You and The Remaining Memories

38 3 0
                                    

Kaca, hati-hati jatuh sayang ... Jangan lari-lari begitu ...,” teriak seorang perempuan yang tertatih mengejar anak perempuannya yang berlari kencang, menghampiri seorang laki-laki yang baru datang dari luar kota selama dua minggu.

Anak kecil berumur 4 tahun itu menghambur pelukannya dengan erat beriring senyum yang mengembang. Dirinya selalu merindukan sosok sang Ayah yang selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.

“Anak Ayah tambah cantik deh ... Emm, wangi banget pula ... Pasti habis mandi ya ....” Lelaki itu mencium pipi gembul sang anak, sembari mengusap pelan rambutnya yang sedikit ikal.

“Aku tak dipeluk?” ucap perempuan dengan nafas tersengal, dia benar-benar bahagia saat sang suami datang.

Lihatlah keluarga harmonis satu ini, keluarga perfect dengan visual yang sangat memukau.

Kaca menepuk pundak sang Ayah sedikit keras sembari melepaskan pelukannya, lalu menatap tajam pada laki-laki yang tengah tersenyum. Wajahnya tampak kesal, dengan bibirnya yang mengerucut. Perubahan ekspresi drastis dilakukannya, hingga membuat seorang Kayu kebingungan dengan tingkah laku sang putri.

“Kaca kangen Ayah ... Ayah jahat sama Kaca, masa Kaca dan Bunda gak di ajak ke lokasi Suting. Padahal kan Kaca ingin ketemu sama idola Kaca ....” ujarnya dengan nada kesal, tangannya pun menyilang di depan dadanya.

Kaca kecil selalu ingin ikut dengan Kayu, katanya asyik karena bisa bertemu para artis yang ada di layar televisi. Tetapi Kayu selalu tak bisa mengajaknya, takut jika Kaca terabaikan karena pekerjaannya yang begitu sibuk.

Namun, Kayu selalu meluangkan waktu untuk keluarga kecilnya itu, dan sesekali mengajak mereka jalan-jalan melihat pemandangan di luar kota ataupun di luar negeri di waktu luang.

Lalu perihal perusahaan warisan yang di atas namakan dengan nama Kayu? Tentu saja sang ayah—Arezalah yang mengembangkan dan memimpinnya. Dulu sempat Areza menyuruh Kayu lanjut kuliah di bidang Manajemen agar pandai berbisnis, tetapi ada sebuah cita-cita yang ingin dicapainya, sebuah profesi yang harus ia wujudkan supaya seorang perempuan yang dia sukai merasa senang.

“Ayah kan sibuk kerja buat Kaca ... Habisnya anak Bunda kerjanya suka jajan mulu ...,” celetuk Alina sambil mencubit gemas pipi sang Anak.

“Ish, Bunda ... Kaca kan suka jajan biar pipi Kaca tambah embul ...,” protes Kaca kecil pada sang bunda.

“Nanti selesai produksi, Ayah ajak Kaca sama Bunda jalan-jalan ya sayang ... Janji deh.” Kayu menegakkan jari kelingkingnya pada Kaca, dan anak perempuan yang sangat menggemaskan itu dengan cepat menautkan jari kelingking mungilnya pada sang ayah.

Kaca kecil berjalan lenggak-lenggok dengan rambut yang berayun beriring irama langkah kaki. Kedua tangannya bertaut pada jemari sang ayah dan bundanya yang menggiring dirinya untuk memasuki rumah.

Gadis kecil itu duduk manis di pangkuan sang ayah, sembari menunggu bundanya membuatkan secangkir kopi untuk Kayu dan secangkir susu cokelat dingin untuknya.

Alina datang dengan senyumnya yang mengembang, dua buah gelas berisi kopi dan susu cokelat dingin di bawanya di atas nampan. Pada akhirnya, seorang laki-laki yang selalu tampak murung itu tak lagi didapatinya. Alina rasa, kehadiran Kaca kecil dapat memulihkan lukanya, apalagi nama dan tingkah laku Kaca kecil begitu mirip dengan seorang perempuan yang masih saja ada dalam ingatan seorang Kayu.

Alina adalah perempuan yang jatuh cinta pada Kayu, meski tahu jika lelaki itu tak pernah sedikit pun lepas dari masa lalunya. Alina sadar betul jika posisinya tidak akan pernah bisa berada di tempat pertama, menggantikan seorang Kaca yang benar-benar berarti di hidup sang suami. Bahkan nama anak perempuan mereka pun di beri nama sama seperti seorang perempuan yang meninggalkan warnanya untuk Kayu. Tetapi Alina tidak apa-apa dengan kondisi itu, dia yakin jika dirinya punya ruang tersendiri di hati Kayu, karena Kayu juga sangat menyayanginya.

Pada akhirnya luka, tetaplah luka. Seorang Kaca tetap menjadi hal terindah dalam kenangan seorang laki-laki yang berusaha bahagia setelah kehilangan. Cinta pertamanya harus menghilang beriring masa putih abu-abunya yang juga berakhir. Kayu begitu terpuruk sampai ia berulang kali membaca setiap surat yang di berikan oleh Kaca yang dulu tak pernah Kayu baca. Katanya hal itu cukup mengurangi rasa rindunya pada sosok perempuan yang selalu tersenyum dan mengganggu di hari-harinya.

Sekuat apa pun Kayu menyesali dan menyalahkan semesta, tetap saja seorang Kaca tidak akan pernah bisa kembali dalam hidupnya. Dirinya harus bangkit dan kembali menjalani kehidupan seperti yang Kaca pernah katakan padanya. Seorang Kayu harus menjalani hidup dengan bahagia, menggapai cita-citanya dan menjadi sosok yang tak lagi dingin.

Hari-hari Kayu dijalaninya dengan berat, beriring bayang Kaca yang selalu ada berlalu lalang dalam otaknya. Dia berhasil menjadi seorang produser film yang handal dan menjadi sosok ayah yang baik bagi seorang anak perempuan yang juga diberikannya  nama sama dengan seorang perempuan yang dicintainya. Kaca, Anastasia Kaca Alishambayang.

Pada akhirnya, es yang tadinya membeku itu mencair beriring rasa yang tumbuh pada orang yang sudah beranjak. Cinta Kaca terbalaskan, rasa sakitnya hilang, dan menyisakan kenangan yang  tak akan pernah bisa dilupakan.

Semesta itu adil, semua berjalan sesuai jalan takdir yang sudah di gariskan. Tentang bagaimana  kehidupan seorang Kayu yang begitu memilukan, lalu berakhir bahagia. Tentang kehidupan Kaca yang pada akhirnya kembali pada semesta, dan berakhir pada sebuah sajak cerita pada kenangan orang-orang yang ditinggalkan. Juga tentang bagaimana cerita ini berakhir pada sebuah titik bahagia, tetapi penuh luka. Karena pada dasarnya di setiap pertemuan selalu berakhir dengan perpisahan.


~End~ 

Terimakasih sudah membaca cerita ini sampai akhir🌹


Love you ❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang