Kayu Sang Pahlawan

11 3 0
                                    

Langit malam mulai menyapa dengan cahaya senja yang menghilang perlahan. Seorang Kaca masih saja duduk di halte bus, menunggu angkutan yang biasanya dia naiki datang menghampiri. Wajahnya muru dengan nafasnya yang mulai lelah, harinya benar-benar buruk karena harus remedial lagi dan lagi.

Sebenarnya Kaca sudah belajar dengan rajin dan mempersiapkannya dengan benar, hanya saja dia tipe orang yang mudah lupa jika terlalu gugup, hingga semula pelajaran yang di ingatnya menghilang begitu saja dari otaknya.

Kaca tengah melamun sembari menatap pengendara yang lalu lalang di depannya, hingga tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundaknya sedikit kasar, membuat perempuan itu terkaget dan spontan langsung melihat ke arah belakang agar mengetahui siapa yang memegang pundaknya.

Matanya membulat sempurna dengan perasaan yang mulai gugup sekarang, saat mendapati dua pria sedikit dewasa yang menatap padanya dengan intens. Dua orang itu menyeringai menakutkan ke arah Kaca, dengan satu pria yang perlahan duduk di sampingnya.

"Ka-kalian siapa?" Ujar Kaca sedikit takut, namun dia berusaha menetralisir ekspresi wajahnya agar tak terlihat takut.

"Kita teman kamu," sahut salah satu pria yang beranting di telinga.

"Emm maaf, mungkin bapaknya salah kenal orang," jawab kaca sedikit gugup, dan ingin beranjak pergi menjauh.

Perempuan itu berdiri dari bangku halte dan ingin melangkahkan kakinya untuk menjauh. Tetapi, baru sedikit dirinya beranjak, tiba-tiba saja tangannya dicekal oleh salah satu dari pria itu.

"Mau ke mana cantik ... Kita cuman mau menemani kamu kok cantik," sahut pria yang sedikit lebih muda dengan rambut gondrongnya.

"Gak, lepaskan!"

Kaca mencoba ingin melepaskan tangannya dari pria itu, tapi nihil, pergelangan tangannya dicekal kuat hingga dirinya tak berdaya.

Kaca ingin berteriak dengan mulutnya yang sudah siap untuk mengeluarkan suara, tetapi dengan cepat juga pria satunya menutup rapat mulut Kaca dengan tangannya. Dirinya kali ini benar-benar takut, badannya gemetar dan juga berkeringat dingin. Dia berharap ada seseorang yang menolongnya sekarang juga.

Bukhhh!

Tiba-tiba saja seseorang datang menampar wajah orang yang membekap mulut Kaca sampai dirinya terpental lumayan jauh, setelahnya ia beralih menarik gusar pria yang memegang tangan Kaca, sampai lelaki itu melepaskan tangan Kaca.

"Siapa Lo!" tanya pria yang  tadi terpental akibat di tampar oleh laki-laki yang hanya bisa Kaca lihat punggungnya.

"Elo yang siapa!" sahut laki-laki itu dengan nada tinggi. Kaca sedikit terkejut saat mendengar laki-laki itu berucap, suara yang sebenarnya tidak asing di dengar telinganya.

Lelaki itu berbalik menatap Kaca dengan ekspresi khawatirnya, dia mendekat pada perempuan yang sedang gemetar takut itu. "Kamu tidak apa-apa? Ada yang luka?" tanyanya pada kaca, sambil memeriksa tubuh luar Kaca memastikan.

Kaca terdiam takut, hingga mulutnya tak bisa berucap apa pun sekarang. Dia senang lelaki yang tak disangka itu datang menghampiri.

Namun, mata Kaca seketika membulat saat seseorang dengan Kayu balok di tangannya itu, ingin memukul Kayu dari belakang, hingga Kaca pun berteriak memberitahu. "Kayu awas di belakangmu!"

Kayu dengan cepat menatap ke arah belakang, di mana pria mengerikan itu sudah mengayunkan balokan kayu itu ke arah Kayu. Dan Brakkk!, balokan itu berhasil ditahan dengan tangan Kayu.

Dia memelintir tangan pria mengerikan itu, sampai teman yang satunya lari terbirit-birit lebih dulu.

"Ampun, ampun, gue gak bakalan lagi gangguin cewe Lo. Tolong lepaskan, sakit ...," rintih lelaki itu sambil menepuk-nepuk tangan Kayu, meminta tuk dilepaskan.

