20. Pelampiasan🥑

567 51 34
                                    

Happy reading^^

•••

“Hadiah yang paling berharga adalah kepercayaan dan tanggung jawab yang paling besar adalah menjaga kepercayaan itu.”
Anantavirya Pastika

•••


Jika saja tidak ada pemberitahuan bahwa hari terakhir pelunasan administrasi untuk ujian adalah hari ini, maka sudah dipastikan Raka akan bolos sekolah seperti kemarin. Dia akan menemani Lesya atau menemui beberapa tamu yang masih berdatangan.

Keadaanya kacau, entah itu jiwa maupun raganya. Sejak datang ke sekolah laki-laki pemilik bibir tipis itu terdiam, dari parkiran dia langsung ke kelas tidak seperti biasanya yang suka mampir-mampir dahulu entah ke kantin atau nongkrong di halaman belakang sekolah menunggu pak Cipto mengobrak mereka.

Raka memejamkan mata sembari melipat tangan di depan dada, dirinya seakan engan untuk sekadar menyapa atau mengobrol bersama teman-temannya. Hari ini Raka sangat berbeda, dia menjadi pendiam.

"Raka," panggil seorang perempuan berdiri di harapan Raka, senyuman lebar seakan tidak pernah luntur dari wajahnya. "Ka."

Hanya satu deheman yang dia dengar, entah apa maksudnya. Dia mempersilakan untuk melanjutkan ucapan atau justru ingin perempuan itu pergi.

"Gimana tampilanku?" tanya Afsheen masih dengan senyuman di bibirnya, tidak mendapat respon gadis dengan rambut sepinggang tergerai itu mencoba menyentuh hidung Raka.

"Raka," panggilnya sekali lagi, bahkan teman-teman Raka tidak ada yang berani menganggu dirinya sekarang. Mereka tahu, jika Raka diam terlalu lama itu artinya sedang ada masalah dan tidak ingin diganggu. "Ka."

Kali ini tangan yang terhias dengan kutek hendak memegang pundaknya, tapi sayang Raka langsung menepisnya.

"Mau lo apa?" tanyanya dengan suara dingin, terdengar mematikan apalagi saat Raka menatap tajam gadis yang menganggunya.

"Cuma mau kasih tau, aku belajar make up," cicitnya setengah takut melihat Raka berdiri. "Emang gue peduli?"

Jleb!

Baru kali ini dia mendapat ucapan itu dari seorang laki-laki dan sialnya Raka adalah cowok yang dicintainya.

"Ya ... ya biar kamu nggak malu kalau jalan sama aku," tuturnya lembut sembari tersenyum kikuk. Raka tertawa, kali ini dia tertawa sendiri sedang anak kelas hanya menyaksikan, tidak berani mencampuri.

"Siapa yang mau ngajak jalan sama lo, tolol? Nggak usah ngarep, anjir dandanan kayak gini buat apa? Biar bisa godain cowok-cowok? Murahan." Raka tak segan mengeluarkan kata sarkasnya.

Mata gadis itu memerah, antara menahan malu dan isak tangis karena sudah dipermalukan Raka di depan kelas pula. Afsheen menunduk, sebagai isyarat tidak ada jawaban atas semua perkataannya.

Salah satu temannya memegang pundak Afsheen, agar gadis itu tidak terhuyung di tempat.

"T—tapi kalian pacaran, 'kan?"

Raka mengerutkan kening. "Kapan?"

"Saat Afsheen mau dipukul Cerly pas acara persiapan ulang tahun sekolah," belanya tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu.

"Oh, lo tau gue cuman KASIHAN sama dia, Bego! Sekarang gue sadar untuk melindungi nggak harus memacari, but berhubung sahabat lo halu kita pacaran baiklah mulai sekarang putus." Raka menekankan kata 'kasihan' dia melampiaskan semuanya di sini, tidak peduli akan ada hati yang tersakiti.

Hi, Raka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang