◆◇◆◇◆◇◆◇◆
Baik Mingyu ataupun Wonwoo mulai disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing, meskipun harus berada di rumah keluarga Wiratama beberapa waktu ini namun Wonwoo bersyukur karena baik Ibu mertua maupun iparnya sedang memiliki jadwal yang juga padat sehingga jarang berada di rumah. Anggota keluarga lain tidak akan bergerak untuk menyentuh Wonwoo sehingga pelan tapi pasti Wonwoo menjadi lebih rileks menghabiskan waktunya di rumah.
Terkadang ia akan pergi ke arah taman dan membawa laptopnya untuk melanjutkan naskah baru yang ditulisnya. Beberapa kali Wonwoo juga pergi ke Kafe terdekat dari komunitas perumahannya untuk bertemu dengan editornya yaitu Joshua Alandra untuk berkordinasi dalam memperbaiki naskah atau meninjau kembali. Wonwoo tidak sabar dengan peluncuran buku barunya yang telah dikerjakannya tiga bulan ini.
◆◇◆◇◆◇◆◇◆
Mingyu menyelesaikan rapat untuk dua mega proyek yang telah mencapai tahap akhir diskusi dengan lega, dirinya sudah mengubur diri di kantornya selama berbulan-bulan untuk memastikan proyek ini bisa dilaksanakan dengan baik. Karena pernikahannya dengan Wonwoo yang tidak mendatangkan keuntungan yang dipikirkan oleh keluarganya, Ayah Mingyu memintanya untuk mengurus dua proyek besar itu untuk membuktikan bahwa ia bisa melakukan pekerjaannya seperti biasanya.
Pernikahan itu adalah sesuatu yang Mingyu kehendaki dan ia bahkan mengirimkan seluruh isi rekeningnya untuk melamar Wonwoo dan memberikan bantuan terbaik pada keluarga Kelana. Tetapi plottwist yang datang setelahnya lebih membuat Mingyu kewalahan untuk mengaturnya, ia tahu tidak seharusnya dirinya bersikap kasar dan dingin pada Wonwoo. Apalagi permasalahan ini sebenarnya tidak ada campur tangannya dengan Wonwoo sendiri yang memiliki banyak hal yang harus dirinya hadapi sendiri.
Sejujurnya semakin jauh waktu berjalan Mingyu lebih ingin membuat Wonwoo merasa nyaman berada di sisinya dan membuatnya tenang. Malam saat mereka berduaan di Villa itu membuat Mingyu menyadari bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang merasa senang melihat Wonwoo berada di dekatnya dan bersikap manja.
"Cakra!" panggil Mingyu dengan suara pelan.
Seungkwan yang berada di bilik kecil khusus yang menyatu dengan kantor Mingyu langsung bangkit dan menghampiri bosnya itu dengan riang.
"Ada yang bisa dibantu Pak?"
"Tolong pesan satu kamar pribadi di Restoran dekat sini dan kirim sopir untuk menjemput Rakai di rumah ... kami akan makan malam di luar hari ini."
"Baik."
Seungkwan bergerak sesuai dengan perintah Mingyu, memesan restoran dengan ruangan pribadi dan menyuruh sopir untuk menjemput dan mengabari Wonwoo. Wonwoo yang menerima pesan dari Mingyu dengan cepat bersiap, ia memilih kemeja berwarna putih dengan motif unik berwarna biru muda yang dipasangkan dengan celana putih. Rambutnya di tata dan Wonwoo yang bersemangat sedikit mengatur riasan tipis untuk wajahnya, usai bersiap sopir yang diperintahkan oleh Mingyu membawa Wonwoo menuju ke alamat yang telah diberikan oleh Seungkwan.
Langit jingga yang menggantung di atas membuat rona wajah Wonwoo terlihat samar, sudah lama ia tidak melihat Mingyu, meskipun terkadang pulang mereka hanya bisa berinteraksi selama beberapa saat saja sebelum Mingyu pergi lagi. Ditambah lagi dengan Mingyu yang memiliki Apartemen pribadi yang ada di dekat kantornya membuatnya semakin jarang terlihat di rumah keluarga Wiratama.
Restoran itu berada di pusat kota dengan lalu lintas yang sedikit padat, Wonwoo sampai di sana setelah menempuh jarak satu jam lebih. Mingyu yang sudah menunggu dan memesan makanan membiarkan Wonwoo duduk di hadapannya. Wajah Mingyu sedikit kelelahan dan Wonwoo tidak ingin mengatakan sesuatu yang akan membuat mood dari suaminya itu menjadi lebih buruk.
