Seorang lelaki dengan tubuh tinggi serta pakaian rapinya itu tengah menyeberang di jalanan yang ramai. Senyumnya tak henti mengembang tatkala mengingat ucapan Areza yang selalu menggema di kepalanya.
Americano coffee adalah hal mudah yang Kayu lakukan agar seorang Areza bisa tetap tersenyum bangga padanya seperti tadi. Hingga tanpa ia sadar, kaki itu sudah melangkah ke tengah jalan. Pupil matanya membesar seiring sebuah mobil mewah yang melaju kencang ke arahnya.
Brakkkk!
Tubuhnya seakan ringan seperti kapas hingga melayang begitu jauh dari tempat semula. Matanya sontak menatap indahnya langit malam dengan badan yang terasa remuk tak bertulang. Rupanya semesta benar-benar tak membiarkannya bahagia, barang sejenak.
Suara hantaman keras itu menggema sampai ke telinga Areza, hingga spontan mata yang tadinya menatap ke arah layar handphone itu, langsung beralih menatap ke luar dari kaca mobil di mana seseorang yang ia kenal dengan jelas, terpental begitu ganas lalu tergeletak di aspal.
Jantungnya berpacu cepat beriring dadanya yang terasa sesak. Kakinya dengan cepat berlari menghampiri seorang anak laki-laki yang kini sudah penuh dengan lumuran darah.
"Kayu ...," lirih Areza dengan suara seraknya sembari memangku kepala Kayu yang bercucuran darah.
Petir menggema begitu saja di saat cuaca begitu cerah, seakan tahu jika lelaki tangguh itu kini tengah terjatuh tak berdaya di pangkuan sang ayah.
Kayu membuka matanya dengan kekuatan penuh yang masih tersisa dari tubuhnya yang begitu menyakitkan. Ia tersenyum sambil mengelus punggung tangan sang ayah yang memegangi wajahnya.
"Kayu senang Ayah bisa merangkul Kayu seperti ini ... Pada akhirnya Ayah juga tidak lagi memalingkan wajah saat menatap Kayu ...," lirihnya pelan dengan sudut mata yang mulai menyipit, beriring lengkungan yang muncul di bibirnya
"Berhenti berbicara Kayu, lihat darahmu tak henti-hentinya mengalir. Simpan tenaga itu untuk kita menuju rumah sakit!" ucap Areza memerintah, dengan sedikit menahan isak tangisnya.
"Yah, hari ini Kayu bisa membanggakan Ayah kan?"
"Iya, iya, Kayu sudah bikin Ayah bangga. Terima kasih," sahutnya cepat sambil membenarkan rangkulannya agar sang anak merasa sedikit nyaman.
Kayu terdiam sejenak, matanya menatap lekat wajah Areza yang tampak begitu khawatir. Rasa senangnya benar-benar mengalahkan rasa sakit yang sungguh tak terkira itu.
"Yah ...," panggilannya lirih setelah menarik napas cukup panjang.
"Hemm?"
Areza menatap wajah Kayu dengan lembut, bahkan sekarang tangannya mengelus pelan rambut sang anak.
"Bunda sedang apa ya sekarang? Kayu rasanya ingin pergi menemui Bunda ...."
"Nggak, kamu tidak boleh pergi ninggalin Ayah!"
Barang sedetik pun, Areza tak pernah ingin jika sang anak pergi dari kehidupannya. Dia terlihat begitu frustasi, bagaimana bisa kejadian ini terulang kembali dalam hidupnya. Bagaimana bisa dirinya menyaksikan dua orang yang ia sayangi tergeletak di aspal dengan penuh lumuran darah, dan lagi-lagi itu semua gara-gara dirinya yang begitu egois.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓
Teen FictionKayu, kamu adalah kesederhanaan semesta yang sulit di jelaskan dengan logika ~Kaca Kayu dan Kaca, dua insan yang dipertemukan semesta dengan sifat yang jauh berbeda. Kaca jatuh cinta pada lelaki buta warna yang selalu dituntut sempurna oleh keadaan...