Happy reading^^
Gue itu cowok, Sya. Gue tahu sebangsat apa cowok di luaran sana! Iya kalau baik mah nggak papa, kalau yang lo temuin bangsat gimana?
—Raka Syahputra•••
"Bunda itu surat apa?" tanya Raka yang tak sengaja melihat amplop coklat di atas laci bundanya, Sasa menggeleng. "Bukan apa-apa, Bang. Udah katanya ngantuk, lihat Lesya saja udah tidur. Ayo kamu juga tidur katanya besok mau sekolah?"
Raka menurut, barulah setelah Sasa menyelimutinya laki-laki pemilik bibir tipis itu terlelap dalam tidur pulas.
*****
Hal pertama yang kamu dapatkan setelah cukup lama tidak masuk adalah pertanyaan kenapa, ada apa, dan ke mana. Banyak orang yang penasaran akan ketidak hadiranmu, tapi pasti sedikit yang mengerti. Sama halnya dengan Raka, hampir orang yang dia temui hari ini menanyakan kalimat yang sama.
"Ke kandang kebun binatang, bersihin tai harimau!" jawabnya dengan enteng, kemudian berlari ke lapangan.
"Woi, Ka. Berapa lama lo nggak masuk? Lihat berapa kali Vero udah gonta-ganti pacar," canda Alwi tertawa keras seraya menepuk pundak Vero yang saat ini wajahnya tak bersahabat. "Kenyataan bree!"
"Iri bilang bos! Gentle apa gentle? Beraninya deketin, tapi nggak diresmiin juga," sindir Vero mengenai hubungan Alwi dan Allea yang masih abu-abu, dibilang sepasang kekasih belum ada kata 'pacaran' dibilang sepasang sahabat kok terlalu romantis.
"Nggak papa, asal jangan di ghosting aja tuh cewek!" Ucapan ini berasal dari Arfan, cowok yang memainkan bola dengan kedua tangannya ini bahkan hanya beberapa kali mengeluarkan kata, dia lebih suka mendengarkan daripada ikut nimbrung seperti Alwi ataupun si garangan, Vero.
"What the fuck mannn!" Siapa lagi kalau bukan Alwi dengan kehebohannya. "Gue masih mending, lha lo es balok? Jangan-jangan lo gay lagi, nggak suka cewek!"
Bugh!
Satu pukulan panas mendarat dengan sempurna di punggung Alwi. "Jangan macem-macem lo, gitu-gitu es balok udah jatuh cintrong!"
"Really? Sama siapa?"
Vero yang mendengar hal itu pun terkekeh. "Sok inggris lo! Sama—"
Baru saja mau mengatakan inisial namanya, Vero menelan ludahnya cepat kala Arfan menatapnya dengan tatapan mematikan.
"Kalau bocor berarti lo ember!" anc Arfan membuat Vero berdecak kesal. Dia mendongak, menatap langit. "Langit! Mengapa harus aku yang di posisi ini? Tidak tahu apa es balok kalau marah kutub utara bisa mencair?"
Daripada mendengar ocehan kedua sahabatnya yang tidak berfaedah, Raka punya ide. "Futsal kuy! Gass nyari lawan!"
"Matamu! Lo baru masuk anjrit!" ujar Alwi sedikit keberatan, nanti kalau ada apa-apa siapa yang bertanggung jawab.
"Loss!"
Pada akhirnya mereka futsal dengan lawan anak OSIS yang masih di sekolah. Sebenarnya sudah pulang sejak tadi, tapi ketiga cowok itu menunggu Raka selesai ujian susulan jadinya mereka pulang telat.
Mungkin di sekolah lain antara anak OSIS dan siswa biasa terdapat sekat yang begitu terlihat, berbeda dengan SMA Mentari seakan tidak ada perbedaan dari keduanya. Hanya satu waktu acara pasti Raka dan teman-temannya ini memberontak, selebihnya damai seperti tidak pernah terjadi pertikaian.
Afsheen dan Meysa terus menatap cowok-cowok yang lagi futsal di lapangan, jika pandangan Afsheen tidak teralihkan dari Raka, maka secara terang-terangan Meysa menatap Alwi, cowok heboh seantero sekolah itu sudah lama memikat hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Raka [END]
Genç KurguKamu melihat jiwanya setenang lilin, tapi sungguh berulang kali dia harus bertahan saat angin mencoba memadamkannya. Ini kisah tentang manusia berhati suci. Namun, terdapat banyak luka di tubuhnya. Dia, Raka. Juga kisah aunty dengan keponakan yang s...