Happy reading^^
Buat bunda bahagia dulu, yang lain mah belakangan.
—Raka Syahputra•••
"Bunda operasi, Bang." Kalimat Sasa hampir membuat jantung Raka keluar saat itu juga, masalah sebesar ini dia tidak tahu. Parahnya dia tidak berada di samping bundanya saat itu. "Operasi apa, Bun?"
"Operasi usus buntu, tapi syukurlah bunda udah nggak papa."
"Bunda ...."
"Sudah kamu istirahat dulu, fokus sama kesehatan Raka saja, ya." Sasa menarik selimut hingga menutup tubuh Raka, tak lupa Sasa juga membangun Lesya agar pindah ke kamarnya sendiri.
Lesya belum tau kalau abangnya sudah sadar, pasalnya tadi saat dia bangun Raka sudah tidur kembali.
"Cepet bangun, Abang. Lesya sayang sama Abang," pamitnya sebelum keluar ruangan, Lesya mencium pipi kanan Raka.
*****
Sama seperti kemarin sebelum berangkat sekolah, Lesya menemani Raka menjalani pengobatan alternatif. Lesya menopang dagu dengan kedua tangannya, setelah Sasa membersihkan tubuh Raka barulah mbah datang untuk membaluri tubuh Raka dengan obat-obatan yang sudah diracik khusus.
"Abang ganteng, ya Bunda kalau tidur," celetuknya membuat mbah tertawa kecil. "Lha kalau nggak tidur?"
"Kayak kucing garong, bener sih kadang baik, tapi suka jailin Lesya mulu!" kesalnya menghela napas. "Itu wujud kasih sayangnya, Nona."
"Hah?" Mbah tersenyum melihat gadis yang berseragam putih biru tersebut. "Pangeran hanya bercanda, jangan dibawa serius."
"Lesya, ayo berangkat! Bunda antar ke sekolah keburu telat!" teriak Sasa pasti sudah berada di mobil, dari tadi Lesya keliling nggak mau turun. "Iya, Bunda. Sebentar."
"Lekas pulih, Abang baik mwahh." Lesya langsung turun daripada nanti Sasa mengomel terus.
"Hemm ...."
Saat mengemasi barang-barangnya pria itu melihat pergerakan Raka, dia berhenti sejenak kemudian memeriksa Raka.
"Bunda ...."
"Pangeran?" Raka membuka kedua matanya pelan-pelan, kemudian mbah memberinya susu hangat agar tenaganya semakin cepat pulih.
Raka memaksa menggerakkan tangan, dia hendak mengambil bantal yang terdapat di sampingnya.
"Argrgh!" Bukannya berhasil, jari Raka malah terasa patah semua. "Jangan dipaksakan pangeran, pelan-pelan semuanya pasti akan pulih."
Dari pagi sampai malam Sasa begitu telaten menyuapi Raka makan atau saat meminum obat, dirinya tidak membiarkan Raka sampai kekurangan apapun.
"Bunda, kapan tangan Raka berfungsi seperti biasanya?" tanya Raka tidak enak jika terus merepotkan bunda dalam segala aktifitasnya. Sasa tersenyum. "Sabar, ya sayang."
Baik tangan maupun kaki Raka belum bisa digerakkan, jadi dia mengandalkan bunda atau adiknya dalam mengambil sesuatu.
"Bunda ke dapur bentar, ya ngambil mangga buat kalian. Lesya mau?"
"Mau-mau."
"Abang dari tadi nggak ngajak Lesya bicara? Abang marah sama Lesya?" Raka menggeleng, dia hanya malas saja mengobrol hari ini. "Abang Lesya kangen."
"Nggak usah lebai, gue nggak kangen sama lo. Dahlah jauh-jauh dari gue!" usir Raka secara jelas, hal itu membuat Lesya menatapnya nanar. "Apa salah Lesya, Bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Raka [END]
Teen FictionKamu melihat jiwanya setenang lilin, tapi sungguh berulang kali dia harus bertahan saat angin mencoba memadamkannya. Ini kisah tentang manusia berhati suci. Namun, terdapat banyak luka di tubuhnya. Dia, Raka. Juga kisah aunty dengan keponakan yang s...