Happy Reading
Seorang laki-laki yang baik saat mencintai dia akan menjaga gadisnya, bukan malah merusaknya.
—Bunda Sasa•••
Laki-laki pemilik bibir tipis itu keluar kamar, mengecek di mana suara isak tangis perempuan itu berasal. Sambil mengucek kedua matanya Raka menyalakan lampu beberapa ruangan, agar tidak menabrak barang-barang saat berjalan."Bunda," panggil Raka mengetuk pintu kamar Sasa yang tak jauh dari kamarnya, suara tangisan itu terhenti seketika. Menyadari kamar Sasa tidak dikunci Raka langsung masuk, takut terjadi apa-apa.
"Bunda, Raka masuk, ya," izinnya kemudian menyalakan lampu kamar, dia melihat Sasa tidur membelakanginya. Namun, Raka tahu jika bundanya hanya berpura-pura.
"Bunda kenapa nangis? Ada yang nyakitin Bunda? Atau Raka buat salah?" Raka mengusap pelan lengannya, kemudian kembali berkata, "Raka tahu Bunda hanya pura-pura tidur."
Matanya melihat sebuah bingkai foto jadul sepasang suami istri, mereka adalah ayah dan ibu kandung Sasa yang telah lama meninggal.
"Bunda rindu oma sama opa?" Raka terus berkata sembari mengambil pigura yang terletak di samping Sasa. "Kalau Bunda rindu, besok kita ke makam mereka, Bunda. Mumpung sekolah Raka dan Lesya juga libur."
"Bunda masih denger suara Raka, 'kan?" Raka mencium singkat pipi bundanya, tak kuasa menahan Sasa pun membuka kedua mata kemudian duduk.
"Bunda jangan nangis entar Raka ikutan sakit," celetuk Raka mengusap jejak air mata Sasa kemudian memeluknya erat, dia tidak bisa melihat Sasa menangis seperti ini.
"Iya, sayang. Kenapa kamu belum tidur, hm?" Sasa mengusap rambut Raka yang saat ini berada di pelukannya. "Nggak papa."
"Maaf, ya Bunda ganggu waktu tidur kamu." Raka menggeleng, tidak membenarkan ucapan Sasa. "Tidak ada yang menganggu, Bunda. Bunda, Bunda!"
"Iya, kenapa?" Raka melerai pelukan itu kemudian menatap bundanya dengan seksama. "Raka buat salah?"
Sasa menggeleng sebagai jawaban. "Bunda rindu oma sama opa?"
Kali ini sebuah anggukan menjawab pertanyaan Raka, "Tapi bukan masalah itu, Raka."
Raka menautkan alis bingung. "Lalu?"
Sebelum menjawab pertanyaan dari putranya Sasa menghela napas. "Bunda gagal lagi, sayang ngeluarin kamu dari cengkeraman ayah."
Bagaimana bisa dia melanggar sebuah janji kepada orang tuanya, di hari yang sama saat Putra ingin membawa Lesya ke London Sasa diingatkan kembali pada janjinya. Janji yang akan mempertahankan dan mengubah perilaku Putra sebelum mereka menikah, Sasa juga menyanggupi akan berusaha mencintai Putra selayaknya istri yang mencintai suaminya.
Tanpa rasa sedih atau kecewa, Raka justru tersenyum hangat mendamaikan hati bundanya. "Tidak apa, Bunda. Mungkin belum saatnya lagipula selama Bunda ada di samping Raka ngapain harus takut sama Ayah?"
Raka merebahkan diri dengan kepala di pangkuan Sasa, dia sangat manja kepada bundanya meski kini remaja laki-laki itu sudah duduk di bangku SMA.
"Kamu tahu, sayang. Kamu adalah kekuatan buat bunda, tetap bahagia, ya, Nak." Sasa mengusap pelan pucuk rambut anaknya. "Selama Bunda bahagia Raka juga bahagia."
Sasa hanya tersenyum menanggapi, sungguh dia sangat beruntung memiliki anak sebijaksana Raka. Dia adalah penenang Sasa, Raka hadir membawa segenap rasa bahagia untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Raka [END]
Teen FictionKamu melihat jiwanya setenang lilin, tapi sungguh berulang kali dia harus bertahan saat angin mencoba memadamkannya. Ini kisah tentang manusia berhati suci. Namun, terdapat banyak luka di tubuhnya. Dia, Raka. Juga kisah aunty dengan keponakan yang s...