"Makanannya akan datang sebentar lagi."
"Baik ... bagaimana kabar di kantor?" tanya Wonwoo sambil menuangkan teh panas ke cangkir dan menyodorkannya ke arah Mingyu.
"Pekerjaan yang diatur sudah selesai. Mungkin saya bisa mengambil cuti selama tiga hari."
"Ah begitu ... apa Mas mau balik ke Rumah hari ini?"
"Ya. Ada beberapa laporan yang dikirim ke sana malam ini dan saya harus memeriksanya."
"Baik."
Wonwoo hendak mencari topik pembicaraan yang lain namun pelayan sudah masuk terlebih dahulu dan membawa makanan yang dipesan Mingyu, itu adalah hidangan bahari laut yang kaya. Udang hingga ikan segar disajikan dan Wonwoo menelan ludah sejenak. Ia mengambil udang goreng dan nasi, namun Mingyu menyodorkan sashimi dan juga sup tuna merah ke arahnya. Wonwoo tidak ingin membuat Mingyu marah sehingga ia memakan apa yang diberikan kepadanya dengan patuh.
Baik itu Mingyu ataupun Wonwoo memiliki kebiasaan untuk tenang selama makan, sehingga ruangan itu sepi. Makan malam berlalu dengan cepat dan mereka keluar, saat itu Mingyu yang sedang membayar mendengar suara yang akrab dari arah belakangnya.
"Rendra!" Jeonghan menyapanya dengan tawa riang.
Wonwoo melihat Jeonghan mendekat dan ia merasa bahwa Jeonghan adalah orang paling cantik yang pernah dilihatnya. Ia menggunakan setelan berwarna abu-abu yang bagian dasinya telah hilang dan memperlihatkan tulang selangkanya dan saat itu Wonwoo mencium aroma lembut dari Jeonghan yang membuatnya paham bahwa orang ini adalah Omega seperti dirinya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mingyu sambil menyerahkan kartu miliknya ke arah kasir.
"Bertemu dengan teman lama, aku dengar proyek kali ini sudah melewati tahap diskusi. Dua hari lagi kita akan pergi untuk meninjau lokasi untuk yang terakhir kalinya bukan sebelum memasuki masa pembangunan?"
Mingyu mengangguk dan dalam sekejab Wonwoo dilupakan begitu saja, kasir yang melihat Mingyu dan Jeonghan sibuk untuk mengobrol akhirnya memberikan kartu Mingyu ke arah Wonwoo dan tersenyum. Wonwoo menerimanya dan akan memberikannya setelah Mingyu selesai berbicara.
"Ah tapi bagian itu belum mencapai tahap final. Dokumennya ada di kantorku saat ini, ingin mengeceknya?" tanya Jeonghan.
"Lebih baik begitu."
Saat Mingyu berbalik, ia lalu menemukan Wonwoo berdiri di belakangnya dengan wajah tanpa ekspresi. Lalu dengan ringan menerima kartu miliknya yang dipegang Wonwoo dan kembali melanjutkan pembicaraan dengan Jeonghan sebelum ia berbalik lagi.
"Saya ternyata punya sesuatu untuk dilakukan di kantor lagi, kembalilah dulu dengan sopir. Regan dan saya akan naik mobilnya untuk kembali ke kantor."
Wonwoo mengangguk dan berbalik. Kepalanya pusing dan rasa mual terus mendesaknya namun ia tidak mengatakan apapun, takut jika ia banyak berbicara atau bergerak akan membuat rasa mual itu tumpah ruah tanpa bisa dirinya kendalikan. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam dan suasana ibukota yang ramai memudarkan rasa kesepian yang sejenak Wonwoo rasakan.
Ia menunduk untuk menyembunyikan matanya yang merah, hatinya sesak dengan tingkahnya seperti saat ini yang terlihat menyedihkan. Padahal ia berpikir bahwa Mingyu akan kembali bersamanya dan mereka bisa memiliki waktu berdua lagi untuk menguatkan hubungan mereka. Namun semua itu hanya bayangan ynag Wonwoo ciptakan pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Cruel Destiny • Minwon AU
FanfictionThis Narration Part for Minwon Social Media AU On Twitter With The Same Tittle. ◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇ Tag: Abusive Character, PTSD, Divorce, Manipulated Character, dark jokes, face slapping, twisted and Omegaverse. Minwon as main pairing. ◆◇◆◇...