tanya nya terlihat gugup.

Gue mendecak, "Ya gak tahu, namanya juga cinta. Emang mesti ada alasannya."

Wajahnya mulai memerah, ah gue pasti sudah menaikkan satu oktaf suara gue.

Mungkin dia mengira gue membentaknya.

"Sorry." ucap gue pelan.

Perempuan bernama Leena Hapsari itu menghela nafas, masih melihat gue dengan tatapan tidak percaya.

Ya lagian siapa yang akan percaya dengan ucapan gue yang di cap sebagai playboy kelas hiu. Gue benci julukan itu, karna gue sudah pensiun berpetualang mengencani wanita.

"Lo pasti bercanda." ia bersuara setelah sekian menit mencerna pernyataan gue diatas.

"Lo pikir gue segabut itu menyatakan perasaan gue pada seorang perempuan?"

Setelah mengenal gue untuk waktu yang lumayan lama, ia pasti sudah paham bagaimana sikap gue.

"Ini sudah lama dari jarak kita ketemu, kenapa sekarang lo bilang cinta pada pandangan pertama sama gue. Aneh gak sih?"

Gue mengalihkan pandangan, karna emang jujur ini sudah terlalu lama bahkan mungkin sudah basi. Tapi perasaan gue masih tetap ada pada tempatnya dan masih sama tak berubah sedikitpun.

"Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali." seru gue penuh penekanan.

Leena masih menatap gue, mata coklatnya bersinar seperti buah almond.

"Lo serius, Draco?" ia bertanya sekali lagi meyakinkan dirinya.

"Lo pasti tahu jika gue tidak sebercanda itu tentang perasaan."

Kemudian ia mendekat mengeluarkan sesuatu dari dalam totebag.

Plak!!
Plak!!
Plak!!

Perempuan itu memukuli tubuh gue dengan kipas portabel yang selalu ia bawa.

"Aduh aduh, sebentar. Ini sakit." gue meringis merasakan perih karna ternyata ia memukuli gue dengan tenaga dalam.

Leena menghembuskan nafas kasar memasukkan benda tersebut kedalam totebag.

Gue mengusap-usap bahu yang terasa berdenyut.

"Sakit gak? Sakit kan?!" ia bertanya tapi terdengar seperti suatu pernyataan, "Harusnya gue jambak juga rambut lo yang putih itu."

Gue melotot sembari menaikkan satu alis. Kemudian ia mengambil botol air mineral dan meminumnya sampai habis tak bersisa.

"Ada salah satu quotes dari novel favorit gue kalau gak salah tulisannya begini, jika lo menyadari mempunyai perasaan pada seseorang maka segera beritahu karna tidak setiap orang peka apa yang lo rasa." serunya melemparkan botol kosong ke sembarang arah.

Gue terdiam mencerna ucapannya, memang benar harusnya dari pertama bertemu gue nyatakan perasaan ini. Harusnya memang tidak butuh waktu terlalu lama, seharusnya gue bertindak sebagai pria pada umumnya.

Tapi entahlah, gue sendiri pun tidak mengerti.

"Terus setelah lo bilang apa yang lo rasain sama gue, apa semuanya akan berubah? Maksud dan tujuan lo nyatakan perasaan lo sekarang itu apa, Draco?"

Gue masih tak bersuara dan perempuan itu menatap gue tajam, menunggu jawaban atas pertanyaan yang ia lontarkan.

"Well maybe, we can be together." 

Setelah mengucapkan kalimat itu gue mengalihkan pandangan, karna enggan mengetahui reaksinya, pun gue tidak ingin ia melihat semburat merah dipipi gue yang pucat.

Sial, sejak kapan gue salting begini.

Gelepak!!

"Anjir!!"

Lengan gue berdenyut lagi. Seketika gue lupa jika seorang Leena Hapsari bisa menjadi barbarly.

Gue langsung melihat ke arahnya, ia nampak melotot dengan wajah yang memerah menahan kesal.

"Salah gue apa?" tanya gue masih memegang lengan yang masih berdenyut.

"Lo tanya salah lo apa? Gue baru tahu kalau Draco Malfoy bisa menjelma menjadi bodoh." ia menghembuskan nafas kasar, mengambil botol air mineral dan meminumnya sampai habis. Kebetulan botol mineral itu punya gue.

Gue mengangkat bahu, karna memang gue sama sekali tidak mengerti.

"Gue punya pacar, bego!!"

"Wait!! What!! Kenapa gue gak tahu?!"

Perempuan itu punya pacar, Leena Hapsari sudah mempunyai kekasih. Fakta macam apa ini, kenapa gue sama sekali tidak mengetahui.

"Gue harus bikin pengumuman kalo gue udah punya pacar gitu biar lo tahu. Kocak bener."

Gue mengerjap, terlalu ambigu dengan fakta yang baru gue ketahui sekarang.

Bagaimana nasib perasaan yang sudah gue simpan selama ini? Apa akan pupus begitu saja?

"Lo bilang lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali tapi ini sudah sangat terlambat, Draco."

Kemudian tanpa sengaja kita saling memandang, "Apa tidak ada kesempatan untuk gue?" Leena menggeleng, "Sama sekali?" ia mengangguk.

Ternyata ia benar, harusnya sejak awal ketika gue merasakan cinta pada pandangan pertama padanya gue nyatakan saja apa yang gue rasa mungkin sekarang tidak akan seperti ini endingnya.

Leena seratus persen benar jika gue memang salah, salah karna tidak bertindak sebagai pria gentleman.

"Maafkan gue, Lee." gue berseru pelan, seketika kehilangan semua energi.

"Don't be."

Kemudian perempuan itu menepuk pundak gue dua kali, gue spontan menyingkirkan tangannya.

"Jangan kasihani gue." ucap gue karna gue tidak ingin ada orang yang sadar titik lemah seorang Draco Malfoy.

Dan gue mendengar helaan nafasnya, gue yakin ia merasa tidak enak karna telah menyakiti perasaan gue. Padahal gue sendiri yang bego.

Lalu apa yang harus gue lakukan sekarang?

"Everything gonna be okay, Draco. Bersikaplah seperti lo gak pernah menyatakan perasaan pada gue, jika suatu hari nanti kita berjodoh mungkin kita akan bersama. Gue bilang seperti ini bukan ingin memberi harapan, tapi takdir Tuhan siapa yang tahu kan."

Gue memandang wajahnya dan ia tersenyum, senyum termanis yang belum pernah gue lihat. Gue menghela nafas, dan mengangguk.

Mungkin butuh waktu dan gue harus berusaha lebih keras untuk mengurangi perasaan cinta yang gue rasakan padanya.

Ternyata gue mengerti satu hal, tidak semua harapan dan keinginan akan terwujud. Karna tidak semua hal berjalan seperti yang kita ekspektasikan.

"Makasih udah cinta sama gue, tapi gue harap lo bisa melupakan gue meskipun pasti butuh waktu. Gue berdoa semoga someday lo menemukan seseorang yang bisa menggantikan posisi gue di hati lo."

Tak pernah sekalipun gue memikirkan akan
di tolak oleh seorang perempuan. Tidak pernah sama sekali jika gue akan merasa sakit karna cinta gue tak terbalas.

Hidup memang se ajojing ini ternyata.










































Tbc_ (with another Draco & Leena story)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Draco & LeenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang