Teduh

16 2 0
                                    

Senandung nada kecil keluar dari mulut mungil seorang perempuan yang sedang berjalan dengan penuh semangat. Langkah kakinya bergerak sesuai irama rambutnya yang mengayun, menghampiri seorang laki-laki yang tengah duduk di kursi seorang diri. Lelaki itu duduk di bawah rindangnya pohon besar depan sekolah yang langsung disuguhkan pemandangan begitu indah. Kaca berjalan pelan menghilangkan hawa kehadirannya, agar bisa mengejutkan seorang Kayu.

Dorrr!

Tangannya memegang belakang kursi, berharap laki-laki di depannya ini terkaget akan kehadirannya. Tapi nihil, lelaki itu bukannya terkaget malah tetap diam dengan pandangan lurus ke depan.

"Kok Kayu gak kaget sih?" ucap Kaca perlahan berjalan ke depan dan duduk di samping Kayu. Perempuan itu menatap lekat wajah Kayu yang begitu datar tanpa ekspresi, hingga membuat mulutnya berdecak sebal.

Kaca memang tak pernah muak melihat ekspresi datar dari sosok Kayu, tapi bisakah laki-laki itu lebih berekspresi terhadapnya? Barang sedikit saja.

Mungkin bagi Kaca sekarang, wajah datar Kayu yang seperti ini saja sudah begitu memesona, meskipun tampak sedikit menyebalkan. Lalu bagaimana jika wajah datar itu tiba-tiba tersenyum padanya? Mungkin dirinya akan langsung pingsan di tempat karena saking terpesonanya.

Kaca tersenyum menatap langit yang begitu cerah tanpa sedikit pun awan yang berlalu lalang menaungi, begitu indah saat dirinya melihat hamparan langit yang memesona dengan warna birunya. Kaca menikmati setiap angin yang berembus pelan dengan udara yang menyegarkan, hingga dirinya menghirup dalam oksigen serta aroma vanila dari tubuh Kayu yang disukainya.

"Sudah habis nasi gorengnya? Enak enggak Kayu?" tanya Kaca dengan senyumnya yang mengembang. Dia berharap jika nasi goreng buatannya dapat dimakan habis oleh Kayu. Tapi seseorang di depannya itu hanya diam dan masih tak menyahut pertanyaan dari Kaca. "Cih! Bicara sama Kayu mah, kek bicara sama batu."

Mendengar celoteh perempuan yang berada di sampingnya, Kayu pun menoleh dan menatap lekat mata Kaca dengan tatapan datarnya, sampai membuat Kaca memundurkan badannya karena terkejut ketika Kayu tiba-tiba menatap padanya.

"Eh? Kenapa tiba-tiba?" ucap Kaca sedikit gagap. Tingkah laku spontan dari Kayu selalu saja mengejutkan dirinya, sampai ia bingung bagaimana cara menghadapi situasi seperti ini.

"Thanks," ucap Kayu singkat sembari mengembalikan kotak bekal milik Kaca.

Hal itu cukup membuat seorang Kaca menatap tak percaya pada Kayu. Tangannya mengambil kotak bekal itu, lalu dengan cepat mengguncangkannya. Terasa ringan dan tak bersua, hingga Kaca kini tersenyum menampakkan deretan giginya ke arah Kayu. Dirinya merasa senang saat mengetahui bahwa nasi goreng yang dibawakannya sudah habis.

"Kayu beneran makan ini kan? Tidak di buang kan?" ucapnya antusias.

"Bisakah kamu diam?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Kaca, Kayu malah menyuruh perempuan di sampingnya itu untuk diam.

"Tidak bisa, kali ini aku benar-benar senang Kayu."

"Huh!" Kayu menghela nafas beratnya, rasanya dirinya ingin beranjak pergi dari tempat ini sekarang juga. Tapi, mengingat di kelas lebih ribut dan terasa panas, akhirnya Kayu pun lebih memilih duduk tenang di sini sembari mendengarkan seorang Kaca berceloteh. Kayu hanya heran dengan seorang Kaca, bagaimana bisa perempuan di sampingnya itu tidak pernah lelah berbicara padanya setiap hari.

Kayu beranjak dari tempat duduk dan ingin kembali ke kelas. Langkah kakinya sudah sedikit menjauh dari perempuan yang kini juga beranjak dari kursi, tapi tiba-tiba saja ucapan Kaca membuat langkahnya terhenti, perempuan itu berjalan menuju akar pohon besar dengan posisinya yang kini berjongkok seperti mengamati sesuatu.

Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang