Dear Kayu

16 2 0
                                    

Malam semakin larut, dengan suara binatang malam yang mulai bersahutan. Ini sudah jam 22.30pm, tetapi perempuan dengan rambut yang di ikat dua itu tengah duduk sembari melukis sebuah radio tua, alih-alih dirinya berbaring dan tidur.

Kali ini Kaca sengaja tak memberi warna pada lukisannya, dia ingin menggambar radio tua milik kakeknya dengan sedetail mungkin. Seperti biasa Kaca melukis bukan untuk koleksi pribadinya, melainkan untuk seorang Kayu yang selalu saja diberinya meski lelaki itu suka ataupun tidak.

Perempuan itu menatap dengan gembira setelah gambarannya selesai. Waktu kini sudah menunjukkan pukul 23.30pm, sedang dirinya belum menulis surat untuk Kayu. Kaca mengambil sebuah kertas berwarna cream, dan spidol berwarna cokelat tua. Sebelum menuliskan surat, kaca mengingat dulu kejadian yang pernah dialaminya agar menjadi inspirasinya untuk menulis.

Sekelebat potongan memori muncul dalam otaknya, tentang kejadian setengah tahun yang lalu saat mereka sedang berkemah di sebuah hutan. Selain menyukai hujan, kaca juga menyukai suasana alam terbuka. Menikmati aroma pepohonan dan juga tanah yang begitu alami dan menyegarkan.

Terlintas di benak Kaca saat dirinya membasuh beras di sebuah sungai kecil di hutan, dekat perkemahan. Mulanya dia terlihat baik-baik saja saat membasuh beras itu, tapi tiba-tiba saja kakinya terpeleset hingga akhirnya ia tercebur ke sungai dengan aliran air yang tak terlalu deras.

Kaca yang tak bisa berenang itu pun, tenggelam terbawa arus sampai beberapa meter dari tempat dirinya terjatuh tadi. Tangannya melambai keluar dari permukaan air sampai beberapa detik kemudian saat dadanya sudah mulai terasa sesak, tiba-tiba tangannya diraih oleh seseorang  dan Kaca pun diselamatkan olehnya.

Seorang laki-laki menggendong Kaca dengan pakaian mereka yang begitu basah, bahkan air masih saja menetes dari pakaian itu. Kaca tak sadarkan diri, hingga beberapa kali laki-laki itu melakukan pertolongan pertama, sampai seorang Kaca tersadar dari pingsannya.

Kaca tersedak dengan air yang keluar dari mulutnya lalu matanya terbuka perlahan dengan pandangan yang masih samar. Kaca menatap rimbunnya daun pepohonan dengan cahaya matahari di sela-selanya, lalu beralih pada seseorang yang menopang badannya.

Sungguh indah pemandangan yang dilihat oleh Kaca, sampai dirinya mengira bahwa dia sudah berada di surga. Bagaimana dia tidak berpikir seperti itu? sedang yang dilihatnya sekarang adalah pemandangan yang sungguh menyilaukan mata. Tetapi seketika ia tersadar saat lelaki itu melepaskan tubuhnya sedikit kasar, hingga Kaca pun terjatuh ke tanah. Kaca dengan tangannya yang menopang tubuh pun berdecak sebal karena dilepas begitu saja, lalu seperkian  detik kemudian dia tersenyum pada seorang Kayu, laki-laki yang selalu saja di tatapnya dari kejauhan.

~Dear Kayu, kamu ingat tidak kejadian lucu setengah tahun lalu saat kita berkemah? Aku ingat kamu yang menyelamatkan diriku saat itu. Tahu tidak Kayu? Saat aku tercebur di sungai kala itu, aku jatuh bukan hanya karena terpeleset, melainkan juga terkaget saat melihat kamu yang tiba-tiba muncul tak jauh dariku sembari mencuci muka. Ketampanan macam apa itu? Kamu benar-benar menyilaukan mata.

Oke, segini dulu ya Kayu cerita kali ini. Sekian dan terima cinta kamu:3

Btw hari ini aku lukis yang spesial buat kamu, jangan dibuang, apalagi di jual oke! Meskipun lukisan aku bakalan laku mahal, haha.~

Seperti itulah kalimat yang dituliskan Kaca pada sebuah kertas berwarna cream. Kali ini dirinya mengambil amplop berwarna navy, dan juga membuat sebuah burung kecil dari kertas origami. Surat, lukisan, dan juga burung kertas itu dimasukkannya menjadi satu dalam sebuah amplop berwarna navy, dan diberinya sebuah stiker berbentuk hati. Kaca tersenyum menatap benda yang telah selesai di buatnya dengan rapi, menaruhnya di dalam ransel, dan bersiap untuk tidur karena watu sudah tepat menunjukkan tengah malam.

🤍🤍🤍

"Anggi ... Ada yang baru loh ...," ucap Kaca sambil membawa sebuah kantong plastik hitam yang entah berisi apa.

Perempuan itu menaruh plastik itu di atas meja Anggi dan menarik kursinya untuk duduk di sebelah sang sahabat.

"Apakah sebuah es krim Cornetto varian rasa baru?" tebak Anggi, tapi Kaca dengan cepat menggelengkan kepalanya dan membuka plastik itu.

Anggi mengira jika itu adalah sebuah es krim, tetapi yang Kaca bawa adalah sebuah kotak yang berisi empat buah donat dengan toping yang berbeda dari biasanya.

"Wahh ini buatan Bunda?"

Kaca mengangguk dengan tatapannya yang tak teralihkan dari donat itu, sepertinya dia sudah tidak sabar ingin menikmati donat toping baru buatan sang bunda.

"Lalu mengapa menggunakan kotak kertas biasa dan hanya berisikan empat buah Kaca? Mana pakai bungkus plastik hitam pula, haha," tawa Anggi pada Kaca, dirinya mengambil salah satu donat dengan toping matcha itu, dan memakannya.

"Sebelumnya aku juga menggunakan kotak makan Anggi, malah isinya ada 10."

"Lalu, yang 6 nya?" tanya Anggi cepat menyela pembicaraan Kaca yang belum selesai. Lalu beberapa detik kemudian dia mengangguk mengerti, " pasti 6 nya di Kayu," ucapnya tepat sasaran.

Kaca hanya tertawa mendengar ucapan Anggi, lalu tersenyum dengan kepalanya yang mengangguk.

"Lalu kenapa cuman 6 yang kamu kasih Kaca?"

"Karena aku begitu menginginkan donat itu Anggi, jadinya aku ambil deh 4 buah."

"Cih dasar Kaca," cibir sang sahabat pada perempuan yang tengah tersenyum itu, bagaimana bisa perempuan itu niat memberi, tetapi diambil hampir setengahnya. Pada akhirnya mereka berdua pun tertawa lalu setelahnya menyantap donat itu dengan sesekali bercanda.

Waktu pulang sekolah tiba, dua orang sahabat itu berjalan keluar sekolah untuk pulang. Mereka jalan beriringan dengan sesekali tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan, pasti ada saja hal kecil yang membuat dua manusia itu tertawa.

Sebelum mereka pulang, dua perempuan itu pergi ke tempat orang jualan gorengan. Kaca menatap berbinar melihat deretan gorengan yang beraneka ragam itu, bahkan kini Anggi sudah mengambil tahu isi, dan memasukkannya ke dalam mulut.

Kaca juga memakan beberapa pentol goreng, bakwan, sosis goreng, dan beberapa yang lainya. Mereka berdua duduk di sebuah kursi yang sudah di sediakan, tak lupa juga sebuah es dengan bungkus plastik.

"Nggi gawat, gawat Nggi!" 

"Kali ini ada apa lagi Kaca? Apa masih belum kenyang?"

"Sudah," sahut Kaca cepat.

"Lalu apa masalahnya Kaca?" tanya Anggi pada perempuan yang memasang tampang cemasnya.

Kaca menggeledah kantongnya, dan juga mencari-cari di ranselnya. Dia ingat betul bahwa masih mempunyai selembar kertas berwarna hijau, tapi nihil, sekuat apa pun Kaca mencari, tetap saja benda itu tidak ditemukannya. Jadi ke mana perginya uang semata wayangnya itu?

"Nggi uang aku hilang," ucapnya pada sang sahabat.

"Emang kamu makan berapa gorengan Kaca?" tanya Anggi pada perempuan yang  kini mengangkat 10 jarinya.

"Ohh sepuluh, cukup kok Kaca. Ntar aku yang bayarin," ucap Anggi santai, karena uang dia juga tersisa 25 ribu, sedang dirinya sudah memakan 13 gorengan dan satu es nutri sari. Sedang harga gorengannya adalah seribu rupiah satu.

"Angkat jari kamu 5 Nggi, tambah es dua ribu," sahut kaca dengan senyum sedihnya. Anggi pun seketika terkejut, uang yang dimilikinya masih kurang untuk membayar jajanan mereka.

Dengan langkah gontai Kaca berjalan mendekat pada penjual gorengan. "Mang Amat ...," panggil Kaca pelan pada penjual gorengan itu. "Kaca ngutang dulu ya 7 ribu, hehe. Nanti besok kaca bayar ya Mang ... Ini sebagian dulu Anggi yang bayar," lanjut kaca dengan senyum mirisnya.

"Eneng cakep-cakep kok ngutang? Tapi gapapa deh, karena neng Kaca cakep. Boleh deh. Sekalian Abangnya buat anak mamang ya," sahut Amat membolehkan sembari bercanda, hingga senyuman itu mengembang dari bibir Kaca.

"Boleh tuh mang, gaet aja si Abang. Oh iya, mang Amat tau gak? Uang kaca hilang, makanya ngutang. Pengen balikin sebenarnya, tapi udah keduluan masuk perut, gimana dong? Yakali Kaca muntahin dulu," bercandanya pada laki-laki paruh baya, yang cukup di kenalnya karena sering berlangganan.

"Ya ampun neng, ada-ada saja." Amat pun hanya tertawa kecil menanggapi ucapan dari Kaca.

Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang