09. Korban Lesya🥑

654 60 4
                                    

Happy reading

•••

Mumpung hari minggu, Raka joging sekitar taman. Dia memakai hoodie hitam kesukaannya yang Raka padukan celana selutut senada.

"Lumayan capek," gumamnya pelan kemudian duduk di bawah pohon rambutan, tahu lha apa yang ada di otak Raka saat ini. Dia memanjat dan mengambil beberapa rambutan. Tidak sengaja dia melihat sepasang kekasih yang joging bareng sambil ngobrol dengan asyiknya.

"Woi, ngomong sambil lari kehabisan napas nyonyor lo!" serunya tersenyum miring, sepasang sejoli itu sepertinya tidak sadar jika yang meneriaki mereka berada di atas pohon. Mereka tidak merespon, justru melanjutkan aktivitas mereka.

"Oh, gini, ya kalau jatuh cinta dunia serasa berdua!" umpat Raka turun dari pohon, laki-laki itu kemudian berniat balik.

*****

"Abang!" Baru saja mendudukkan diri ditemani secangkir kopi yang dia buat sendiri, seorang gadis mungil yang saat ini memakai kaos oblong dan celana di atas lutut duduk di sebelah Raka.

Sebenarnya Lesya ragu untuk menghampiri Raka, tapi tadi sebelum bundanya berangkat ke pasar Sasa memberi tahu jika Raka tetaplah Raka. Raka yang sama yang dulu senantiasa melindungi dan membuatnya tertawa, Sasa juga meminta agar Lesya tidak canggung saat ngobrol dengan Raka agar abangnya bisa kembali seperti sedia kala.

Mereka sangat dekat dulu sebelum Raka dipindahkan ke sekolah asrama, setelah pulang banyak yang berubah dari abangnya.

"Hm." Raka hanya berdehem, seraya menyeruput kopi hitam pekatnya. "Abang dari mana?!"

Mereka duduk di sofa ruang tamu, dengan gorden yang sudah terbuka.

"Mata lo buta? Habis joging," sahutnya malas, Raka hendak beranjak. Namun, adiknya menghentikan. "Lesya mau ngomong, katanya Abang janji ke bunda mau jadi abang yang baik?"

Raka berdecih, malas meladeni anak kecil ditambah gadis di hadapannya ini suka ngerengek, ngambekan, dan suka banyak nuntut.

"Terus?" Satu tarikan napas Lesya seakan menandakan dirinya harus ekstra sabar, apalagi sekarang ucapan Raka terkesan pedas. Jadi, bisa-bisa nanti dia kena mental.

"Abang mau jadi korbannya Lesya?" tanya Lesya berterus terang.

Raka menautkan alis tak mengerti, ada-ada saja gadis ini. "Maksud lo?!"

"Besok Lesya mau dampingi adik kelas Lesya lomba, nah Lesya takut pas ditanya-tanyain Lesya kagok. Abang mau, 'kan?" Sebenarnya Raka tidak begitu paham dengan konsepnya. "Nggak!!"

"Abang cuma tiduran aja kok," lanjut Lesya berusaha meyakinkan abangnya, tapi sial. Raka belum juga luluh.

"Mending gue tidur lagi." Keputusan final-nya. Namun, Lesya tidak menyerah begitu saja.

"Abang ... biasanya,  'kan ada uang transportasi buat peserta dan pendampingnya. Nah, besok kalau Lesya dapet uang dibagi dua, gimana?" tawar Lesya membuat abangnya nampak berpikir, lumayan juga.

"Gue ngapain?" Sepertinya Raka pun mulai setuju. "Cuma berbaring di karpet doang!"

Raka mengedikan bahu, "deal, besok?!"

Lesya mengangguk mantap, dia akan mengambil alat-alatnya. "Heh!!"

"Apa, Bang?!"

Raka membuka hoodie dan memberikannya ke Lesya, "sekalian taroh di kamar gue!"

Jelas adiknya membulat sempurna, Raka kira Lesya babunya apa. "Lha, kok Abang nyuruh-nyuruh!"

"Lha lo juga nyuruh gue!" balas Raka sudah siap berbaring di atas karpet yang sudah Lesya siapin.

Hi, Raka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang