◆◇◆◇◆◇◆◇
"Baik semua butir perjanjian sudah disetujui dan sudah di sahkan. Besok salinan resmi dari kontrak ini akan dikeluarkan."
Mingyu mengangguk, ia menatap wajah Wonwoo yang pucat. Dan menahan diri untuk tidak melihat raut wajah omega itu, sejak tempo hari dari amukan Wonwoo—Mingyu selalu di dera rasa bersalah. Ia ingin Wonwoo tahu bahwa apa yang sedang ia lakukan adalah demi Kiran dan Wonwoo sendiri.
Jauh sebelum Mingyu bisa mengucapkan lebih banyak kata lagi, Wonwoo bangkit dan berjalan keluar dengan pengacaranya. Mingyu mengejar dan menahan Wonwoo dengan meraih tangannya.
"Rakai, biarkan saya berbicara denganmu."
Wonwoo berhenti dan memberikan kode mata pada pengacaranya. Pengacara itu pergi meninggalkan Wonwoo dan Mingyu berdiri di koridor dalam keheningan.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Saya telah meninggalkan keluarga Wiratama."
Mendengar itu Wonwoo cukup terkejut, mengingat bagaimana Mingyu begitu berusaha untuk diterima oleh keluarganya dan mengokohkan posisinya.
"Lalu, apa alasannya?"
"Ayahku sejak awal tidak memiliki banyak minat untuk membiarkanku memimpin keluarga. Jadi tentu saja kakakku yang akan mengambil alih."
"Kamu melakuan pekerjaan yang sia-sia."
"Tidak masalah, dulu saya berpikir bahwa mereka adalah keluarga jadi saya harus membuktikan nilai dan kontribusi. Itu cukup untuk membayar biaya yang telah mereka keluarkan selama ini untuk saya. Sehingga kami tidak perlu terjalin dengan masalah rumit."
"Begitu ... lalu apa yang akan kamu lakukan?"
"Saya masih memiliki perusahaan yang saya rintis sendiri saat di bangku kuliah, perkembangannya cukup baik di luar negeri. Saya akan membawa kembali pasukan think tank saya dan memulai perpindahan kantor cabang ke sini."
"Kuharap kamu berhasil."
"Kiran akan menjadi pewarisnya, dan kamu adalah walinya. Perjanjian hari ini juga meliputi pembagian harta dan divinden dari perusahaan. Dengan begini kamu dan Kiran tidak perlu merasa cemas untuk tidak memiliki cukup uang untuk hidup."
"Kamu tidak perlu harus sampai sejauh itu, baik aku dan Kiran... aku pasti melakukan sesuatu untuk membiarkannya tumbuh dengan sehat dan menjalani hidup yang baik."
"Rakai, saya juga ingin memberikan hidup yang baik itu untuk Kiran dan kamu."
Mendengar itu Wonwoo tidak bisa mendengus. Jika ia bisa mendapatkan kesempatan untuk memutar waktu, ia mungkin tidak akan kembali ke Jakarta dan kembali berurusan dengan Mingyu yang merepotkan. Namun sekarang ia tidak ingin memiliki banyak gelombang emosi lagi; mata Wonwoo tanpa sadar melihat ke arah luka yang ada di tangan Mingyu yang dibebat dengan perban.
"Apa lukamu sudah membaik?"
"Sudah jauh lebih baik."
"Baiklah, aku akan kembali dulu. Kiran tidak akan tenang jika ditinggal dalam waktu lama."
"Berhati-hatilah."
Wonwoo mengangguk dan berbalik pergi. Mingyu mengembuskan napas, ia bersyukur pembicaraan kali ini baik dia maupun Wonwoo tidak memiliki percikan emosi yang kuat sehingga tidak ada hal lain yang terjadi. Ia lalu mengambil ponselnya dan menelefon Seungkwan—
"Cakra, saya minta kamu mencarikan dua unit apartemen di Jakarta dengan sistem keamanan yang baik dan dekat dari gedung kantor yang akan kita gunakan. Dan ambil yang memiliki unit yang bersebelahan atau berada dalam satu lantai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Cruel Destiny • Minwon AU
FanfictionThis Narration Part for Minwon Social Media AU On Twitter With The Same Tittle. ◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇ Tag: Abusive Character, PTSD, Divorce, Manipulated Character, dark jokes, face slapping, twisted and Omegaverse. Minwon as main pairing. ◆◇◆◇...