Pagi menyambut dengan cahaya hangat yang masuk dari sela jendela kamar. Kejadian tadi malam begitu membuat trauma seorang Kaca, badannya lelah dengan rasa takut yang masih tersisa.
Setelah diantar pulang oleh Kayu, Kaca bercerita sambil tersedu-sedu pada sang Bunda dan Kakaknya. Dina terkejut dan juga marah akan hal yang terjadi menimpa pada putrinya, akan tetapi di satu sisi, dirinya sedikit bersyukur karena sang putri sudah pulang dengan selamat. Sedang Langit? Dia marah besar dan ingin menemui penjahat itu. Kata lelaki itu "Beraninya tangan kotor pria itu menyentuh adik gue!" ucapnya dengan nada emosi. Sedang sang Ayah? Lelaki itu sedang tidak ada di rumah, bara sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Mungkin saja jika dirinya ada di rumah, dua pria itu sudah berakhir di jeruji besi.
Kaca masih terlelap di alam mimpi, sedang matahari sudah menyambutnya beberapa jam yang lalu. Berulang kali alarm berdering membangunkan, tapi nihil, perempuan satu itu benar-benar tak mendengar suara alarm yang terdengar nyaring itu.
Bunyi pintu terdengar terbuka, menampakkan Dini yang berjalan pelan pada Kaca yang masih tertidur pulas. Dia mengelus rambut Kaca pelan dan beralih ke bahunya yang di goyangkan pelan agar perempuan itu terbangun.
"Kaca, ayo bangun sayang ... Hari ini bukan hari libur," ujar Dini yang kini beralih menarik selimut yang melilit tubuh sang anak.
"Bunda, Adek ingin libur, boleh?" ucapnya dengan pelan, matanya pun masih saja terpejam.
"Tidak, kamu yang biasa rajin turun sekolah aja, gak naik-naik nilaimu. Lalu apa kabar jika hari ini kamu libur sekolah, Hemm?" ujar dini menarik tangan sang anak agar perempuan itu terbangun.
"Sekali doang kok Bunda ...," pintanya yang beranjak bangun dan duduk.
Kaca dengan muka bantal itu tersenyum sembari menampakkan deretan giginya pada perempuan yang sedang membenarkan selimut milik sang anak.
"Tidak Kaca sayang ... Sekarang mandi dan bergegas pergi, Abangmu sudah menunggu di luar."
"Tapi ini sudah jam 07.00am, Bunda ...."
"Sempat sayang ... Abangmu naik motornya kok, tidak naik Vespa lagi."
"Huh iya deh," sahut Kaca pasrah dan bergegas pergi ke kamar mandi dan bersiap. "Awas saja jika Abang nganterin pakai Vespa lagi!" gerutunya.
Perempuan yang kini mengenakan jaket milik sang kakak, duduk tenang di bonceng Langit. Dirinya mengingat kembali kejadian tadi malam, di mana keinginannya untuk di bonceng oleh Kayu dulu, kini sudah terwujud. Lengkungan bibirnya tertarik beriring wajahnya yang mulai memerah, benar-benar lelaki yang tak terduga, Kayu itu.
"Dek," panggil Langit pada sang Adik. Tapi kaca tak mendengar panggilan itu, hingga Langit menepuk sedikit keras paha sang Adik secara tidak sadar.
"Awww Abang sakit!" rintih Kaca dengan tangannya yang spontan menepuk kasar bahu Langit, membalas.
"Maafkan Abang, Abang gak sengaja, Dek," ucap Langit meminta maaf, tapi Kaca hanya mendengus kesal pada lelaki yang berulang kali meminta maaf padanya.
"Emangnya ada apa sih Bang?"
"Pulang sekolah Abang jemput saja jika kesorean seperti kemarin, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓
Teen FictionKayu, kamu adalah kesederhanaan semesta yang sulit di jelaskan dengan logika ~Kaca Kayu dan Kaca, dua insan yang dipertemukan semesta dengan sifat yang jauh berbeda. Kaca jatuh cinta pada lelaki buta warna yang selalu dituntut sempurna oleh keadaan...