49. Last🥀

977 47 3
                                    

Happy reading

•••

Kini aku tahu apa makna, 'kalau udah sampai kabarin, ya' meski sederhana ternyata berdampak luar biasa.
Anantavirya Pastika

•••


"Habis ini pulang, 'kan bro?" tanya Alwi melihat beberapa anak yang berlarian pulang ke rumah masing-masing, kini tersisa mereka berempat.

Raka merasa bahagia melihat mereka tertawa bebas seperti tadi, sudut bibirnya masih belum berhenti untuk mengukir sebuah senyuman.

"Iyalah, lo mau nginep di sini?" canda Raka tertawa kecil, melihat Alwi yang berdecak. "Gue cuma nanya!!"

Ting!

Satu notifikasi masuk, Raka segera membukanya. Terlihat sebuah nama 'Panda Dekil' di atas layar.

Panda Dekil

*Pict

|Lihat cookies-nya udah jadi

|Kayak ada yang gosong

|Ngawur teross!

|Hehe, bercanda

|Besok gue main ke rumah mau nganter cookies

|Kalau perlu setoples wkwkwk

|Lha kok ngelunjak!

|Dahlah, entar dilanjut lagi gue mau pulang

|Iya, kabarin ya kalau udah sampai

|Ok

Raka menutup ponsel kemudian berjalan menuju motornya, "Ro, gantian lo yang bonceng!"

"Ashiapp! Btw, foto dulu kuy jarang-jarang kita foto," ujarnya mengeluarkan ponsel kemudian membuka fitur camera. "Lha tumben."

"Buat kenang-kenangan masa tua kita entar!" serunya tertawa, seperti biasa.

"Dah, udah gerimis nih cepet!" Alwi sedikit terburu-buru memang sejak sore tadi sudah mendung, hanya saja belum hujan.

"Okay!"

Di tengah perjalanan rintik hujan mulai membasahi bumi pertiwi. "Gerimis, Ka. Terobos atau berhenti nih?"

"Terserah, terobos bisa kali!!"

"Okay!!"

Hujan semakin deras membuat Vero sedikit terburu-buru, dia melajukan motor dengan kecepatan tinggi.

Seorang pengendara motor yang baru saja menyebrang tidak cukup kelihatan, mana sudah gelap cahaya di jalanan ini juga kurang.

"Ro, awas!!!"

Brak!

Demi menghindar pengendara yang menyebrang mereka membanting stir kemudian tubuh keduanya terpental beberapa meter dari tempat kejadian.

Baik Vero maupun Raka tidak ada yang memakai helm, kepala keduanya membentur kerasnya aspal hingga darah yang mengucur dengan deras bercampur dengan air hujan.

Barulah beberapa menit beberapa orang menolong mereka, dua ambulan dan satu mobil polisi mengevakuasi mereka.

*****

"Nyonya, Pangeran kecelakaan."

Pyarr!

Bahkan Sasa tidak sadar jika cangkir di tangannya pecah.

"Raka? B—bagaimana keadaannya?"

Rayn menunduk tak lama bunyi sirene ambulan terdengar semakin mendekat. Sasa terduduk lemas, kehilangan kata.

Perlahan beberapa orang datang ke rumah mereka. Sasa masih membeku di tempat, hingga dua orang perawat membawa jenazah masuk.

"Raka?!"

Sasa sedikit berlari, membuka kain yang menutup jenazah anaknya.

"Raka? Sayang, ini nggak mungkin terjadi, 'kan? Jawab bunda, sayang. Raka bangun!" katanya sudah memeluk jenazah Raka dengan erat.

Laki-laki pemilik bibir tipis itu memejamkan mata damai dengan kedua tangan di atas perutnya. "Abang ...!"

Satu teriakan Lesya membuyarkan suasana, gadis yang kerap disapa anak ayam itu langsung menghampiri Sasa. "Bunda, Abang cuma tidur, kan?"

Sasa tidak kuat melihat anaknya yang sudah terbujur kaku, luka di kepalanya masih terlihat dengan jelas. Dia mengabaikan ucapan Lesya, perhatiannya saat ini hanya fokus pada Raka.

"Sayang, kamu sakit? Bunda obatin, ya ...," katanya tidak mendapat respon. "Raka bangun sayang."

Di sudut ruangan terdapat Arfan yang menggenggam hoodie dan tas kecil yang tadi Raka bawa, dia belum menyangka jika ini akan terjadi.

Ting!

Di tengah suasana duka, ponsel Raka berbunyi Arfan melihatnya.

Panda Dekil

|Ka, lo udah sampai kan?

|Berita itu bohong, kan?

|Raka

Dengan senyum yang dipaksakan Arfan membalasnya.

|Dia udah pulang, Ya. Lo tenang aja

|Motornya udah melaju sampai syurga

Deg!

|Ka? Ini bukan Raka

|Ka bilang kabar itu bohong

Arfan langsung menyembunyikan hoodie-nya dulu, nanti biar dia cuci dulu. Di hoodie tersebut masih ada darah Raka.

"Sya," panggil Arfan langsung memeluk adik sahabatnya, menguatkan meski dirinya sendiri juga rapuh oleh keadaan.

Di tempat lain punggung Alwi terbentur tembok, dia menyaksikan dari awal hingga saat ini sahabatnya sudah tak lagi bernyawa.

"Kenapa tadi lo ngomong gitu, Ro? Gue belum siap kehilangan elo," katanya mengusap air matanya sendiri. Kedua sahabatnya telah pergi secara bersamaan.

*****

Pemakaman Raka dan Vero dilaksanakan secara terpisah, Arfan menghadiri acara pemakaman Raka sedang Alwi menghadiri acara pemakaman Vero.

Raka meninggalkan adik dan bunda yang sangat menyayanginya, sedang Vero meninggalkan keluarga hangat yang selalu ada bersamanya.

Rest in peace sahabat sejati, hingga mati pun mereka bersama.

Terima kasih untuk segala cerita dan kenangannya.

Kepergian mereka memang secara tiba-tiba. Namun, kupastikan kenangannya akan selalu ada.

Hujan di bulan januari, sebagai akhir dari kisah ini.
.
.
.
Kenapa, kecewa? Sama aku juga saat tahu mereka pergi tepat di bulan Januari.

Kalau baca cerita With Abang Gesrek, pasti banyak menemukan perbedaan-perbedaan. Seperti adik Vero yang meninggal, tapi kenyataannya Vero yang meninggal.

Alur cerita ini hanya fiksi, maaf bila ada kesalahan. Tapi tidak dengan sosoknya.

"Dulu bukannya kisah Bang Raka happy ending?"

••Iya, tapi ditegur sama seseorang. Aku terlalu memikirkan kebahagiaan kalian pikirku dulu biarlah di rl sad ending tapi cerita happy ending. Namun, aku salah! Salah besar.

And then, makasih udah baca kisah ini! Happy enjoy life.

Dari kecelakaan bang Raka dan bang Vero dapat diambil pelajaran:

1. Meski hujan jangan terburu-buru
2. Jangan lupa memakai helm
3. Be carefull

Semoga dapat mengambil pelajaran.

Hi, Raka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang