“Cieh yang sekarang suka lihat warna ngejreng,” celetuk seseorang perempuan dengan dress putih serta senyum mengejeknya pada laki-laki yang duduk termenung di bawah pohon besar.
Kayu menatap perempuan cantik yang datang tiba-tiba menghampirinya, ia begitu memukau dengan sebuah kalung berbentuk bulan sabit yang melingkar di lehernya.
“Hari ini, hari sekolah, mengapa berpakaian seperti itu? Apa tidak takut dimarahi pak Udin?” tanya Kayu sambil mengamati sosok Kaca dari ujung kaki sampai ujung kepala.
“Tidak, jika aku di marahi pak Udin. Aku akan cari beribu cara untuk mengelaknya, hehe.” Kaca tertawa sembari memutarkan tubuhnya hingga dress itu mengembang membentuk keindahan. “Apa aku cantik?” tanyanya sambil berjalan mendekat pada Kayu, menatap lekat wajah laki-laki yang tak berjarak jauh.
“Hemm kau selalu cantik, bahkan saat menangis sekalipun.” Kayu mengelus pelan rambut hitam legam yang terasa halus itu.
“Benarkah? Hahaa aku jadi speechless.”
Kaca mengacak kembali rambut Kayu dengan gemas. “Kayu, aku pergi ya ...,” celetuknya yang seketika membuat Kayu meraih tangan kaca dan menggenggamnya.
“Terima kasih karena sudah menjadi sosok yang pada akhirnya menyukaiku ... Titip pelangi ya Kayu ... Kalau dia suka lihat warna ngejreng, tolong di maafkan, he he.”
Kaca berjalan menjauh dari sosok Kayu dengan senyumnya yang mengembang tulus. Sedang lelaki itu ingin mengejar, tapi tubuhnya mematung hingga yang ia lakukan hannyalah memanggil nama Kaca berulang kali, berharap perempuan itu tak beranjak sedikit pun dari pandangannya.
“Kaca, kamu mau ke mana?” tangannya seakan meraih bayang yang tak mungkin bisa ia gapai.
“Kaca ....”
“Kaca!” teriaknya nyaring dan terbangun dengan nafasnya yang tersengal. Air matanya turun dengan pupil yang melihat langit-langit kamar berwarna biru muda dengan cahaya matahari yang menyinari dari sela jendela.
“Ahh rupanya sudah siang dan yang terjadi tadi hanya sekedar mimpi,” ucapnya saat mendapati sebuah angka yang terpampang nyata di dinding.
Kayu tidak tahu mengapa mimpi itu begitu terasa nyata, mengapa mimpi itu amat menyesakkan hatinya, bahkan air matanya pun ikut turun tanpa permisi. Dirinya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi perihal rasa yang tak nyaman ini.
Kayu masih belum tahu apa pun perihal Kaca, dirinya hanya bingung mengapa sosok Kaca tak kunjung muncul di hadapannya. Matanya menatap sekeliling kamar, dan terhenti pada sebuah kotak pemberian Kaca yang belum sempat dibukanya. Ia berjalan mendekat, mengambil sebuah benda persegi yang terletak di atas meja belajarnya dan duduk bersiap untuk membuka kotak yang membuatnya cukup penasaran.
Tali pita yang terikat itu dilepaskannya perlahan, hingga membuat tutup kotak melonggar memberi ruang. Betapa terkejutnya dirinya saat tahu isi kotak itu berisi beberapa surat warna-warni yang di beri nomor, polaroid gambar mereka berdua, beberapa lukisan Kaca, serta sebuah catatan kecil yang menyuruhnya untuk membuka surat itu berurutan. Kayu mengambil surat pertama dengan amplop warna dusty dengan angka satu yang tertulis.
~Hallo Kayuandra
Selamat datang di dunia penuh warna ya Kayu ... Aku yakin kamu bakalan suka sama setiap warna yang kamu lihat sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓
Teen FictionKayu, kamu adalah kesederhanaan semesta yang sulit di jelaskan dengan logika ~Kaca Kayu dan Kaca, dua insan yang dipertemukan semesta dengan sifat yang jauh berbeda. Kaca jatuh cinta pada lelaki buta warna yang selalu dituntut sempurna oleh keadaan...