Happy reading^^
•••
Jam tiga siang Raka menjemput Lesya, dia tidak ingin pergi dari sisi Sasa sebenarnya. Namun, permintaan sederhana bundanya mana mungkin dia abaikan.
Raka membawa ponsel Sasa, siapa tahu ada pemberitahuan mendadak karena ada grup chatting SMP-nya Lesya di ponsel bundanya.
Niat Raka ingin membuka ponsel untuk dapat informasi entah itu bis berhenti di mana atau yang lain, malah ....
Pak Hendra SMP Lesya
|Innalillahi bis yang dikendarai tim 1 dan 2 PMR mengalami kecelakaan, beberapa siswa telah diselamatkan tinggal Lesya, Luchio, dan Nana yang masih terjebak.
|Tidak usah panik, mom.
Otak Raka serasa ingin pecah
Lesya?
Kecelakaan?
Bahkan informasinya tidak jelas dengan gesit Raka langsung mencari tahu tentang insiden ini, tempat kejadian tidak terlalu jauh dari lokasinya saat ini. Lagi-lagi Raka dituntut untuk bergerak cepat apalagi mendengar adiknya masih belum diselamatkan.
Sorot matanya terlihat sendu kala melihat bagian depan bis mini sudah tidak berbentuk, dia melihat banyak orang yang dilarikan ke rumah sakit dan sebagian lagi hendak menolong beberapa korban.
"Iya, bis menabrak pohon besar itu! Kan habis ada tanjakan, sepertinya remnya blong!"
Raka menggeleng, tidak ingin fokus akan pembahasan mereka. Dia ingin fokus mencari adiknya, di tengah situasi yang masih genting.
"Lesya?" Raka sedikit berlari setelah turun dari motor, dia melihat seorang pria yang tengah menggendong Lesya dengan cepat Raka mengambil alih.
Dia membopong tubuh mungil adiknya masuk sebuah ambulan, Raka melepas hoodie masa bodoh dengan luka-lukanya yang terpenting sekarang adiknya bisa selamat.
Raka menjadikan hoodie sebagai penutup kaki Lesya yang bercucuran darah, sedang gadis yang berada di gendongannya saat ini terus menangis histeris, antara sakit yang dia alami dan trauma akan kejadiannya.
"Sudah, Sya. Gue udah di sini!" seru Raka mengusap kepala adiknya lembut, "Bang R—aka Lesya takut."
Ucapan Lesya masih terbata-bata selain mengatur napas, gadis itu tidak berniat melepaskan diri dari Raka.
"Gue di sini, lo nggak papa, 'kan?" Raka bersyukur, setidaknya kondisi adiknya cukup baik. Hanya terdapat luka sobek di kaki kanannya.
Saat hendak membaringkan tubuh Lesya di brankar, Lesya menolak. Dia tetap kekeh berada di pangkuan Raka dengan wajah yang berada di dada bidang abangnya.
"Abang jangan tinggalin Lesya."
"Lesya takut."
Raka menggeleng, dia memeluk adiknya erat berharap sedikit mengurangi rasa takutnya. Bahkan sekarang sikapnya perlahan melunak, paham dengan posisi Lesya saat ini. Dia harus tenang, agar ketenangan itu juga menular pada Lesya.
"Semua akan baik-baik aja." Sebuah kata yang dia ingat dari bundanya. "Udah jangan nangis!!"
Raka mengusap pelan air mata Lesya sembari merapikan anak rambutnya, ambulan membawa mereka ke rumah sakit. Untuk motornya sudah dia serahkan ke Arfan, Raka meminta bantuannya karena Lesya sama sekali tidak mau ditinggal.
Mungkin karena faktor kelelahan habis beraktifitas sekaligus menangis, Lesya sampai tertidur dalam pelukan abangnya.
"Lo harus pulih bagaimana pun caranya," tekad Raka menatap wajah polos adiknya yang sedang terlelap, dia mencium keningnya sejenak sebelum laki-laki itu hendak membaringkannya di brankar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Raka [END]
Novela JuvenilKamu melihat jiwanya setenang lilin, tapi sungguh berulang kali dia harus bertahan saat angin mencoba memadamkannya. Ini kisah tentang manusia berhati suci. Namun, terdapat banyak luka di tubuhnya. Dia, Raka. Juga kisah aunty dengan keponakan yang s...