◆◇◆◇◆◇◆◇
Wonwoo terbangun setelah mimpi yang panjang, ia masih sedikit linglung saat bangkit dari posisinya. Begitu ia berbalik, sesosok bayi laki laki yang sedang tertidur sambil menggapai jarinya dan mengisapnya dengan mulut yang baru ditumbuhi dua gigi.
Melihat sisi menggemaskan bayi itu Wonwoo kembali berbaring dan memeluknya erat, aroma keringat yang dan ekaliptus berpadu dengan bedak bayi membuat Wonwoo tidak sabar untuk mengecup wajah bayi yang tertidur itu.
Perlahan tidurnya terganggu dan saat ia membuka matanya, itu adalah mata bulat yang hitamnya menyala dengan cepat. Ia menatap bingung wajah Wonwoo sebelum maju dan mencium Wonwoo balik.
"Baby... Senang bangun paginya?"
"Awaaaaa...."
Wonwoo mengangkat anak itu dan membiarkannya berbaring di atas torsonya. Menatap wajah bayi yang halus dan kemerahan, satu-satunya cahaya dalam hidupnya. Kiran Alder, berusia satu tahun delapan bulan pada bulan ini.
Meskipun sudah lancar berjalan dan melompat, Kiran masih kesulitan mengucapkan kata-kata lebih dari tiga suku kata. Perkembangan Kiran dalam hal berbicara memang lebih lambat namun Wonwoo tidak mau terlalu cemas setelah mendengar bahwa Dokter mengatakan bahwa ia tidak perlu cemas karena perkembangan anak Alpha pada kenyataannya lebih lambat dibanding yang lainnya di usia belia.
Dua tahun lebih telah berlalu sejak hari Wonwoo menghilang dari hadapan semua orang, luka akibat operasi itu membuat Wonwoo sempat mengalami sebuah sindrom yang di derita oleh para omega yang melakukan pengangkatan kelenjar, namun di tengah rasa sakit dan keputusasaan itu Wonwoo mengetahui bahwa ia sedang hamil dengan Kiran.
Anak yang lembut dan sangat ceria itu hadir di hari-hari gelap Wonwoo, membuat ia menjadi lebih ceria dan menikmati perannya sebagai Ayah. Wonwoo pergi ke kota yang berbeda dan tinggal berdua dengan Kiran di sebuah rumah yang disewakan oleh seorang janda yang hendak pergi ke luar negeri untuk mengikuti putranya. Itu adalah rumah dengan dua kamar, satu ruang tamu dan dapur.
Ada kebahagiaan di dalam rumah kecil dengan halaman seluas satu meter persegi yang Wonwoo tanami dengan beberapa bunga dan sayuran. Itu adalah kehidupan sederhana namun nyaman. Wonwoo tetap bekerja sebagai seorang penulis namun dengan nama samaran dan ia juga menulis beberapa artikel bebas untuk menambah pemasukan, pada dasarnya baik Wonwoo maupun Kiran jarang berinteraksi dengan dunia luar dan lingkungan mereka juga tidak begitu ramai sehingga tidak perlu terlalu khawatir untuk ditemukan.
"Kiran mandi ya, kita ke supermarket! Beli susu kesukaan Kiran."
"Papa cayaaaaaaang."
Melihat tingkah gemas Kiran, akhirnya Wonwoo mencium wajah putranya hingga anak itu hampir menangis dibuatnya. Banyak orang yang mengatakan bahwa Kiran adalah bayi yang manis dan sangat menyenangkan, ia jarang menangis dan mudah tertawa. Kiran jelas memiliki kulit sepucat Wonwoo namun wajahnya mengikuti orang lain di beberapa fitur wajahnya terutama alis dan matanya.
Meskipun mengingatkan akan sosok itu, Wonwoo tidak membencinya. Kiran lahir karena Tuhan memberikannya lewat orang itu, karena itu Wonwoo mencoba tidak membencinya meskipun ada begitu banyak bekas luka bernanah di hatinya karenanya. Wonwoo tidak lagi mengikuti kabar siapapun, menikmati entitas barunya di lingkungan baru—Ia seperti menulis lembaran putih baru untuk hidupnya.
"Okey Kiran udah siap. Yuk kita pergi ya!“
Kiran menggunakan onesie kelinci putih dan duduk di kereta bayinya sambil meminum botol susunya. Jarak supermarket dari rumah Wonwoo cukup jauh, itu memakan waktu tiga puluh menit berkendara. Karena itu Wonwoo hanya pergi beberapa minggu sekali, ia kebanyakan membeli stok makanan dan barang-barang yang dibutuhkan Kiran.
Seorang Bibi yang mengenal Wonwoo menyapanya dan Kiran sambil menyerahkan kereta dorong yang bisa digunakan dengan kereta bayi. Wonwoo berbelanja dengan tenang dan mengambil semua kebutuhannya dengan tenang.
"Tuan Rakai?"
Suara yang asing membuat Wonwoo terkejut, ia berbalik dan menemukan wajah familiar yang pernah dilihatnya. Dokter Jihoon.
"Dokter Satria."
"Kejutan banget ketemu kamu di sini."
"Iya, udah berapa tahun ya."
Jihoon melihat Kiran dan tersenyum. Dari banyaknya orang, keberadaan Kiran diketahui oleh Jihoon. Karena standar moral yang tinggi saat ia tahu bahwa Wonwoo tidak ingin siapapun untuk mengetahui tentang kejadian ini, ia membantu Wonwoo bersembunyi dan menangani operasi untuk persalinan Kiran.
"Kamu udah jauh lebih keliatan hidup."
"Punya satu alasan untuk hidup tentu aja baik Dok."
"Senang mendengarnya."
"Ngomong-ngomong Dok, kenapa bisa sampai di sini?"
"Oh saya sudah resign dari rumah sakit dan buka klinik di kota ini mulai bulan kemarin."
"Selamat."
"Terima kasih. Gimana kalau kita makan bareng dan ngobrol? Keberatan?"
"Tentu aja gak. Biar aku selesaikan belanja ini, Dokter bawa kendaraan?"
"Gak si, saya tadi naik taksi kemari."
"Kalau begitu untuk bayaran ajakan makan siangnya biar aku antar ke alamat dokter nanti."
"Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Cruel Destiny • Minwon AU
FanfictionThis Narration Part for Minwon Social Media AU On Twitter With The Same Tittle. ◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇ Tag: Abusive Character, PTSD, Divorce, Manipulated Character, dark jokes, face slapping, twisted and Omegaverse. Minwon as main pairing. ◆◇◆◇...