Bagaikan Kembang Api

11 2 0
                                    

Brakkkk!

Terdengar nyaring suara dari pintu yang terbuka dengan kasar, beberapa detik kemudian bisik-bisik suara saling menyahut begitu samar didengar olehnya, hingga lelaki itu pun mencoba menajamkan indera pendengarannya.

Senyumannya seketika mengembang tatkala sang perempuan yang dinantinya datang dengan grasah-grusuh tidak jelas. "Kayu ...," panggil Kaca yang semakin mendekat suaranya.

"Hey apa kau baik-baik saja?" tanya Kayu sedikit khawatir. Dia takut terjadi sesuatu karena tadi begitu berisik saat Kaca memasuki ruangan.

"Tidak, aku tidak baik-baik saja Kayu, huhu ...," ucapnya dengan nada sedih.

Kayu yang mendengar itu pun seketika beranjak dari sandarannya dengan tangan yang meraba mencari sosok Kaca. "Kamu kenapa?" tanya Kayu sekali lagi, sedang perempuan itu pun dengan cepat menyambut tangan Kayu yang mencari sosoknya.

"Aku di sini Kayu ... aku hanya bercanda hehe," kekeh Kaca kecil, membuat seorang Kayu tiba-tiba memasang wajah datarnya.

"Kupikir kau serius kenapa-kenapa Kaca."

"Tidak-tidak, aku tidak kenapa-kenapa. Tapi aku benar tidak baik-baik saja saat  orang ini mengikutiku!" Matanya melirik tajam pada laki-laki yang kini menampakkan deretan giginya. Seorang Langit begitu ingin mengikuti sang adik dan bertemu dengan sosok Kayu.

"Halo Kayu ...," ucap Langit dengan nada ramahnya.

Pada akhirnya lelaki itu bisa menemui seorang Kayu yang di sukai oleh sang adik. Beberapa kali ia ingin menemui Kayu, dan berulang kali juga sang adik menghalanginya.

Sudut bibirnya tertarik dengan mulutnya yang menyahut sapaan Langit. "Dek, katamu dia begitu dingin dan berwajah datar, tapi mengapa dia begitu ramah dengan senyumnya yang mengembang?"

"Ish Kayu ayo tunjukkan wajah aslimu padanya ...."

"Ini wajah asliku Kaca, apa kau tidak melihatnya dengan jelas?" sahut Kayu dengan senyum lebarnya.

"Bahkan sekarang kau bisa bercanda ya Kayu, kau sudah sedikit berubah ...," ucapnya sambil mengelus tangan Kayu dengan rasa bangga.

Tangan Kaca begitu dingin dirasa Kayu, hingga beberapa kali telapak tangan itu memastikan, apakah tangannya yang terlalu hangat atau tangan sang gadis yang begitu dingin.

"Mengapa tanganmu begitu dingin? Apa kau lagi sakit?" tanya Kayu tiba-tiba yang membuat Kaca seketika menarik tangannya terlepas dari Kayu.

"Tidak, tidak, tadi aku habis memegang minuman dingin," bohongnya pada laki-laki yang hanya mengangguk mengerti.

"Ehem," dehem Langit memecah dua orang yang tampak kasmaran itu. Bahkan atmosfer di sekitar seakan begitu banyak bunga-bunga yang beterbangan.

Langit senang jika melihat sang adik akhirnya bahagia saat seorang Kayu sudah mulai hangat padanya. Dia juga senang saat senyum Kaca selalu mengembang lebih ceria saat bersama dengan sosok laki-laki di depannya.

"Oh iya, jadi lupa sama Abang ... Kayu, perkenalkan yang bersuara barusan namanya Langit Gery Adityaswara. Panggil saja_" belum selesai Kaca berbicara tiba-tiba Langit menyela perkataannya.

"Abang, panggil saja Abang," sahut langit cepat, dengan tangannya yang mengambil tangan Kayu untuk bersalaman.

"Hai Bang Langit ...," sapa Kayu dengan ramah. Lagi-lagi Kayu merasa hangat saat kehadiran seorang Kaca disisinya, bahkan sekarang ditambah kehadiran Langit.

"Abang SKSD banget deh ... Baru juga pertama kali kenal. Kayu-kayu, jangan terlalu percaya ya sama ucapan dia, Bang Langit mah suka mengawur," ejeknya pada sang kakak.

Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang