Body Goals VS Body Shaming

1.7K 92 2
                                    

" Mas, beli baju. "
Aku memasukan kembali baju-baju yang sudah aku keluarkan ke dalam lemari lagi tanpa melipatnya terlebih dahulu. Pikiranku tengah kusut, jadi mohon maaf saja untuk semua baju yang sudah aku keluarkan  kalian aku masukan kembali ke dalam lemari dengan keadaan kusut.

"Emang nggak ada baju yang muat?" Mas Angga memperhatikan aku sebentar, lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Biar sudah di rumah sekalipun tetap saja suamiku itu bekerja.

"Enggak ada" ucapku frustasi, aku yang sebelum hamil memiliki berat badan 55kg, kini jangan di tanya lagi.

"Mau beli di mana? Online aja?"

Oh tidak, aku tidak percaya dengan online shop untuk membeli pakaian. Jujurly aku pernah tertipu ketika membeli baju di online. Lagi pula masih banyak kok toko baju offline yang memiliki model yang bagus enggak kalah sama yang di online shop.

"Beli ke tokonya aja, yang online kadang enggak sesuai sama yang di gambar"

" Mau beli sekarang?"

"Iyaaa dong kan enggak ada waktu lagi, besok acaranya mas."

Oh iya, besok adalah hari pernikahannya Nacil dan Razil. Akhirnya mereka berdua menikah juga. Sebenarnya aku mendapatkan baju samaan dengan keluarganya Nacil, Egi dan Aad mendapatkannya juga. Tapi, karena bahan yang di berikan ke aku itu bahannya brokat, aku tidak menjahitnya menjadi pakaian di pernikahannya Nacil nanti. Aku yang tengah hamil begini pasti sangat mudah sekali kegerahannya.

"Udah siap? Yuk berangkat entar kemalaman pulangnya"

Aku merapikan pakaian dan rambutku  terlebih dahulu oh ya, pasti kalian bertanya-tanya ke mana Alvin.
Anak sambung ku itu tidak berada di rumah, sejak kemarin dia menginap di rumah keluarga mamanya. Aku tidak mempermasalahkan hal itu, toh di rumah pun dia masih saja marah kepadaku.

Setelah mengahadapi kemacetan jalan ibu kota, akhirnya sampai juga di salah satu butik yang sangat terkenal di kota ini, aku sudah katakan pada mas Angga. Jangan ke butik, toko baju biasa saja, tapi biasalah suamiku ini ingin memberikan yang terbaik untukku.

" Mbak tolong pilihkan baju pesta untuk ibu hamil dan menyusui. Dan tolong Carikan baju yang bahannya sangat nyaman untuk ibu hamil. " Belum aku mengatakan kepada pelayanan butik tentang selera berbusana ku, keduluan start dari mas Angga. Ya sudah lah, dia yang bayar aku mah manut aja.

"Ini ada beberapa pilihan bisa di pakai ibu hamil dan menyusui pak, dan juga kami sudah pilihkan gaun dengan bahan yang adem dan nyaman di pakai ibu hamil"
Wow, cantik sekali dress yang di tangan pelayan ini. Baru pertama kali aku melihat baju secantik ini, tidak. Bukan aku tak pernah membeli ataupun melihat baju bagus, tapi. Baju yang aku maksudkan itu berbeda. Aku yang notabene anak musik tentu saja mempunyai sudut pandang tersendiri dalam mengartikan pakaian yang bagus dan cantik itu seperti apa.

Setelah mencoba beberapa baju, akhirnya aku mendapatkan tiga baju sekaligus. "Mas, ngapain beli baju tiga, acara besok cuma untuk satu hari aja mas."

" Nggak papa, setelah lahiran nanti masih bisa kamu pakai, nanti bisa di kecilkan."

Aku cuma mengangguk, sebenarnya aku tidak enak menerimanya sekalipun ini dari suamiku sendiri. Bagaimana tidak, harga per bajunya seharga satu kali pembayaran ngekos di apartemen yang biasa aja. Dan yang anak ibu kota pasti tahu harga apartemen yang biasa aja yang aku maksudkan itu seperti apa,  lengkap dengan perabotnya biaya sewanya berapa ya kan?

"Mas, makan dulu ya. Debay mau makan burger nih"
Mas Angga tidak menanggapi, tapi aku tahu dia mau menuruti keinginan aku.

Tidak terlalu jauh dari butik ada beberapa tempat makan yang tersedia di sepanjang jalan, mas Angga memarkirkan mobilnya di salah satu tempat makanan siap saji.

Perfect Mom For Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang