Happy Reading^^
•••
Ketika cinta tak pernah terucap, ada sebuah harap yang selalu mendekap.
—Anantavirya Pastika•••
"Bunda, Raka berangkat sekolah dulu, ya assalamualaikum," pamit Raka menyalami bundanya kemudian mencium pipi kanan Sasa.
"Waalaikum salam, ingat pesan bunda, jangan main sepakbola atau futsal pokoknya jangan capek-capek dulu!" teriaknya dari dapur, Sasa hanya geleng-geleng kepala saat anak sulungnya keras kepala ingin berangkat sekolah padahal kondisinya masih belum vit sepenuhnya. "Raka, Raka."
Hari ini Sasa yang akan mengantar Lesya ke sekolah, karena selain mengantar dia ada pertemuan wali murid di sekolah Lesya.
*****
"Nah, kan telat gara-gara lo sih lama kalau dijemput!" omel Alwi menenteng tas, mereka bertiga baru saja sampai di depan bengkel yang tak jauh dari sekolah. "Ngapain berhenti anjir, bablas!"
"Matamu! Nggak lihat gerbang udah ditutup noh!" seru Alwi meneloyor kepala Vero yang terlindungi helm fullface-nya.
"Lagian lo ditelpon nggak diangkat-angkat!" Vero membela diri, tidak ingin disalahkan sepenuhnya.
"Bapak gue pulang astaga, makanya mandi aja pake antri," decak Alwi setengah kesal, sudah tau anaknya mau sekolah bapak Alwi malah menyerobot mandi dengan cepat. "Mana mama gue diem bae!"
Mendengar hal itu Raka menoleh, bisa-bisanya manggil mama dan bapak. "Mama dan bapak?"
"Yoi, sangar, 'kan?" Alwi membuka helm kemudian mengusulkan agar motor mereka dititipkan di bengkel kemudian mereka lewat gerbang belakang.
Setelah berhasil masuk kelas niat awal Raka ingin tidur mumpung ada class meeting di luar, tapi rencananya gagal saat Vero langsung mengajaknya main futsal.
"Ayo, gass, Ka. Lawan kelas 11 Mipa 1, kelasnya Virya," ujar Alwi menahan tawa, dia tahu sahabatnya ini pasti paham apa maksudnya. "Apa hubungannya ... eh, anjay lawan kelas calon pacar nih!!"
Heboh Vero menaikan alis berulang kali menggoda sahabatnya, tapi tatapan Raka seakan tidak membenarkan. "Bacot! Kelasnya Lela juga ogeb!"
"Lo yang bego, nama bagus-bagus Allea diganti Lela!" kesal Alwi seakan tidak terima. "Cin, bucin bucin, belum pacaran mesranya melebihi kapasitas!!"
"Busyett, berdamage sekali kata-kata Anda," tambah Vero bertepuk tangan menanggapi secuil quote dari Raka. "Shit, dahlah atur strategi, Rak."
"Raka!"
"Rak buku kata Virya mah," sahut Vero tertawa puas melihat salah satu temannya kesal sendiri. "Di sini kita main satu tim jadi harus kerja sama, bukan sendiri ingat itu!"
Setelah intruksi dari Raka mereka bubar sebelum mulai pertandingan, dia melihat salah satu panitia acara yang berasal dari OSIS, seorang yang sedang bersedekap dengan rambut yang dikuncir. Dia memakai id card berwarna biru.
Sadar Raka menatapnya sedikit lama Virya menyipit, kembali menatap Raka. Dia menoleh kanan kiri, saat dirasa cukup aman Virya menghampiri Raka.
"Kelas gue bakal menang!" ujar Virya begitu bangga pada kelasnya, mendengar hal itu Raka tertawa renyah.
"Tunggu saja," goda Raka tersenyum miring, bukannya kesal Raka malah serasa tertantang dengan ucapan gadis ini. "Lemah!"
Raka menatap lekat Virya, awalnya dia membalas kontak mata Raka. Namun, semakin lama dia malah tenggelam pada pesona laki-laki pemilik bibir tipis itu. Virya memutus kontak mata, daripada nanti salah tingkah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Raka [END]
Teen FictionKamu melihat jiwanya setenang lilin, tapi sungguh berulang kali dia harus bertahan saat angin mencoba memadamkannya. Ini kisah tentang manusia berhati suci. Namun, terdapat banyak luka di tubuhnya. Dia, Raka. Juga kisah aunty dengan keponakan yang s...