"Kaca comeback," teriak seorang perempuan dengan baju seragam lengkapnya, tak lupa juga sebuah tas dan paper bag yang dijinjing oleh tangannya. Dia memasuki ruang rawat Kayu, di mana matanya mendapati seorang laki-laki yang sedang mendengarkan musik dengan earphone di telinganya.
Kaca sedikit mendengus, percuma ia berteriak cukup nyaring agar seorang Kayu mengetahui kedatangannya. Tapi lelaki itu malah menutup telinganya dengan sebuah benda yang bersua.
Kayu memejamkan matanya, menikmati setiap suara yang di dengar oleh indra pendengarannya. Hal itu cukup membuat perasaannya sedikit tenang dan menepis rasa sepi. Kayu mendengarkan lagu itu dari handphone yang sudah dirinya hafal letaknya.
Otaknya menebak, apa seorang Kayu tertidur? Jadi tidak sadar akan kehadirannya sedikit pun. Mengetahui hal itu, membuat Kaca duduk pelan di samping laki-laki yang menyandarkan tubuhnya pada dinding ranjang. Tangannya mengambil sebelah earphone yang tertancap di telinga kanan Kayu secara perlahan, lalu memasang ke sebelah kiri telinganya. Setelahnya, Kaca ikut menyandarkan tubuhnya di samping Kayu dengan mata yang juga terpejam saat suara itu mulai menggema di telinganya.
Selamanya
Sampai kita tua
Sampai jadi debu
Ku di liang yang satu
Ku di sebelahmu"Apa kamu tidak lelah, setelah pulang sekolah langsung ke sini?" celetuk Kayu tiba-tiba. Ia mendengar kehadiran seorang Kaca, bahkan juga menyadari seorang Kaca yang duduk di sebelahnya.
"Rupanya kau tidak tidur," ucap Kaca yang tak menjawab pertanyaan Kayu.
"Hemm, tidak. Terlalu berisik sampai aku tidak bisa tidur."
"Berisik?" sahut Kaca heran. Perempuan itu tidak mengerti apa maksud berisik dari seorang Kayu.
"Berisik Kaca ... Di kepalaku begitu berisik sampai aku ingin membenturkannya ke dinding sampai pecah. Makanya aku mendengarkan musik ini agar mereka bisa menjadi tenang barang sekejap," sahut lelaki itu dengan nada pelannya.
"Lalu kehadiranku?" Kaca beranjak dari dinding sandaran, menatap lekat wajah laki-laki di sampingnya yang masih saja memejamkan mata. "Apa aku membuatnya semakin berisik?"
"Hemm ... Kau berisik dan aku menyukainya. Tapi jika mereka yang berisik, aku membencinya."
"Haha, kau dulu juga membenciku karena berisik Kayu .... Oh iya, aku membawa beberapa catatan yang di ajarkan hari ini di kelasmu," ucapnya sambil mengambil sesuatu dari dalam ranselnya. "Dan aku juga membawakan sesuatu untukmu," lanjut Kaca yang kini membuat Kayu menegakkan badannya dan melepas earphone di telinganya.
Kaca menaruh ransel di atas meja samping ranjang rawat setelah berhasil mengambil beberapa buku catatan, dan menaruh paper bag nya di bawah lantai, saat sebuah kotak sedikit besar keluar dari paper bag itu.
"Kayu, kali ini tebak aku bawa apa?" suruh Kaca sambil membuka tutup kotak itu, dan mengeluarkan benda di dalamnya.
"Ntahlah, apa itu berisi donat buatan ibumu?"
"Tidak, kau salah Kayu ...."
Kaca menaruh handphone-nya di sudut jendela yang dapat menangkap bayang mereka dengan jelas dari sana dan menekan tombol rekam pada layar handphone-nya. Ia menyalakan sebuah lilin kecil yang menancap di sebuah benda yang bertekstur lembut itu lalu mendekat kembali pada Kayu.
"Selamat ulang tahun ... Selamat ulang tahun ... Selamat ulang tahun Kayu ... Selamat ulang tahun untukmu ...." Kaca menyanyi dengan suara lembutnya, hingga seorang Kayu tiba-tiba tersenyum dibuatnya.
"Ah, kau rupanya mengingat ulang tahunku ...."
"Tentu saja, bahkan aku selalu memantau kalender di setiap harinya," sahut Kaca terkekeh kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achromatopsia, Kayu dan Kaca \\ LEE JENO \\ END✓
Teen FictionKayu, kamu adalah kesederhanaan semesta yang sulit di jelaskan dengan logika ~Kaca Kayu dan Kaca, dua insan yang dipertemukan semesta dengan sifat yang jauh berbeda. Kaca jatuh cinta pada lelaki buta warna yang selalu dituntut sempurna oleh keadaan...