Kaca yang merasa kasihan pun dengan cepat menepuk bahu Kayu, agar lelaki itu melepaskan saja penjahat itu. "Kayu lepasin, kasihan ... Biarin aja dia pergi."

"Ngapain di lepasin! Dia sudah nyakitin kamu Kaca!" sahut Kayu dengan nada tinggi.

"Udah biarin aja, toh aku tidak apa-apa Kayu ...," Kaca meraih lengan Kayu ingin melepaskan, dia berbicara lemah pada laki-laki yang sedang tersulut emosi. Kaca benar-benar tak ingin membuat keributan yang lebih parah.

Perempuan itu mengelus pelan bahu Kayu menenangkan, agar dirinya bisa melepaskan pria jahat itu.

"Kayu ...," panggil Kaca lemah, hingga perlahan Kayu pun melepaskan lelaki itu dengan kasar.

"Cih! Dasar lelaki lempeng, beraninya cuman sama perempuan! Pergi Lo, atau tangan Lo gue patahin!" Ujar kayu sarkas.

Lelaki itu pun pergi terbirit-birit karena melihat Kayu yang semakin naik pitam. Sedang Kaca masih saja mencoba menenangkan lelaki itu meski dirinya masih merasa gemetar.

"Kayu sudah ya ... Aku tidak apa-apa. Lihat, aku baik-baik saja ...," ucap Kaca dengan senyumnya yang tulus.

Lelaki itu menatap intens wajah Kaca, lalu beralih menatap tubuh kaca memastikan lagi. Setelah tidak mendapati sedikit pun perempuan itu terluka, baru Kayu menghela nafas leganya.

"Ayo pulang, aku antar," ucapnya sambil memasangkan jaketnya di pundak sang perempuan.

Kaca mengangguk mengerti dengan perasaannya yang kini menjadi tenang. Kayu merangkul pundak sang perempuan dan menuntunnya ke arah motor yang terparkir tak jauh dari tempat itu. Kaca duduk tenang di belakang Kayu yang sedang memboncengnya, dengan tangan yang tak sedikit pun berpegang pada Kayu.

"Berpegangan, atau kau akan jatuh," ucapnya sambil meraih tangan Kaca dan melingkarkan tangan perempuan itu di perutnya.

Kaca terkaget dengan perlakuan Kayu kali ini, jantungnya berpacu cepat dengan perasaan yang tak karuan. Dia benar-benar senang dengan ini, tapi dirinya masih takut karena bayang-bayang penjahat tadi masih menghantui. Bahkan mulutnya masih begitu terasa bekas bekapkan itu.

"Sudah yang tenang Kaca ...," ucap Kayu menenangkan sambil menepuk-nepuk pelan tangan Kaca, mungkin dia tahu jika perempuan itu masih merasa takut.

Hari ini benar-benar penuh kejutan bagi perempuan dengan rambutnya yang sedikit acak-acakan dan pakaiannya yang tak lagi rapi. Kaca benar-benar bersyukur karena Kayu datang tepat waktu, jika terlambat sedikit saja, mungkin entah apa yang sudah terjadi pada diri Kaca. Entah bagaimana nanti kaca menjalani hidup seterusnya.

"Kayu ...," panggil Kaca pelan sambil mempererat tangannya.

Embusan angin yang berembus pelan itu membuat tubuhnya sedikit terasa dingin, hingga dia duduk sedikit merapat  pada Kayu.

"Hemm?" sahut Kayu masih fokus menatap jalanan.

"Terima kasih."

"Untuk?" tanya laki-laki itu sedikit tidak mengerti dengan ucapan Kaca. Padahal Kaca tahu jelas, bahwa Kayu pasti tahu dengan apa yang dia katakan.

"Terima kasih karena sudah menolongku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi padaku, jika kamu tidak datang tadi."

"Hemm," dehem kayu singkat. Padahal jauh di lubuk hatinya, bahwa Kayu bersyukur saat kejadian tadi, dirinya sedang lewat di jalan itu, dan tidak terlambat sedikit pun.

Kaca sedikit mendengus, bagaimana bisa lelaki itu hanya berdehem menyahut ucapannya. Hingga dirinya sekarang lebih memilih diam tak bersua dan duduk tenang di bonceng laki-laki itu sampai ke depan rumahnya.

Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang