Positif+(mature++ sikit)

3.8K 115 23
                                    

Selama perjalanan pulang ke rumah, Nacil masih memikirkan candaan dari Egi di kantin kampus tadi. Apa mungkin yang di katakan Egi itu benar jika ia sekarang tengah hamil.

"Nggak mungkin,gue nggak hamil."
Daripada ia memikirkan yang tidak-tidak lebih baik ia cek sendiri kebenarannya.

"Mbak, saya mau beli alat pendeteksi kehamilan tiga ya, dengan merek berbeda."
Setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan di apotik ia segera pulang untuk mencoba testpack itu.

***

Setelah mengetahui hasil testpack itu, Nacil lebih banyak diam dan menyendiri. Setiap kali trio gesrek mengajaknya pergi selalu di tolaknya, ia lebih memilih berdiam diri di kamar kos. Ia tidak tahu harus melakukan apa.

"Zil, loe ngerasa nggak sih, Nacil akhir-akhir ini sikapnya berubah." Razil yang sibuk dengan leptopnya, mengalihkan pandangannya ke arah Aad yang duduk di sebelahnya.

"Perasaan loe aja kali, gue nggak ngerasa dia berubah."

"Elo nggak peka, makanya nggak ngerasain perubahan sikap Nacil"
Bohong jika Razil tidak merasakan perubahan dari sikap Nacil akhir-akhir ini.

"Gimana kalo kita samperin aja ke kosannya, perasaan gue nggak enak nih"
Egi yang sedari tadi hanya mendengarkan obrolan sohibnya duduk dengan gelisah.

"Ya udah, mau pergi sekarang?"

"Nggak sekarang Egi, dini hari baru ke sana"

Sebenarnya mereka bertiga akan mengunjugi Nacil di kosannya, tetapi karena Aad dan Egi ada keperluan mendadak untuk kegiatan yang akan mereka selenggarakan di kampus terpaksa hanya Razil saja yang menghampiri Nacil di kosannya.

"Assalamu'alaikum, Na."
Razil mengetuk-ngetuk pintu kosan Nacil tapi tidak ada jawaban dari dalam kosan.

Razil yang mulai panik segera mendobrak pintu kamar kosan Nacil. Dan saat berada di dalam, ia temukan Nacil tergeletak, darah mengalir dari kedua kakinya. Tanpa pikir panjang Razil membawa Nacil ke rumah sakit terdekat

"Maaf anda ini, teman atau suami pasien?" Tanya seorang dokter yang telah selesai memeriksa dan menanggani Nacil.

"Saya teman kampusnya dok" ucapnya jujur.

"Begini, teman anda hampir saja keguguran. Untung saja anda cepat membawanya kesimpulan jadi pendarahan yang di alami teman anda bisa segera di atasi.

"Maksud dokter teman saya hamil"

"Iya, teman anda hamil, usia kandungannya sudah menginjak satu Minggu"

Razil kaget bukan main mendengar apa yang di beritahukan dokter kepadanya. Tanpa perlu di tanya kembali kepada Nacil siapa ayah bayinya Razil sudah tahu siapa bapak dari anak yang ada dalam rahim sahabatnya itu.
Setelah mengurus administrasi, Razil segera memasuki ruang inap Nacil, di sana Nacil masih terbaring lemah belum sadarkan diri.

"Maafin gue Na" satu kalimat itu yang mampu keluar dari bibir Razil saat ini.

"ba_bayi gue" Nacil yang baru sadar langsung menyentuh perut datarnya.

"Bayi loe selamat."

Untuk beberapa saat hanya keheningan yang memenuhi ruang inap Nacil. Tidak ada di antara mereka yang mau memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Loe hamil anak gue kan Na"
Setelah saling diam akhirnya Razil yang memulai pembicaraan.

"Menurut loe, sebulan ini gue pernah tidur sama cowok mana aja selain loe?
Razil hanya Dima tidak ada alasan baginya untuk membela diri.

"Kapan gue bisa ketemu sama orang tua loe?"

"Buat apa? Loe mau bilang gue hamil di luar nikah!"

Perfect Mom For Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang