Bunyi bel terdengar nyaring dari ruang guru, menandakan jam istirahat telah berakhir. Semua siswa dan siswi kembali memasuki kelasnya masing-masing. Alvin yang paling terakhir memasuki kelas menatap heran ke arah bangku sebelah tempat duduknya. disana, sudah ada tas dan peralatan belajar khas siswi perempuan di sana.
"Zel, kamu tau siapa yang punya tas ini nggak?"
Hazel yang asyik mengembalikan teman perempuannya itu menoleh ke arah Alvin yang tengah berdiri di depan mejanya." Tas anak baru, dia murid pindahan dari Padang" jelas Hazal singkat kembali melanjutkan kegiatan mengombalnya.
"Kenapa nggak duduk sama kamu aja sih Zel? Kamu kan tahu aku nggak suka duduk sama perempuan!." Ada nada tidak suka di setiap kalimat yang Alvin lontarkan.
"kalo siswi pindahan itu duduk sama aku, si Vivi mau di kemanain. Lagian apa salahnya sih Vin duduk sebangku sama cewek"
Hazel menepuk bahu Alvin pelan, ia tahu betul bagaimana karakter sahabatnya itu."Atau jangan-jangan kamu??"
"Apa?!"
"Gay" bisik Hazel tepat di daun telinga Alvin. Sebelum mendapatkan pukulan dari sahabatnya, Hazel langsung menduduki bangkunya kembali.
"Ekhm anak-anak, perkenalkan ada murid baru di kelas kita." Sapa guru yang mengajar Alvin.
"Silahkan perkenalkan dirimu terlebih dahulu." setelah mendapatkan izin dari guru sejarah, gadis yang memakai rok di bawah lutut itu mulai memperkenalkan dirinya.
"Assalamualaikum teman-teman" sapanya ramah, yang di jawab berjamaah oleh teman-teman barunya.
"Walaikumssalam"
"Perkenalkan nama saya, Reina Caniago. Saya pindahan dari Sekloah Menegah Pertama Negeri di Kota Padang. Saya biasa di panggil Re'i ya, bukan Rei ada jeda di antara e dan i nya ya teman-teman" tuturnya ceria yang di balas oh berjamaah kembali oleh siswa siswi lainya.
"Baiklah, cukup sekian dulu perkenalanya dengan Re'i, bisa di lanjutkan kembali setelah jam pelajaran ibuk selesai." Semua murid kembali fokus dengan pelajaran yang guru mereka terangkan.
Re'i melewati beberapa bangku sebelum sampai di bangku tempatnya duduk menimba ilmu, setiap melewati bangku teman-teman barunya, senyum manis tak pernah lepas dari wajahnya yang berlesung pipi.
"Permisi, boleh aku duduk di sini?"
Alvin yang telah fokus ke arah papan tulis mengalihkan padanganya pada Reina, kesan pertama yang di dapat oleh Alvin adalah, Reina gadis yang manis berlesung pipi. Pipinya yang sedikit chubby menabah kesan manis di wajahnya. Rambut yang hitam legam tergerai indah tanpa ada aksesoris khas perempuan di sana. Untuk pertama kalinya Alvin terpesona dengan lawan jenis, bukan karena dia tidak menyukai perempuan. Tapi ia lebih cuek kepada kaum hawa, tapi saat bertatap pandang dengan Reina, ada sesutu yang membuatnya tertarik untuk tidak bersikap cuek kepada teman perempunya itu."Boleh."
"Terima kasih"
***
"Mas, udah ah.!" Cea berusaha menykirkan tanggan suaminya yang masih betah mengelus-ngelus perutnya. Hari ini Angga sengaja izin tidak masuk kerja karena ia ingin mengahabiskan hari dengan Cea di rumah, Ranifah dari pagi tadi sudah tidak ada di rumah. Paman Angga yang ada di solo jatuh sakit, Ranifah pagi-pagi sekali sudah berangkat ke solo di antar Angga sampai stasiun.
"Cea, apa kamu senang mengandung anak saya?" Angga berhenti mengelus perut Cea.
"Kenapa mas tanyanya gitu?"
"Saya takut, kamu tidak bahagia atas kehamilanmu, karena kamu belum bisa mencintai saya."
"Kalau aku bilang aku sudah mencintai mas, apa mas percaya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Mom For Me (TAMAT)
General FictionCea Marinka, gadis cantik yang terjebak dalam kesalahan pahaman, membuatnya harus rela melakukan pernikahan dengan duda tampan beranak satu. Sanggupkah, Cea Marinka menghadapi rumah tangga barunya dengan kenakalan sang anak tiri bernama Alvin? Maaf...