◆◇◆◇◆◇◆◇◆
Jika kejadian malam itu hanya meninggalkan perasaan masam di hati Wonwoo saja mungkin ia bisa mencoba mengendalikan pikiran dan tubuhnya, namun reaksi selanjutnya karena ia memaksakan diri untuk makan bahari laut—Wonwoo mulai merasa mual yang tidak berkesudahan, pusing dan sesak napas.
Komplikasi keluhan itu semakin menjadi saat memasuki hari kedua, Wonwoo yang terus muntah lalu mengalami pendarahan usus dan membuatnya mengeluarkan darah. Setelah melihat itu akhirnya kepala pelayan di rumah Wiratama memberitahukan kepada Nyonya Wiratama tentang keadaannya. Wonwoo yang pucat dengan bibir membiru dan kantung mata yang terlihat jelas berbaring di atas ranjang dengan napas yang tidak teratur.
"Sejak kapan dia sakit?"
"Sekitar dua hari yang lalu."
"Sudah ada Dokter yang datang?"
"Ya."
"Lalu?" Sambil mengipasi dirinya Nyonya Wiratama memandang Wonwoo dengan sedikit seringai di wajahnya.
"Kami menduga bahwa dia keracunan makanan dan sudah memberikan obat yang sesuai dan juga infus untuk mempercepat pemulihan."
"Kalau begitu kita hanya perlu menunggu sampai dia sadar dan obatnya bekerja."
"Tuan Rakai beberapa kali muntah dan kami rasa ususnya terluka."
Nyonya Wiratama mengangguk paham. Lalu berjalan keluar dari kamar Wonwoo dan memanggil pelayan dan kepala pelayan juga koki untuk sesuatu di ruang kerjanya.
"Aku ingin semua orang bekerja sama denganku...."
***
Matahari telah kembali terbit dan Wonwoo merasa dirinya berada di kondisi yang lebih baik dibandingkan kemarin dan ia sudah tidak memiliki keinginan untuk muntah lagi. Namun saat ia menyadari bahwa Mingyu tidak kembali untuk melihatnya, ada ada rasa masam yang naik ke kerongkongan Wonwoo dan mendorongnya ingin muntah lagi. Setelah mengeluarkan isi perutnya Wonwoo tidak sengaja melihat ke arah kaca dan pantulan dirinya yang pucat dan terlihat jelek membuatnya meringis ngeri.
Kantong matanya semakin buruk, ia semakin terlihat kurus dan matanya terlihat sayu dan tidak cemerlang. Melihat pantulan dirinya itu Wonwoo tidak bisa mengabaikan perasaan dirinya merasa terkucilkan dan tidak pantas untuk dilihat, jadi ia segera mandi dan mencoba menata dirinya sekali lagi di cermin, tetapi Wonwoo selalu merasa dirinya semakin buruk. Kulitnya pucat tidak sehat, bibirnya pecah dan sedikit membiru, belum lagi tubuhnya yang kekurangan daging.
"Uhk ... huhuhu .... hiks ... hiks...."
Isakan yang ditahannya itu lolos di antara bibirnya yang ia gigit dengan kuat, perasaan tidak berdaya itu menguasai Wonwoo. Ia hanya omega yang tidak berharga untuk keluarga Kelana bahkan sampai membuangnya begitu saja di hari penting dalam hidupnya saat mengetahui Wonwoo tidak punya setitikpun darah dari keluarga Kelana di nadinya; belum lagi keluarga suaminya yang telah mengerahkan banyak hal untuk mempersuntingnya, tetapi apa yang sebenarnya ia miliki di sini.
Dulu Ayahnya mengatakan untuk mengejar sesuatu yang disukainya, dulu kakaknya akan memeluknya dan mengatakan bahwa ia adalah permata keluarganya, saat pertama bertemu Mingyu berjanji bahwa ia adalah sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan. Tetapi saat mereka semua meninggalkannya, Wonwoo kehilangan cahayanya. Tidak ada lagi Rakai Wonwoo Kelana yang berdiri dengan senyuman manisnya dan mata berbinar bak langit malam, Wonwoo tidak tahu di mana letak seberapa berharganya ia saat ini.
Tidak ada lagi orang yang akan datang dan memeluknya seperti dahulu, bahkan jika Wonwoo menangis dengan mengeluarkan darah, itu tidak akan menjadi urusan siapapun. Di dunia yang begitu kejam ini pada akhirnya Wonwoo hanya sendirian dan tidak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Cruel Destiny • Minwon AU
FanfictionThis Narration Part for Minwon Social Media AU On Twitter With The Same Tittle. ◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇ Tag: Abusive Character, PTSD, Divorce, Manipulated Character, dark jokes, face slapping, twisted and Omegaverse. Minwon as main pairing. ◆◇◆◇...