Bulan Sabit di Siang Bolong

20 2 0
                                    

"Bunda, Adek berangkat ...," ucapnya pada perempuan yang sedang menyiram tanaman depan rumah.

"Tidak menunggu Abangmu sayang?"

"Tidak Bunda, kata Bang Langit, dia kena kelas siang, jadinya masih molor belum bangun."

"Dasar kebo ya Abangmu itu," sahut Dini berjalan menuju keran yang terletak samping teras, lalu mematikan aliran airnya.

"Haha, kebo gitu juga anak Bunda kan?" Kaca tertawa kecil lalu bersalaman pada Dini. Perempuan itu memeluk sang bunda dan mengecup pipinya singkat sebelum beranjak pergi.

Kaca bergegas pergi menuju halte bus, menunggu sebuah kendaraan besar berhenti dihadapan untuk menjemputnya. Kaca duduk sembari menatap sebuah amplop berwarna merah muda ditangannya, serta sebuah kotak makan yang berisikan nasi goreng.

Pagi buta Kaca sudah bangun untuk memasakkan seporsi nasi goreng paling enak di dunia, bahkan kokok ayam saja kalah cepat menggema dari seorang Kaca. Tentu saja itu paling enak bagi dirinya, karena tercipta dari sebuah kerja keras dan bumbu cinta yang ditaburkan dengan penuh perasaan. Kaca membuatkan nasi goreng untuk seorang Kayu yang entah dimakan atau tidak nantinya. Yang penting bagi Kaca, dia harus berusaha mendapatkan hati Kayu sebisa mungkin.

Kaca bingung, ini sudah satu setengah tahun dia mengejar seorang Kayu, tapi Kayu tidak sedikit pun luluh padanya. Sifatnya juga sama, masih sangat dingin dan tak perhatian. Kaca sebenarnya tidak tahu alasan mengapa dia begitu menyukai seorang Kayu, padahal begitu banyak hal yang masih dirinya tidak tahu perihal lelaki dengan mata bulan sabit itu. Tetapi ada satu hal yang Kaca tahu dengan pasti, yaitu sosok laki-laki yang begitu memukau dimatanya.

Bus berhenti tepat di depannya, membuat Kaca dengan cepat memasuki bus itu dan duduk di kursi belakang. Tahu tidak alasan kenapa seorang Kaca menyukai duduk di belakang? Padahal jika dipikirkan itu sedikit memakan waktu karena harus mengantre untuk turun. Tapi Kaca menyukainya, dia menyukai orang-orang yang ramai di depannya.

Langkah kakinya begitu santai memasuki gerbang sekolah menuju kelas. Sebelum menuju ke kelasnya, Kaca harus mampir ke kelas seorang Kayu terlebih dulu. Tentu saja itu untuk menaruh surat dan juga kotak makan yang berisi nasi goreng di dalam laci milik Kayu.

Dia berjalan mengendap-endap seperti pencuri memasuki kelas Kayu yang sebenarnya sudah ada beberapa yang datang. Empat perempuan teman sekelas Kayu hanya tersenyum sembari geleng-geleng kepala, mereka sudah biasa melihat tingkah laku Kaca yang seperti itu. Jadi tak heran lagi jika di kelas mereka seorang Kaca sangat terkenal dengan kegigihannya.

Kaca menaruh surat itu dan sebuah kotak bekal di bawah laci Kayu. Setelahnya dia duduk sebentar membersihkan meja Kayu yang sedikit berdebu.

"Kaca," panggil seorang perempuan yang Kaca kenal bernama Fira.

Mata Fira sedikit melotot memberi isyarat, dia berucap seakan ada seseorang yang datang menghampiri Kaca.

"Ada apa sih Fir? Kek lihat setan aja," celetuk Kaca yang tidak menyadari kehadiran laki-laki pemilik bangku yang di dudukinya.

"Ada Kayu," ucapnya tak bersuara, tetapi dengan mulut yang mengeja.

Kaca tak memahami ucapan Fira, hingga saat dirinya menoleh ke arah lain, Kaca mendapati seorang laki-laki dengan banyak buku di tangannya.

Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang