Happy reading^^
•••
Gue percaya ucapan seseorang di posisi antara hidup dan mati itu yang paling jujur.
—Raka Syahputra•••
Nggak usah kepedean, gue khilaf tadi.
—Anantavirya Pastika•••
"BUNDA!!"
Boom!
Tak lama gubuk terbakar hingga tak bersisa, hanya menyisakan abu dan beberapa kayu yang rapuh.
"Lo nggak papa?" Virya yang masih dalam dekapan Raka tersebut mulai membuka mata. "Gue selamat?"
Seakan tidak percaya dengan semuanya, Virya tercengang kejadian tadi begitu cepat antara api dan Raka yang mendorongnya keluar gubuk.
Virya mencubit dirinya sendiri, terasa sakit. Berarti dia masih berada di alam dunia, belum di alam lain.
Jika Virya tidak di hadapannya, mungkin Raka akan pasrah dirinya dilahap api. Namun, Virya keras kepala Raka berpikir jika Virya mati bersamanya bagaimana perasaan mama dan papa yang menunggu di rumah, bagaimana Ocha nanti?
"Eh, lo nggak papa, Ka?" Virya melihat dari bawah ke atas. Virya langsung membantunya untuk melepas rantai yang masih nempel di kaki Raka. "Ka, kaki lo berdarah."
Pasti ini karena tadi Raka yang memaksakan untuk melepaskan diri jadinya selain terdapat garis merah di kedua kakinya juga terdapat bercak darah.
"Nggak papa, kita harus pergi dari sini, Vir. Mereka akan segera ke sini kalau tahu gue selamat!" ajak Raka bersiap berdiri, dia setengah kesulitan untuk berjalan ditambah salah satu tangannya memegangi perut.
"Gue bantu," saran Virya mengalungkan tangan Raka ke lehernya. "Nggak usah gue bisa ...."
"Nggak usah keras kepala bisa, sehari doang!" potongnya dengan cepat. Mereka mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.
"Panda dekil," panggil Raka membuat Virya berdehem. "Lo kok ke sini?"
"Gue liat tangan lo di jendela mobil seseorang, emang siapa sih yang ngelakuin ini! Kurang kerjaan banget! Minta di smack down atau bagaimana?" omel Virya tak tanggung-tanggung.
"Kenapa? Lo khawatir sama gue?" Raka menaik turunkan alis, mendengar hal itu Virya menggeleng.
"Gue percaya ucapan seseorang di posisi antara hidup dan mati itu yang paling jujur," lanjut Raka membuat Virya membulatkan mata. "Maksud lo apa bambang?"
"Tadi lo bilang gini 'Raka jika gue mati hari ini, gue pengen ngomong kalau gue sayang sama lo' gitu."
Shit! Asem banget nih bocah, batin Virya seraya pura-pura tak peduli.
Jika waktu bisa diulang, dia tidak ingin mengucapkan itu atau jika ada kekuatan yang menghapus ingatan seseorang dia ingin menghapus momenth itu dari pikiran Raka.
"Berarti ...."
"Lo diem atau gue jatuhin!" ancam Virya membuat Raka terkekeh. Namun, dia cukup lega melihat Raka yang sudah bisa bercanda daripada tadi.
Darah Raka yang masih bercucuran, seakan memberi jejak untuk mereka gampang dilacak. Namun, tak lama hujan turun dengan deras membuat keduanya mau tak mau berhenti dulu di pos.
Virya mendudukkan laki-laki itu kemudian membersihkan beberapa lukanya, tak peduli Raka berulang kali menolak.
"Uhuk... uhuk... uhuk ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Raka [END]
Novela JuvenilKamu melihat jiwanya setenang lilin, tapi sungguh berulang kali dia harus bertahan saat angin mencoba memadamkannya. Ini kisah tentang manusia berhati suci. Namun, terdapat banyak luka di tubuhnya. Dia, Raka. Juga kisah aunty dengan keponakan yang s...