Chapter 182

2.1K 94 4
                                    

◆◇◆◇◆◇◆◇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◆◇◆◇◆◇◆◇

Seungcheol yang berjaga di luar tidak meninggalkan tempat dan membawa lebih banyak orang untuk berjaga, ia tahu bahwa Mingyu memiliki beberapa kenalan di rumah sakit ini dan Seungcheol tidak berniat untuk pergi sebelum ia memikirkan bagaimana mengamankan Kiran dan Wonwoo. Di satu sisi ia tahu bahwa di rumah sakit ini penanganan penyakit terminal yang diderita oleh Alpha maupun Omega dan dengan fakta itu Seungcheol menduga bahwa rumor di luar sana bahwa Kai bergerak untuk menyingkirkan Mingyu dari kursi presiden grup Wiratama sudah dekat.

"Pada akhirnya ia bahkan tidak bisa mempertahankan sesuatu yang dulu ia usahakan dengan cara menghancurkan hidup orang lain," gumam Seungcheol pelan.

"Pak Adam, saya mendapatkan beberapa laporan dari pihak rumah sakit tentang orang yang Pak Adam minta ... ini sedikit mengejutkan."

"Apa maksudmu?"

"Anda bisa membaca isi laporan ini."

Seungcheol menerima dokumen yang diberikan oleh bawahannya. Dan setiap lembar laporan itu membuat Seungcheol semakin kebingungan dengan semua hal yang terjadi pada Mingyu. Jika ia dan Wonwoo memang memiliki tingkat kecocokan setinggi ini, mengapa menyingkirkan Wonwoo dengan begitu cepat? Jika Wonwoo dianggap tidak dapat melahirkan Alpha seperti yang dituduhkan di awal lalu Kiran itu apa? Sungguh menggelikkan. 

Mingyu tidak lebih dari seorang idiot besar. Ia menderita penyakit terminal yang bahkan hanya memiliki presentase terjadi pada Alpha dominan sebesar 0,001 persen dari total kasus. Diawali dengan gangguan pengeluaran feromon dan apada akhirnya itu memakan semangat hidup dan tubuh dari Alpha itu perlahan. 

"Ini cukup parah."

"Dari penuturan Dokter Satria perawatan yang diberikan kepada pihak Syailendra saat ini hanya untuk memperpanjang masa hidup pasien dan meringankan gejala lainnya."

"Dan ini masih penyakit mematikan."

"Benar."

Seungcheol menghela nafas dan mempertimbangkan beberapa hal, ia tahu Mingyu banyak melakukan kesalahan dan ia sendiri tidak tahu alasan jelas akan hal yang diambil Mingyu saat itu. Menceraikan Wonwoo setelah melakukan pelecehan dan memerkosanya ditambah lagi ia tidak membiarkan Wonwoo menyimpan tanda yang ada dan mengangkatnya di saat ia sedang hamil. Seungcheol tidak tahu neraka seperti apa yang dialami Wonwoo beberapa tahun lalu saat ia sendirian menghadapi setiap kejatuhan yang di akibatkan oleh satu orang ini.

"Berjagalah, aku akan masuk dan membicarakan hal ini dengan Rakai."

◆◇◆◇◆◇◆◇

Wonwoo duduk dengan tenang di ranjang sambil mendekap Kiran yang tertidur nyenyak. Itu pukul tiga pagi, ia terus mengelus dan memandangi pria kecil di dalam dekapannya yang begitu tenang dalam buaian mimpinya. Pikiran Wonwoo masih jatuh pada kejadian beberapa jam yang lalu, di mana ia berlari ketakutan hanya dari saat Mingyu meneriaki namanya. Ia tahu bahwa tindakan Mingyu itu tidak lain hanya sebuah reaksi alami. 

Namun setiap sel dalam diri Wonwoo menjerit untuk menjauh dari Mingyu, bayangan dari malam yang menyakitkan itu datang ke hadapannya lagi. Potongan demi potongan adegan saat ia mendorong Mingyu menjauh dan memohon agar Mingyu melepaskannya membuatnya hancur. Belum lagi saat ia dilemparkan keluar dari mobil dalam keadaan kacau telah menelanjangi Wonwoo seutuhnya.

Ia tidak bisa melupakan semuanya begitu saja. Di tengah lamunan Wonwoo, Seungcheol masuk ke dalam kamar dan melihat adik laki-lakinya yang sedang memeluk keponakannya dengan erat seolah-olah di dunia ini hanya Kiran yang menjadi hal paling berharga.

"Kamu belum tidur?"

"Kak Adam...."

"Kakak ada makanan di luar, kamu mau? Seharian ini kamu belum makan kan?"

Wonwoo diam sejenak dan mengangguk. Seungcheol kembali keluar untuk mengambil set makanan yang beberapa jam lalu dibeli oleh bawahannya. Ia memasukkannya ke dalam microwave yang ada di kamar inap dan mendekat ke arah Wonwoo. Tanpa banyak berbicara ia memberikan dokumen yang tadi dibacanya ke tangan Wonwoo.

"Apa ini?"

"Baca aja."

Akhirnya Wonwoo berhenti bertanya dan membaca isi laporan itu, ia tetap mempertahankan ekspresi datarnya hingga ke halaman terakhir.

"Jadi apa?"

"Hanya ingin kamu tahu."

"Kak itu gak mengubah keadaan."

"Benar. Tapi kakak gak mau kamu jadi orang yang mati rasa, kakak gak minta kamu berdamai atau maafin Rendra setelah apa yang sudah ia lakukan... Tapi kamu punya Kiran di sini, Rendra mungkin bajingan tapi dia tetap Ayah kandung Kiran. Mungkin feromon dia akan membuat kondisi Kiran lebih stabil."

"Kak... Mungkin kakak bisa anggap aku pengecut atau egois. Tapi untuk aku, aku gak mau dia ataupun Kiran tahu kalau mereka punya ikatan."

"Rakai...."

"Dia tidak akan mengakuinya, apapun yang terjadi. Sejak aku menceraikannya aku bukan siapapun untuknya. Kak, bahkan jika anak ini harus lahir tanpa mengetahui siapa ayah kandungnya, aku tidak akan keberatan. Aku akan membesarkannya dengan darah dan keringatku, pria itu tidak akan pernah bisa memilikinya."

"Tapi keadaan Kiran seperti ini. Aku tahu ini berat, tapi kamu harus mikirin kondisi terbaik untuk kesembuhan Kiran."

"Kalau seandainya dia cukup peduli padaku, dia akan mendengarkanku malam itu, ia akan menghiburku setidaknya sebagai tanda perpisahan kami. Tapi dia memilih untuk menyakitiku, memenjarakanku dan meninggalkanku sendirian. Itu sudah menjadi bukti yang cukup untukku agar tidak mencari atau bahkan berhubungan dengannya."

Seungcheol tahu dia egois memaksa Wonwoo untuk memaafkan Mingyu ataupun bertemu dengan Mingyu. Tetapi Seungcheol tahu bagaimana kondisi Kiran dan upaya dokter yang menangani masalah ini mencoba untuk mencari peluang kesembuhan terbesar yang dapat diperoleh, karena itu Seungcheol datang dan mencoba membujuk Wonwoo terlebih dahulu.

Kondisi psikologis Wonwoo tidak membaik dan ia tidak pernah meminta pertolongan dari tenaga profesional, mungkin itulah yang membuat sikap Wonwoo sangat waspada juga ketakutan pada eksistensi Mingyu.

"Kakak cuma ngasih tahu kamu saran untuk pengobatan yang bisa kita ambil. Kakak gak akan maksa kamu."

Wonwoo tidak mengatakan apapun. Ia merasa tertekan dan kecewa dengan apa yang Seungcheol katakan, namun ia tahu kakaknya tidak memikirkan kondisi kesehatan Mingyu, namun Kiran. Rasa tertekan itu membuat Wonwoo merasa lelah dan tepat setelah beberapa detik keheningan makanan yang dipanaskan mulai berbunyi.

"Makanlah terlebih dahulu. Setelah itu istirahat."

"Iya kak."

Dear, My Cruel Destiny • Minwon AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang