Chapter 17

4.4K 173 2
                                    

◆◇◆◇◆◇◆◇◆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◆◇◆◇◆◇◆◇◆

tw/ abusive action and abusive verbal.

Seungcheol melihat wajah muram adik laki-lakinya, ia tahu tentang kenyataan bahwa Wonwoo tidak membagi setitikpun darah dengannya, namun ia telah menghabiskan waktu hampir seumur hidup Wonwoo dengan merawatnya; tidak ada hal yang bisa membantah tentang bagaimana dekatnya hubungan mereka. 

Dulu orang-orang akan menganggap wajar sisi manja Wonwoo kepadanya, namun sekarang mereka akan mencibir dan menganggap Wonwoo sebagai orang yang tidak tahu malu. Tetapi apa yang bisa Seungcheol lakukan? Menutup mata dan mulut semua orang?

“Kak, aku harus balik … Mas Syailendra minta aku balik.”

“Dia balik ke rumah?”

Wonwoo tersenyum dan menggeleng. Seungcheol tidak bisa mencampuri kehidupan adiknya terlalu jauh, Ayahnya dan adik keduanya telah membuat garis batas yang jelas. Pada kenyataannya Wonwoo adalah orang yang telah mendatangkan keuntungan melebihi siapapun di situasi terdesak dari keluarga Kelana saat ini.

Tetapi sikap orang-orang ini membuat Seungcheol semakin jijik. Tidak ada pilihan lain selain mengantarkan Wonwoo sampai dengan selamat ke rumah keluarga Wiratama, selama di perjalanan Wonwoo banyak melamun dan melihat ke arah ponselnya. 

“Kalau ada apa-apa kamu harus ngasih tau ke Syailendra atau ke Kakak … ingat?”

“Iya Kak.”

Namun semakin dekat mobil yang dikendarai oleh Seungcheol, semakin pias wajah Wonwoo. Namun tidak ada banyak hal bisa ia lakukan, sisi implusifnya yang mendorongnya ingin kabur sementara dari rumah dan meninggalkan sisi menyedihkan. Seolah hatinya sedang diperingatkan bahwa bayangan keluarga dan kehangatan yang selama ini dimilikinya adalah bayangan semu, tidak ada hal yang bisa ia lakukan dengan kenyataan dirinya bahkan tidak memiliki setitik darah antara di antara ia dan Ayahnya juga kedua kakaknya. 

Wonwoo turun dari mobil dan membawa beberapa barang yang dibelinya sebelum ditelefon oleh Mingyu untuk kembali. Seungcheol menghela napas dan membawa Wonwoo ke dalam pelukan sebelum berkendara keluar dari rumah kediaman keluarga Wiratama. 

Beberapa sepupu Mingyu yang tinggal di sekitar kediaman utama keluarga Wiratama mengintip untuk melihat Omega yang telah dinikahi oleh anak haram dari keluarga Wiratama untuk duduk di kursi kepala keluarga yang sebenarnya. Saat melihat bahwa Wonwoo tidak memiliki kesan lembut seperti Omega kebanyakan, dengan wajah kaku dan tajam dirinya terlihat seperti seorang Beta dibandingkan seorang Omega. 

“Hee ternyata dia tidak setampan itu….”

“Terlihat seperti beta.”

“Benar-benar sial sekali menjadikannya pasangan.”

“Hihihihi tapi bukankah mereka terlihat cocok? Maksudku lihat saja … dia adalah anak yang tidak tahu asal-usulnya dan mengaku sebagai anak termuda di keluarga Kelana sementara Syailendra itu anak haram, sama-sama rusak hihihi….”

“Hei jangan berbicara keras, bagaimana kalau dia mengadu pada Kak Syailendra? Bisa-bisa kita akan dihukum.”

“Bukankah Syailendra juga mengabaikannya? Sudah tidak perlu cemas.”

***

Ibu tiri Mingyu berdiri dengan kedua lengan terlipat, ekspresi wajahnya buruk dan itu membuat Wonwoo semakin pucat. 

“Kau benar-benar sangat senang memperlakukan kami di sini sebagai lelucon bukan? Apa semuanya belum cukup dengan membelimu Omega yang tidak tahu asal-usulnya datang dari mana memasuki keluarga Wiratama setelah membayar begitu besar!”

“Benar-benar menyedihkan, selain status yang tidak jelas dari pengantin yang dinikahi, uang yang telah terkumpul bertahun-tahun seperti dilemparkan ke dalam lubang hitam, semuanya hilang tanpa menjadi arti apapun.” Adik tiri Mingyu juga menambahkan. 

Dengusan keras keluar bibir Ibu tiri Mingyu dan itu tidak cukup untuk membuat bara api di dalam dadanya padam, ia bergerak maju dan menarik rambut Wonwoo lalu menamparnya.

“Hah … jalang sepertimu memang hanya membawa perasaan tidak enak di mulut kami.”

Lalu ia mendorong Wonwoo hingga jatuh terjerembab dan akhirnya merasa lebih baik untuk berbalik dan meninggalkan Wonwoo di sana duduk sendirian. 

Butuh waktu yang cukup lama sebelum Wonwoo berdiri dan saat itu salah satu saudara tiri Mingyu mendekat, sosok Kai mendekat dan mencoba membantu Wonwoo berdiri namun Wonwoo mengabaikannya.

“Kau benar-benar tidak mau menerima pertolonganku? Kau harusnya membuang harga diri tidak bergunamu itu ke tong sampah dan mencoba bertahan dari serangan orang-orang di rumah ini.”

“Saya tidak butuh, saya bisa mengatasinya.”

“Tentu saja, mantan tuan muda Kelana pasti memiliki kebanggaan setinggi langit yang ingin ia jaga. Kudengar kau seharusnya akan memasuki masa heat sebentar lagi bukan? Bagaimana kalau menghabiskannya denganku?”

Saat kata-kata itu berujung menjadi pelecehan lagi dan lagi untuk Wonwoo, ia merasa muak. Jadi ia berdiri dan menatap Kai dengan air muka yang gelap. 

“Kakak Prama, saya akan menganggap semua ini tidak pernah terjadi.”

Wonwoo lalu berbalik dan coba untuka kembali ke kamarnya, namun Kai menarik tangannya dan hendak mencium Wonwoo tetapi reaksi Wonwoo lebih cepat sehingga ia menampar Kai dan mendorongnya menjauh, melihat seringai di wajah Kai, Wonwoo segera pergi dan bersembunyi di kamarnya lagi. 

Dear, My Cruel Destiny • Minwon AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang