Chapter 129

2K 118 3
                                    

Hari-hari tenang itu datang silih berganti, membuat hati Wonwoo gelisah tanpa arah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari tenang itu datang silih berganti, membuat hati Wonwoo gelisah tanpa arah. Beberapa kali pesan mengenai bukti-bukti kejahatan yang dilakukan oleh keluarga Wiratama mulai perlahan terkumpul. Kakaknya telah bersiap untuk menyerahkan bukti dan melakukan proses hukum, namun saat ini yang menjadi pertimbangan semua orang adalah tentang Wonwoo.

Meskipun pernikahan telah dilaksanakan, tahap akhir yaitu pemersatu hubungan Alpha dan Omega tidak dilaksanakan. Ditambah lagi sejak awal keluarga Wiratama juga tidak memandang Wonwoo sebagai pasangan sah Mingyu. Tanda yang harusnya diletakkan kepada Omega sebagai bukti bahwa jiwa dan raga Omega itu telah bersama dengan Alphanya—Namun tanda dan kemesraan mereka dalam romansa panas di hari penyatuan itu tidak pernah membawa Mingyu dan Wonwoo ke hubungan yang semakin dekat, belum lagi dengan tawaran mengenai Mingyu memperistri Jeonghan karena mereka memeriksa bahwa Wonwoo tidak akan mampu mengandung anak milik Mingyu yang merupakan Alpha kelas atas.

Wonwoo merasa kebingungan.

Dalam pikirannya apa yang terjadi kepadanya adalah bentuk kebodohannya sebagai Omega yang hanya memikirkan bagaimana memiliki seorang Alpha yang mendominasi nya. Namun hidup tidak berjalan seperti itu; keluarga Mingyu tidak pernah menyukainya, ia tidak memiliki Mingyu untuk mendukungnya, bahkan sekarang tawaran untuk membiarkan Mingyu membawa Omega lain di saat ia mengetahui bahwa tidak ada cara baginya untuk mengandung bibit Mingyu.

Pernikahan yang sia-sia ini, jika Wonwoo mengetahuinya sejak awal—Ia tidak akan dengan bodoh melompat ke dalam lubang mengerikan ini. Irivian(Jevan) telah memperingatkannya, Adam telah mencoba menggoyahkan Ayahnya, namun pernikahan itu tetap berlangsung karena keegoisan Wonwoo sendiri pada akhirnya. Ia yang berpikir bahwa keluarganya hanya memanfaatkannya untuk menjalin kerjasama dengan keluarga Wiratama ternyata salah sasaran sejak awal.

Karena itu Wonwoo duduk diam di rumah baru mereka yang sudah hampir tiga bulan di tempati namun masih terasa dingin. Hanya ada Wonwoo setiap harinya yang kembali, sementara Mingyu, tidak ada bedanya dengan saat mereka masih di rumah keluarga Wiratama.

"Tidak ada yang berubah."

Itulah yang dipikirkan Wonwoo setelah hari-hari ini berlalu begitu saja. Dan ia ingin mengakhirinya.
Ia berpikir dengan menikahi Mingyu akan membuatnya menjadi Omega Mingyu, dia pikir dengan cara ini akan ada kebahagiaan abadi yang ditunggunya. Namun ini adalah realita, tidak ada hal seperti itu di dunia ini.

Tidak ada akhir bahagia selamanya.

-: ✧ :-゜・.

Hanya Wonwoo sendiri yang makan malam di rumah. Ia memesan makanan itu dari Restoran terdekat, dalam diam ia menyendok sedikit demi sedikit isi piringnya. Namun tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka dan sosok Mingyu dengan setelan jas tiga potong berwarna hitam.

"Mas Rendra...."

"Duduk, saya mau berbicara dengan kamu setelah ini."

Wonwoo berhenti bangkit dan menunggu Mingyu. Setelah setengah jam Mingyu keluar dari kamar dengan aroma sabun yang samar di udara dan membawa tas dokumen. Wonwoo terdiam saat melihatnya namun tidak ingin berkomentar apapun.

"Ini adalah kontrak awal yang kita miliki sebelum menikah."

Tentu saja Wonwoo masih mengingat apa saja hal yang ada di dalam surat perjanjian sebelum menikah. Saham di perusahaan Kelana, beberapa mahar berupa gedung dan uang tunai diberikan. Tanpa sadar Wonwoo mengepalkan tangannya di bawah meja dan tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Saya pernah bertanya tentang pemikiranmu tentang hal ini, dan saya memintamu untuk memberikan saya kepastian. Apa keputusan yang kamu ambil?"

"Mas, apa kita gak bisa memperbaiki apapun?"

Mingyu tidak mengatakan apapun.

"Apa ini satu-satunya jalan yang bisa kita ambil?"

"Rakai, kamu tahu tujuan pernikahan ini seperti apa. Ditambah lagi dengan hasil pemeriksaan itu, saya tidak dapat melihat bagaimana pernikahan ini harus dipertahankan."

"Mas, apa kamu benar-benar sekejam ini? Apa kamu gak bisa ngeliat aku bertahan selama ini buat kamu? Aku mau kita tetap menikah. Aku mau kita bisa bertahan, aku cuma mau pernikahan ini bisa tetap—"

Sebelum Wonwoo selesai mengucapkan apa yang ia inginkan, Mingyu memotongnya.

"Rakai, jangan buang waktu dan perasaan kamu untuk ini."

Mingyu menatap wajah Wonwoo dengan ekspresi dingin. "Saya tidak pernah mencintai kamu, pernikahan ini saya jalani karena saya menganggap kamu adalah Omega yang paling cocok dengan saya. Tetapi rupanya penilaian saya salah."

"Hah, Mas... ini pernikahan, bukan seleksi kolega perusahaan. Mas bersumpah di hadapan Tuhan untuk menjadikan saya pasangan Mas. Apa Mas paham?"

"Saya bukan orang pertama yang bercerai di muka bumi ini. Saya tidak mau kita terjebak di situasi seperti ini."

"Mas, kamu benar-benar gak berperasaan. Semua yang Mas katakan hanya mengikuti ego, aku gak mau ngomong lagi."

"Saya bisa melakukan apapun untuk membuat kamu mau bercerai dengan saya pada akhirnya Rakai, jangan membuat saya marah."

"Aku gak mau cerai Mas, aku gak mau. Aku gak mau kita pisah."

Mingyu bangkit dan mencegat Wonwoo yang kini berlinang airmata dan hampir jatuh.

"Jangan tinggalin aku Mas, aku gak punya siapapun yang bisa aku jadiin tempat buat aku mempercayakan semuanya. Aku udah ngasih Mas segala yang aku jaga, aku udah berjuang buat nahan agar Mas gak pisah dari aku karena keluarga Mas. Sekali ini aja, kali ini aja Mas... tolong  ngertiin keputusan aku."

Wonwoo terisak dengan putus asa, "tolong, tolong aku Mas. Aku juga manusia, aku gak bisa terus seperti ini."

"Rakai, kamu harusnya melepas pernikahan ini. Kamu mengorbankan kebahagian kamu sendiri dengan bertahan untuk sesuatu yang bahkan tidak memiliki bentuk seperti perasaan ini."

"Bahkan jika itu gak punya bentuk, aku tahu kita bisa memulai sekali lagi. Kita perbaiki apa yang salah, kita lanjutkan hidup kita bareng. Aku tahu kita bisa Mas."

"Untuk apa? Untuk apa kamu bertindak seperti ini Rakai? Itu sia-sia."

"Perasaan aku ke kamu gak akan pernah sia-sia Mas. Aku tahu kamu gak setega itu, karena itu kita mulai pelan-pelan, kapanpun Mas siap... kita perbaiki ini semua, oke?"

Wonwoo meraih jemari Mingyu dan mengenggamnya erat, ia tahu Alpha nya bukanlah orang yang jahat. Ia yakin Mingyu tidak akan menyakitinya sejauh ini, ia bukan orang sekejam itu.

"Saya tidak akan berubah pikiran Rakai. Karena itu, saya tetap akan berpisah dengan kamu."

Meskipun terlihat keras kepala dan bodoh, Wonwoo tahu semua itu wajar untuk dilakukannya demi mempertahankan pernikahan yang dimilikinya. Untuk Alphanya, untuk dirinya juga semua pengorbanan yang telah ia curahkan demi bertahan dari semua pelecehan yang telah dilakukan orang-orang di sekitarnya.

Harusnya Mingyu akan menjadi orang terakhir di dunia ini yang akan membiarkannya menderita seperti ini.

Dear, My Cruel Destiny • Minwon AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang