14. Raka Berulah🥑

497 51 18
                                    

•••Happy Reading•••

Ayah nyakitin Raka nggak papa, tapi kalau nyakitin bunda Raka nggak terima.
—Hi, Raka

•••

Tiba-tiba seorang pria menarik kerah bajunya kemudian memukul rahangnya begitu keras sampai-sampai remaja itu tersungkur di lantai.

"Raka ..." Sasa langsung memeluk anaknya, menghentikan sang suami yang akan memukulnya lagi. "Cukup, Mas. Apa kamu tidak tahu luka yang kamu berikan kemarin belum kering sekarang ...."

"Ini karena didikanmu, lihat apa yang habis dia lakukan!" sungut Putra mengibaskan tangan sembari mengatur napas, wanita itu terdiam apa Raka melakukan kesalahan?

"Sudah saya bilang jangan pernah ikut campur dalam urusan saya, kenapa tadi kau mempermainkan istri saya?" Putra bersedekap sementara dalam hati Sasa, terbesit rasa perih yang begitu dalam.

Mereka disatukan oleh sebuah perjodohan, lantas mengapa saat dia sudah menerima dan mencintai suaminya Sasa malah mendapatkan balasan seperti ini. Tidak adakah rasa cinta sedikit saja di hati Putra, mengapa dirinya bisa terpikat dengan omongan manis Putra waktu itu.

Raka tersenyum, jelas ada sebuah rasa puas dalam hatinya meski dia tahu akan mendapat pukulan lagi tidak apa-apa asal luka hatinya bisa bersuara.

"Oh, istri! Raka kira simpenan!" serunya memancing emosi, hampir saja tangan Putra memukulnya jika tidak ada yang menghentikan.

Kini tatapan mematikan itu beralih pada wanita yang sudah sah menjadi istrinya. "Sekarang kamu berani, ya setelah dapat lindungan dari mertuamu!"

Putra mengangkat dagu Sasa kemudian mencengkeramnya, hingga suara isak tangis terdengar pelan.

"Jangan sakiti Bunda!" Raka menyingkirkan tangan ayahnya. "Ayah nyakitin Raka nggak papa, tapi kalau nyakitin Bunda Raka nggak terima."

"Belum kapok kamu? Dasar anak tidak tau diuntung! Kenapa kau harus lahir, hah!?"

"Mas!"

Putra berdecih, tak lama dia keluar rumah entah mau ke mana. Dia memang sering pergi tanpa pamit dan kembali secara tiba-tiba, ya meski alasan dia ke rumah hanya untuk Lesya, anak perempuan yang amat disayanginya.

"Udah, sekarang kamu istirahat biar bunda ambilin obat dulu." Raka menggeleng. "Apa yang pelu diobati, Bunda? Percuma nanti akan ada lagi dan lagi. Mending Bunda istirahat."

"Nggak, sayang ...."

"Sudah Bunda tidak apa."

*****

"Abang!" Seorang gadis mungil segera masuk kamar Raka, tanpa menunggu persetujuan sang pemilik.

Gadis dengan rambut yang tergerai indah itu langsung naik ke kasur Raka, sedang sang pemilik sedang bermain ponsel di meja belajarnya.

"Bang Raka anterin Lesya hayuk!" rengeknya terdengar manja, apalagi saat Raka belum menyahut dia terus berdecak kesal hingga suara helaan napas terdengar di telinga Raka.

"Ke mana?" Sebenarnya hari ini dia mager untuk ke mana-mana, apalagi hanya untuk mengantar gadis berisik di sampingnya ini.

"Ke tukang potong rambut, Lesya mau potong rambut," jawabnya sangat antusias, berbeda dengan abangnya yang terlihat tidak ada semangat. "Gue mau cuci baju."

"Setelah cuci baju?"

"Jemur lha!"

"Setelahnya?" tuntut Lesya terniat banget menganggu waktu santai abangnya. "Cuci sepatu."

Hi, Raka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang