Chapter 218

1.5K 99 8
                                    

Wonwoo menjalani hari-harinya dengan rutinitas yang sama setiap harinya, setelah bangun dan membersihkan tubuh. Ia akan pergi untuk membeli sarapan dan membangunkan Kiran, menyuapinya, memandikannya, menemaninya menjalani pemeriksaan pagi hari dan menemaninya bermain hingg siang hari dan menemaninya makan siang sebelum waktunya tidur siang. Setelah itu dia akan membawa tablet kerjanya dan kacamata pergi ke ruangan lain yang berada di sisi lain dari ruang rawat Kiran untuk duduk sepanjang sore dengan pekerjaannya sambil sesekali merawat pria yang terbaring di ranjang itu.

Empat puluh tujuh hari telah berlalu sejak Mingyu jatuh dalam keadaan koma, Wonwoo telah mempelajari banyak hal baru dalam mewakili Mingyu untuk memantau perusahaan. Meskipun Seungkwan dan Jeonghan selalu berada di sisinya setiap kali ia harus memeriksa dokumen dan menandatangi proposal, semua berkas itu telah melewati pemeriksaan yang teliti dari keduanya.

Hari ini Wonwoo membawa Kiran untuk terapi lainnya dalam membiasakan diri, anak-anak Alpha biasanya memiliki tingkat kecenderungan bergantung pada feromon orangtuanya untuk merasa nyaman, karena itu Wonwoo juga beberapa kali harus hadir dan mempelajari bagaimana cara merawat anak Alpha.

"Perkembangan Kiran sangat bagus, saya pikir selama tidak ada lagi gejala sisa pasca operasi—dia bisa dipulangkan."

Jihoon yang begitu lama berinteraksi dengan Kiran menjadi seperti teman, meskipun Kiran lebih cocok menjadi keponakan dibanding teman di mata Wonwoo.

"Kamu sangat sibuk beberapa waktu ini, apa kau baik-baik saja?" tanya Jihoon sambil memainkan jemari Kiran yang dipangkunya.

"Perusahaan Mingyu sedang mendiskusikan beberapa kontrak penting dengan pihak pemerintah, ada sedikit gesekan di bagian pembagian fee jadi harus dilakukan perhitungan ulang."

"Hmmm itu sulit, kalau ini menyangkut dana pemerintah tentu saja selain anggaran yang mencekik mereka juga pasti menuntut penyelesaian tender yang cepat dan baik."

"Ya, Regan mengatakan bahwa ia cukup sakit kepala dengan perwakilan yang datang karena tidak teliti."

Jihoon mendengus dan mulai membicarakan pandangannya pada pemerintah saat ini, aku hanya duduk mendengarkan sambil minum secangkir latte hangat di depannya. Kiran beberapa kali tertawa dan mencoba menarik perhatian siapapun yang ada di dekatnya. Aku melihat jam dan ini adalah waktu untuk pergi menenggok Mingyu.

"Dokter Satria, saya akan pergi dengan Kiran untuk melihat Mas Rendra."

"Baiklah, semoga tanda-tanda organ vitalnya semakin membaik dan bisa segera sadar."

"Semoga, saya pergi dulu. Kiran ayo bilang bye bye ke Dokter Satria."

Kiran yang mendengar hal itu tersenyum lebar hingga menyipit dan melambai ke arah Jihoon. Wonwoo menggendong Kiran dan menuju ke ruangan Mingyu, ini adalah kamar vvip khusus untuk pasien. Terkadang Wonwoo akan menghabiskan waktu di sini lebih lama dibanding kamar rawat asli Kiran, ada banyak jejak miliknya menetap dan aku memilih duduk di sebelah Mingyu.

Kiran duduk dengan patuh di ujung ranjang sambil melihat Mingyu. Hanya dalam sebulan banyak sekali berat badan Mingyu yang berkurang, sambil mengelus wajahnya pelan. Wonwoo rajin mencukur janggut Mingyu yang tumbuh dan penampilan Mingyu yang bersih dan rapi masih dipertahankan meskipun ia menjadi semakin kurus dan pucat. Kiran tidak lagi setakut sebelumnya, ia terkadang mengoceh di depan Mingyu sambil tertawa.

Wonwoo membuka dokumen baru dan membaca isinya dengan seksama, mengabaikan gerakan pelan dari sisi Mingyu. Kelopak mata Mingyu terbuka, ia membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan cahaya setelah berhari-hari tidak sadarkan diri. Betapa bahagianya ia saat melihat Wonwoo duduk di sampingnya menungguinya. Selama kondisi koma Mingyu terkadang sadar dan mendengar cerita dan ocehan Wonwoo dan Kiran. Ia berpikir itu adalah mimpi bahwa ia bisa meraih Wonwoo kembali.

Ia menatap wajah serius Wonwoo yang menunduk untuk membaca, tenggorokan Mingyu terasa kering dan ia tidak bertenaga. Berharap Wonwoo akan mengangkat pandangannya dan melihatnya. Sepuluh menit berlalu dan Wonwoo akhirnya mengangkat pandangannya, matanya langsung bertemu dengan Mingyu dan perlahan Mingyu menarik sudut bibirnya dan tersenyum.

"Mas Rendra?"

Wonwoo bergumam pelan dan saat melihat Mingyu mengedipkan matanya dan tersenyum, ia tahu Mingyu sudah bangun. Bergegas Wonwoo menekan tombol perawat dan menunggu mereka datang. Pikirannya kacau, kebahagiaan dan khawatir membuat Wonwoo tidak melepaskan pandangannya dari Mingyu. Dokter datang dan langsung memeriksa Mingyu, karena harus memeriksa secara menyeluruh Mingyu dibawa ke ruang lain.

Jihoon yang mendengar bahwa Mingyu telah sadar bergegas ke arah Wonwoo dengan Kiran. Wonwoo memiliki kelegaan di ekspresi wajahnya namun matanya sedikit memerah karena menahan tangis. Ia meraih Kiran dan memeluknya erat.

"Mingyu pasti bisa pulih, ambil langkah demi langkah untuk penyembuhannya."

"Ya, sudah sangat baik dia sadarkan diri. Yang terpenting dia bisa pulih."

Pemeriksaan berlangsung hingga sore hari dan Mingyu di dorong kembali ke ruang rawatnya, ia sedang tertidur namun tidak ada masalah. Hasil pemeriksaan akan keluar besok dan Wonwoo memutuskan untuk tidur di ruangan Mingyu bersama Kiran. Kiran mengetahui bahwa orang yang tertidur di ranjang itu penting bagi papanya dan ia terkadang mengoceh tentang banyak hal.

"Yah? Yah?" Suara susunya membuat Wonwoo tersenyum.

"Hm... Ayah sudah bangun. Kiran bisa ngobrol ama Ayah nanti."

"Hmmm Ian cala yah."

"Iya, nanti Kiran bisa cerita ke Ayah gimana Kiran berani!“

Kiran tertawa puas dan bertepuk tangan. Pukul sembilan Kiran tertidur di ranjang lain, Wonwoo mendekat ke arah Mingyu dan memandanginya dengan raut wajah lembut. Dengan sedikit keberanian Wonwoo bangkit dan mencium kening dan bibir Mingyu lembut, lalu airmata jatuh dan ia terus merasa bersyukur di dalam hatinya karena ia tidak kehilangan Mingyu.

Dear, My Cruel Destiny • Minwon AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang